Setelah 150 Tahun Keris Kyai Naga Siluman Pangeran Diponegoro Akhirnya Dipulangkan ke Tanah Air
Keris milik Pangeran Diponegoro yang sempat hilang ratusan tahun lalu telah ditemukan di Belanda dan resmi diserahkan ke Museum Nasional Indonesia.
Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu, pada 1883 keris ini diserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.
Dokumen kedua adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo, mantan perwira perang Diponegoro, yang ditulis dalam bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam bahasa Belanda.
Dalam surat itu Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kiai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.
Dokumen ketiga adalah catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro. Catatan Raden Saleh ini dituliskan di bagian sisi kanan surat kesaksian Sentot Prawirodirjo.
Dalam catatan itu Raden Saleh yang telah melihat dengan mata kepala sendiri keris itu di Belanda menjelaskan makna Keris Kiai Naga Siluman dan ciri-ciri fisik keris itu.
Naga siluman
Dalam pemaparan laman Historia, yang diberikan akses menyaksikan wujud keris Kiai Naga Siluman, senjata itu berbahan dasar besi berwarna hitam dengan ukiran berwarna emas.
Terdapat wujud naga yang tubuhnya memanjang di sekujur bilah keris. Tubuh naga ini dulunya dilapisi emas namun sekarang hanya beberapa jejak emas yang tersisa.
Ada satu lagi wujud naga yang membuat keris ini dinamai Kiai Naga Siluman.
Ukiran naga itu tersembunyi di bagian bawah bilah keris yang berdekatan dengan gagang keris.
Sosok naga ini hanya bisa terlihat dari posisi tertentu.
Mengapa keris itu diberi nama siluman?
Melansir historia.id, dalam biografi Pangeran Diponegoro, Kuasa Ramalan, sejarawan Peter Carey mencatat kemungkinan karena Diponegoro dalam perjalanan berkelananya pada 1805 menginap satu malam di Gua Siluman (Guwo Seluman) di Pantai Selatan.
Gua Siluman disebut dalam Kidung Lelembut (Nyanyian Arwah) sebagai istana arwah di bawah kekuasaan dewi pantai selatan, Ratu Kidul, yang diperintah melalui wakilnya, Putri Genowati.
Ratu Kidul mendatangi Diponegoro dalam bentuk semburat cahaya.
Namun, Diponegoro demikian terserap dalam samadinya sehingga tak mempan digoda.