Keracunan Daging Anjing

Anjing yang Dagingnya Dimakan dan Sebabkan Keracunan Sering Diajak Berburu Babi Hutan

Sebanyak 32 warga ini sudah menunjukkan pemulihan di Puskesmas Tiga Balata, Kabupaten Simalungun, Jumat (21/2/2020).

Penulis: Tommy Simatupang |
Tribun Medan/Tommy Simatupang
Pasien keracunan daging anjing mendapatkan perawatan di Puskesmas Tiga Balata, Jumat (21/2/2020). 

TRIBUN-MEDAN.com - Warga Dusun 3, Desa Kandang Lombu, Panombean Hutahurung, Kabupaten Simalungun mengalami keracunan setelah menggelar acara 'Marbindah' anjing (yang disembelih dan dimakan bersama) pada Rabu (19/2/2020).

Sebanyak 32 warga ini sudah menunjukkan pemulihan di Puskesmas Tiga Balata, Kabupaten Simalungun, Jumat (21/2/2020).

Warga membeli satu ekor anjing dari Romiyanti Gultom. Anjing yang berusia kurang lebih empat tahun ini dijual Romiyanti karena terlihat galak. Romiyanti yang juga mengalami keracunan menilai anjingnya dalam keadaan sehat. Katanya, anjing sering dibawa untuk berburu babi hutan.

"Anjingnya sehat. Enggak kenapa-kenapa. Kami jual itu karena memang galak. Anjing kami ini sering dibawa berburu babi hutan jadi galak. Ya udah kami jual aja biar makan sama-sama dengan warga,"katanya.

Romiyanti mengungkapkan daging anjingnya dibeli oleh sepulug kepala keluarga (KK). Anjingnya ini dibagikan ke seluruh warga sekitar.

"Setelah dipotong dan dimasak dibagi-bagi ke seluruh warga yang di sana. Bisa saja satu piring ke warung yang di sana. Jadi tersebar," katanya.

Romiyanti mengaku mengalami mual-mual, tensi tinggi, dan kebas pada seluruh tubuh. Ia juga mengaku tulangnya mengalami ngilu.

"Kebas dan sakit tulang-tulangku juga," katanya.

Dari 32 orang yang mengalami kerancunan, sepuluh orang masih berusia anak-anak.

Amatan tribun-medan.com, beberapa orang mendapatkan perawatan dengan infus. Perawat memberikan berbagai obat untuk perawatan. Petugas kepolisian dengan kecamatan menyediakan makanan untuk pasien. Tampak pasien banyak yang mual-mual.

Kristianus Naibaho warga yang membawa pasien menjelaskan pada hari Rabu (19/2/2020) dilaksanakan acara makan bersama. Warga dengan gotong-royong membeli satu ekor anjing. Daging anjing itu diolah dengan makanan khas Batak Toba seperti Na Pinadar, Rebus, dan Panggang.

Kristianus mengatakan acara makan bersama ini memang rutin dilaksanakan untuk mempererat keakraban sesama warga.

Ia menjelaskan seluruh warga sudah mengalami sakit pada malam hari. Lalu, pada Kamis (20/2/2020), warga yang keracunan sempat mendapatkan perawatan di bidan desa. Namun, karena kesehatan semakin parah, warga dibawa ke Puskesmas Tiga Balata.

"Acara makan bersamanya itu hari Rabu. Pada malam hari udah ada yang mulai terasa mual-mual dan pusing. Hari Kamis, banyak warga juga udah berobat di bidan," ujarnya seraya mengatakan ketika itu tidak ikut makan bersama.

Kristian menduga keracunan ini bisa terjadi karena darah anjing yang menjadi bahan masakan kurang matang. Ia menilai anjing itu dalam keadaan sehat.

"Mungkin darahnya kurang matang. Ada yang enggak kena karena hanya makan sup. Anjingnya kita lihat sehat," katanya.

Trisban Sidabutar pasien yang terserang penyakit juga mengalami hal yang sama. Ia mengalami mual dan kepala yang sangat pusing. Ia bersama anaknya makan bersama dalam acara itu.

"Memang ada anakku yang enggak makan daging. Cuma makan sup aja," katanya. (tmy/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved