Kronologi Satu Keluarga Dikucilkan karena Dituding Terpapar Virus Corona, Terungkap Fakta Sebenarnya
Satu orang di keluarga ini dituding terpapar virus Corona atau Covid-19, yang dikhawatirkan dapat menularkan kepada warga yang lainnya.
Kesalahpahaman ini terjadi karena si R yang dirawat merupakan warga Tanjung Anom, Deliserdang yang langsung dirawat ke RSUP Adam Malik Medan. Berikut Fakta-faktanya.
TRIBUN-MEDAN.com -- Satu keluarga di Huta III, Nagori Panombean Marjanji, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mendapat pergunjingan dan dikucilkan oleh masyarakat sekitar tempat tinggalnya.
Satu orang di keluarga ini dituding terpapar virus Corona atau Covid-19, yang dikhawatirkan dapat menularkan kepada warga yang lainnya.
Warga sempat menolak kehadiran keluarga ini setelah satu di antaranya sempat mendapat perawatan di RSUP H Adam Malik yang notabene merupakan rumah sakit rujukan perawatan Covid-19.
Diterangkan Pengulu Nagori Panombean Marjanji, Hendri Siahaan, Kamis (2/4/2020) bahwa ada kesalahpahaman yang terjadi antarwarga dengan keluarga ini di tengah kabar pandemi Covid-19 di dunia.
"Begini ceritanya, ada seorang nenek, warga kami yang menjemput cucunya di RSUP Adam Malik karena menantunya sedang merawat anak laki-lakinya yang sakit.
Saat itu tentu anaknya gak ada yang merawat," terang Henry.
Warga kemudian mendengar kabar bahwa nenek tersebut mengunjungi anaknya yang sedang dirawat khusus tanpa boleh dikunjungi seorang pun.
Hal ini memunculkan dugaan di benak warga, bahwa anaknya mengalami perawatan Covid-19.

Pemberian sembako kepada satu keluarga yang semula dituding terpapar virus Corona di Tanah Jawa, Simalungun. (TRIBUN MEDAN/IST)
Sekembalinya ke Tanah Jawa, nenek dan cucunya sempat tak berani didekati warga.
Bahkan sempat beberapa lama menunggu tumpangan di pekan Tanah Jawa.
Bahkan warga sempat menelepon Bhabinkamtibmas agar menahan si nenek dan cucunya.
"Aku ditelepon camat.
Makanya sedih kali.
Jangan-jangan memang Corona juga.
Kami panggillah orang Puskesmas, Forkopimdes termasuk Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk melihat apa yang terjadi," katanya.
Dari situ diketahui ternyata si anak tadi mengalami perawatan sakit lambung dan paru-paru, bukan seperti yang diduga warga sebelumnya.
Masyarakat pun sempat lega dengan hasil pertemuan.
Tak berapa lama, si anak yang berinisial R (26 tahun) pulang ke rumah neneknya.
Adapun terhadap mereka ditetapkan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) karena pulang dari daerah lain.
Henri mengatakan hal ini menjadi pembelajaran bagi semua orang agar jangan cepat menuding.
Ia dan camat setempat pun telah sepakat akan melaporkan siapa pun warga yang tega mengusir orang saat berkunjung ke kampung.
"Makanya kalau ada warga yang mau ngusir-ngusir tanpa ada pembicaraan kita laporkan aja ke polisi. Jangan cepat menuding. Kita marilah sama sama belajar," katanya.
Diakuinya, kesalahpahaman ini terjadi karena si R yang dirawat merupakan warga Tanjung Anom, Deliserdang yang langsung dirawat ke RSUP Adam Malik.
Sehingga warga tidak mengetahui kondisi awal.
Pasca-isu ini, baik warga dan Forkopimdes kemudian patungan memberikan sembako sekadarnya keluarga tersebut hingga status ODP 14 hari mereka selesai.
Keluarga tersebut diminta melakukan karantina diri demi keamanan semua orang.
Satu PDP Meninggal di Simalungun
Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 melaporkan satu orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 meninggal dalam perawatan di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Perdagangan.
Pasien tersebut merupakan warga Nagori Bangun Panei, Kecamatan Dolok Marsagal, Kabupaten Simalungun.
Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Akmal Siregar melalui sambungan seluler menyampaikan singkat kondisi PDP ini.
"Tadi pagi meninggal. Sekitar pukul 06.00 WIB," katanya, Kamis (2/4/2020) siang.
Akmal enggan membeberkan secara mendetail kondisi terakhir pasien itu.
Namun, lewat pemeriksaan Rapid Test pada 28 Maret 2020 lalu, pasien tersebut dinyatakan masih negatif Corona.
"Masih negatif. Tapi, secara medis akan disampaikan nanti," ucap Akmal seraya mengatakan PDP tersebut tutup usia di angka 67 tahun.
Akmal melanjutkan, karena berstatus PDP, penguburan tetap dilaksanakan sesuai prosedur Covid-19.
"Sudah dimakamkan. Pemakamannya sesuai prosedur Covid-19," jelasnya.
Akmal pun menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam mewakili Pemkab Simalungun atas meninggalnya pasien tersebut.
Namun untuk Informasi lebih lanjut, ia meminta waktu menunggu keterangan resmi.
"Itulah kondisi sementara. Secara resmi nanti akan disampaikan," ujarnya meminta waktu menunggu hasil resmi beberapa saat nanti.
Data Corona di Sumut
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Provinsi Sumatera Utara, Aris Yudhariansyah mengatakan, adanya peningkatan terhadap Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Hingga Kamis (2/4/2020), jumlah ODP mengalami peningkatan sebesar 11 persen, menjadi 3.338 orang.
Sebelumnya, jumlah ODP Sumut tercatat sebanyak 2.970 orang.
"ODP 3.338 orang yang sebelumnya, 2.970. Data mengalami peningkatan 11 persen," kata Aris, saat melakukan siaran langsung melalui akun YouTube Humas Pemprov Sumut, di Kantor Gubernur, Jalan Pangeran Diponegoro, Kota Medan.
Untuk jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Corona atau Covid-19 belum ada penambahan. Artinya, jumlah pasien positif berjumlah 30 orang.
Sedangkan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) untuk di Sumut mengalami penurunan sebesar 4,5 persen. Sebelumnya, jumlah PDP di Sumut berjumlah 88 orang.
"PDP hari ini berdasarkan data yang masuk berjumlah 84 orang," jelasnya.
Sejauh ini, pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 belum dapat membeberkan berapa jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh dari wabah virus ini.
"Kita belum menerima pasien sembuh, sekarang PDP sedang dalam perawatan dan isolasi di rumah sakit. Mungkin tidak lama lagi kita akan menerimanya," ucapnya.
Selain itu, Aris meminta kepada masyarakat selalu mewaspadai penyebaran virus Corona ini dengan melakukan isolasi diri di rumah.
Pemerintah juga telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh masyarakat agar tidak berkumpul dan menghindari pusat keramaian.
Kemudian, pemerintah juga telah mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan perjalanan mudik pulang kampung selama kondisi tanggap darurat wabah virus ini berlangsung.
(tribun-medan.com/Alija Magribi)
• Dua Perwira Wanita TNI AL Wafat setelah Berjuang Menangani Pasien Virus Corona (Covid-19)
• HEBOHNYA Pernikahan Polisi - Selebgram di Tengah Wabah Virus Corona, Kabaharkam Polri Angkat Bicara
• Dokter Ai Fen Mendadak Menghilang setelah Sempat Dibungkam, Dia Pertama Kali Mengungkap Virus Corona

DIDAMPINGI Forkopimda, Bupati JR Saragih yang berseragam taktis ala gurun dan mengenakan masker, memaparkan ancanam Covid-19 di wilayah Simalungun. Pada Kamis (2/4/2020) Bupati JR Saragih menyampaikan laporan terkini Covid-19 di wilayahnya. (TRIBUN MEDAN/ALIJA)
Satu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19 Meninggal Dunia
Bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Bupati Simalungun JR Saragih menggelar press conference lewat media Live Instagram terkait kondisi terkini ancaman pandemi Covid-19 di wilayahnya.
Ia mengatakan saat ini, Kamis (2/4/2020) ada 60 ODP dan 0 (nihil) PDP, setelah 1 PDP yang dirawat selama 8 hari di RSUD Perdagangan, akhirnya meninggal dunia.
"Hari ini kami sampaikan beberapa hal tentang Covid-19. Telah meninggal Pukul 05.00 WIB pagi tadi di RSUD Perdagangan seorang PDP atas nama Hulman Purba, berusia 66 tahun," terang JR Saragih.
PDP yang meninggal tersebut merupakan pengalaman pertama bagi Pemkab Simalungun menangani ancaman Covid-19. Itu sebabnya, sebut JR Saragih, tim Gugus Tugas sempat keteteran.
Setelah meninggal pukul 05.00 WIB pagi, Manajemen RSUD Perdagangan kesulitan mencari peti jenazah.
Akhirnya, jenazah baru dibawa ke pemakaman pada pukul 10.00 WIB.
Belum bisa dipastikan apakah PDP meninggal dunia dengan status positif ataupun negatif Covid-19, lantaran pemeriksaan laboratorium masih terpusat di Jakarta.
"Dia ini komplikasi. Punya riwayat perjalanan dari Jakarta. Sepulangnya ke kampung, ia mengalami demam tinggi. Setelah diperiksa petugas medis secara resmi dinyatakan PDP Covid-19," terang JR Saragih.
Selama masa perawatan, mantan perwira TNI ini mengatakan alat kesehatan yang dimiliki RSUD Perdagangan sebatas rapid test.
Secara Rapid Test pada 28 Maret 2020, hasilnya bahwa PDP tersebut berstatus negatif Covid-19.
Setelah PDP dimakamkan, tenaga medis kemudian melakukan pemeriksaan terhadap keluarganya.
Di sana petugas memeriksa seluruh keluarga dan orang terdekat dengan PDP.
Hasilnya pemeriksaan terhadap keluarga pun dinyatakan negatif gejala Covid-19.
JR Saragih mengakui meninggalnya PDP di Simalungun adalah pengalaman pertama.
Itu sebabnya ia meminta peti sudah disiapkan di rumah sakit bila sewaktu-waktu kejadian nahas ini berulang.
Ia juga mengaku masih menunggu alat pendeteksi Covid-19 dua minggu ke depan.
Kepada masyarakat, JR mengimbau siapapun yang merasakan demam tinggi untuk melapor ke rumah sakit terdekat, guna pendeteksian dini.
Sebab bila kondisi semakin parah, bukan tak mungkin ternyata memiliki gejala Covid-19.
"Saya mengimbau bagi warga yang sakit demam segera melapor. Ini penting agar jangan sampai semakin parah dan memunculkan opini di masyarakat," terangnya sembari mengatakan segala biaya akan ditanggung Pemkab Simalungun.
Pemkab Simalungun saat ini memantau 855 warga yang memiliki riwayat perjalanan dari luar kota.
"Belakangan ini ada banyak lalu lintas masuk ke Simalungun. Itu mereka warga yang diantaranya pulang kampung. Jangan ditahan hanya karena diawasi, karena mereka juga sebagian pulang kampung ke rumahnya," katanya.
Terakhir, JR Saragih meminta masyarakat untuk mulai menjaga kesehatan diri semaksimal mungkin dan menghindari tempat-tempat keramaian.
Ia mengungkapkan ini bukanlah soal tak bersilaturahmi, namun sebagai upaya kebaikan bersama
(tri bun-medan.com/Alija Magribi)