Perayaan Sipaha Sada, Hari Kelahiran Tuhan Simarimbulubosi Bagi Umat Parmalim
Parmalim dikenal sebagai umat Ugamo Malim yang memegang teguh kepercayaan asli suku Batak.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sumatera Utara memiliki keberagaman suku, agama, tradisi, ataupun kebudayaan.
Bagi masyarakat etnis Batak, sudah tidak asing lagi mendengar kepercayaan Parmalim.
Parmalim dikenal sebagai umat Ugamo Malim yang memegang teguh kepercayaan asli suku Batak.
Kelompok terbesar parmalim berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba.
Parmalim memiliki beberapa perayaan hari besar yaitu Sipaha Sada (bulan pertama) dan Sipaha Lima (bulan kelima).
Perayaan Sipaha Sada dalam kalender Batak memiliki makna yaitu bulan pertama di tahun baru.
Dalam perayaan ini, umat Parmalim merayakan dengan gembira untuk menyambut kelahiran kepercayaan Parmalim yaitu Tuhan Simarimbulubosi.
Humas Parmalim, Togi M Sirait mengungkapkan bahwa penyambutan tahun baru suku Batak dinamakan Sipaha Sada.
Dalam perayaan ini, selain tahun baru juga merayakan kelahiran Tuhan Simarimbulubosi.
"Sipaha Sada ini pada umumnya yaitu penyambutan tahun baru.
Di dalam Ugamo Malim, Sipaha Sada merupakan kelahiran Tuhan Simarimbulubosi yang dimana beliau adalah penebus dosa dalam kepercayaan Parmalim," ujar Togi, Senin (9/3/2020).
Ulu Punguan Parmalim Cabang Medan, Pardomuan Manurung menuturkan bahwa sebelum masuk ke perayaan Sipaha Sada, umat Parmalim akan mendapati pintu Harbangan atau pintu masuk.
"Sebelum masuk ke Sipaha Sada, ada namanya pintu harbangan (pintu masuk) mulai di bulan sebelumnya yaitu di bulan Januari dan puncaknya di 25 Februari.
Jadi dimulai bulan Januari itu, pas itu dalam kalender Batak ada namanya di Bulan Hurung," ujar Manurung.
Manurung menjelaskan bahwa dalam di Bulan Hurung, umat Parmalim melaksanakan perenungan selama satu bulan untuk merenungi segala kesalahan yang menjadi dosa dari awal hingga akhir tahun yang tidak sesuai dengan ajaran Parmalim.
"Di bulan Hurung ini di situ kami dikasih kesempatan dalam satu bulan untuk merenungkan semua kehidupan kita yang sudah kita jalani dalam satu tahun yaitu dari awal tahun hingga pengujung tahun.
Kita renungi dulu semua kehidupan kita yang tidak sesuai dengan ajaran Parmalim," jelasnya.
Manurung juga menambahkan bahwa dalam kegiatan perenungan tersebut, umat Parmalim tidak diperkenankan untuk melakukan hal yang buruk dan dapat mengontrol diri.
"Dalam satu bulan itu kita bertobat jangan melakukan hal yang buruk atau tindakan seperti menindas orang.
Lebih ke mengontrol diri dari pandangan dan semua dari tubuh kita ini bisa kita kendalikan," kata Manurung.
Dalam mengikuti perayaan Sipaha Sada, Umat Parmalim memiliki tata aturan dalam berpakaian.
Ketua Organisasi Parmalim Medan Deliserdang, Marudahlan Sirait mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara pemakaian untuk pria yang sudah berkeluarga dan belum menikah.
"Dalam Sipaha Sada Ugamo Malim diharuskan menggunakan pakaian adat Batak seperti Ulos, Hande-hande.
Kalau laki-laki yang sudah berkeluarga itu memakai sorban, hande-hande dan Abit.
Sedang bagi laki-laki yang belum berkeluarga hanya menggunakan sarung saja sama ande-ande dan ulos," ungkap Marudhalan.
Perayaan Parmalim Hutatinggi yang berada di Medan tepatnya di Jalan Seksama Gang Rela, Medan merayakan Sipaha Sada pada tanggal 25 Februari 2020.
Manurung mengungkapkan bahwa umat Parmalim percaya setelah melakukan perayaan Sipaha Sada, Umat Parmalim dapat menjalani kehidupan dengan jiwa yang kembali suci.
"Kita percaya setelah tanggal 25 kita akan menjalani kehidupan kita dengan pemikiran baru, jiwa yang baru.
Dan wajib kita meninggalkan yang buruk.
Momen saat ini tanggal tujuh kita masih bersukaria selama satu bulan.
Kalau dari tanggal Bataknya berarti secara kalender nasional sampai tanggal 23 Maret," tutur Manurung.
Pada perayaan Sipaha Sada, Parmalim Hutatinggi merayakan di punguan masing-masing.
Selaku Cicit Sisingamangaraja XII, Raja Tonggo Tua Sinambela berharap untuk di tahun mendatang,
Parmalim HutaTinggi dapat merayakan di Pusat.
Ia menuturkan bahwa perayaan di pusat memiliki beragam ritual diantaranya manortor dan memainkan alat musik kecapi.
"Alat musik yang dipakai dalam Sipaha Sada yaitu Kecapi .
Dan kalau di pusat ada ritual Manortor dan berharap semoga di tahun depan kita sudah bisa merayakan di pusat," pungkas Raja Tonggo.
(cr13/tri bun-medan.com)