Bukan Amerika Serikat, Inilah Negara dengan Tingkat Kematian Tertinggi imbas Virus Corona
Angka ini jauh dibandingkan dengan 55.000 kematian di Amerika Serikat atau 23.000 di Prancis. Lantas, mengapa Belgia disebut catatkan angka kematian
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan perbedaan cara Belgia dalam melaporkan kematian yang disebabkan oleh Covid-19.
TRI BUN-MEDAN.com - Belgia mencatatkan diri sebagai negara yang memiliki angka kematian akibat Virus Corona tertinggi di dunia.
Angka ini dihitung berdasarkan per 100.000 penduduk negaranya.
Tak Tanggung-tanggung Nikita Mirzani Beri Mobil Mewah Rp 6 Miliar ke Arkana, Ternyata Ini Alasannya
Menilik Hunian Indah nan Asri Aktris Film Si Doel Anak Sekolahan Selepas Menikah dengan Bule Tajir
Sayembara Foto Wisuda Jokowi, Gibran Sebut Motor Ducati Mesti Diberikan pada Guru Besar Airlangga
DAFTAR Belasan Link Streaming TV dan Dowload Nonton Film Sepuasnya, Hempang Kejenuhanmu di Rumah
Aktris Cantik Ini Dulu Sekali Main Film Bisa Beli Mercy, Ini Kabar Terbarunya yang Jualan Martabak
Bukan Amerika Serikat, Inilah Negara dengan Tingkat Kematian Tertinggi imbas Virus Corona
Padahal, seperti diketahui, jumlah kematian karena Covid-19 di Belgia tidak sebanyak di Amerika Serikat atau Prancis.
Diketahui, tanggal 27 April, Belgia melaporkan lebih dari 7.200 kematian akibat Covid-19.
Angka ini jauh dibandingkan dengan 55.000 kematian di Amerika Serikat atau 23.000 di Prancis.
Lantas, mengapa Belgia disebut catatkan angka kematian paling banyak di dunia?
Kim Yo Jong yang Digadang-gadang Jadi Pengganti Kim Jong Un, Siapa yang Paling Kejam?
Malam Pertama Zaskia Gotik dan Sirajuddin Mahmud selepas Menikah, Inilah Potret Ranjang Pengantin
Pria Ini Mendadak Kaya di tengah Pandemi Virus Corona, Rp 587 Miliar per Hari, Ini yang Ia Kerjakan
Covid-19 Renggut Nyawa Suami, Istri Membaca Pesan Terakhir yang Menyentuh Kalbu, Ini Isi Lengkapnya
Tewas Tanpa Busana di Rumah Mewah, Tak Disangka Pembunuhnya Suami Sendiri, Ini Motif Reno Wahyudi
Mengulik 4 Fakta tentang Nicholas Saputra, Bercita-cita Jadi Atlet hingga Pernah Berniat Nikah Muda
Menurut Johns Hopkins University, sebanyak 62 pasien Covid-19 meninggal untuk setiap 100.000 penduduk di Belgia, negara dengan penduduk berjumlah sekitar 11 juta jiwa.
Bandingkan dengan AS, kematian terjadi pada 17 pasien untuk setiap 100.000 penduduk.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan perbedaan cara Belgia dalam melaporkan kematian yang disebabkan oleh Covid-19.
Belgia tidak hanya melaporkan kematian berdasarkan pasien yang sudah terkonfirmasi positif, tetapi juga seluruh kasus yang dicurigai terinfeksi Virus Corona, termasuk juga kematian pasien yang dirawat di rumah-rumah.
Metode ini berbeda dengan kebanyakan negara yang hanya menghitung kematian yang terjadi di rumah sakit.
Ingat Miki Akama yang Viral karena Pacaran dengan Pria Beda 12 Tahun, Kabar Terkini Sudah Menikah
Pemimpin Demonstrasi Tolak Lockdown Positif Covid-19, Begini Kondisinya Sekarang
Masih Ingat Diah Permatasari Si Manis Jembatan Ancol? Penampilannya Tetap Cantik dan Awet Muda
Toko Durian Ini Tetap Laris Manis saat Pandemi Corona, Wajah dan Postur Penjualnya Bikin Melongo
Ditinggalkan Kekasih karena Tak Rupawan, Wanita Ini Putuskan Ubah Penampilan, Lihat Potret Cantiknya
Viral Curhatan Istri, Suami Ketahuan Nikah Lagi Gara-gara Corona, 10 Bulan Sembunyikan Istri Kedua
'Langkah mendesak'
Sekalipun banyak negara menghitung dengan cara berbeda, umumnya mereka serupa dalam menghitung kematian Covid-19, yaitu berdasarkan pasien yang sudah dites, dan dikonfirmasi positif Virus Corona.
Kementerian Kesehatan Spanyol misalnya, secara rutin hanya menghitung kematian akibat Virus Corona di rumah sakit.
Italia, menghitung pasien yang sudah dites dan hasilnya positif, dan tak memperhitungkan apakah penyebab kematian adalah Virus Corona atau penyakit lainnya.
Prancis melakukan dengan cara serupa, yaitu menghitung kematian di rumah sakit.
Pada tanggal 2 April, mereka baru mulai memasukkan dalam laporan mereka, kematian pasien yang dirawat di rumah.
Inilah yang dilakukan di Belgia.
Mereka menghitung pasien yang terkonfirmasi positif dan pasien yang dicurigai terinfeksi, dan menurut pemerintahnya, ini akan membuat mereka bisa melawan penyakit ini dengan lebih baik.
“Ketika kita tak punya kapasitas untuk mengetes semua orang, maka penting untuk menghitung pula kematian pada suspek atau orang dalam pengawasan,” kata ahli penyakit menular Steven Van Gutch, penanggung jawab komite ilmuwan yang membantu pemerintah melawan Virus Corona di Belgia.
"Yang membedakan kami dengan negara-negara lain adalah kami menghitung angka kasus dengan lebih luas, yang membuat kami bisa mengambil langkah segera," tambahnya.
Van Gutch menjelaskan bahwa karena sistemnya yang “ekspansif” dalam menghitung kematian, mereka bisa mendeteksi penyebaran Virus Corona di rumah-rumah yang merawat orang dalam pengawasan.
“Berkat sistem penghitungan seperti ini, kami mampu menangani masalah tepat waktu,” katanya.
Pada tanggal 15 April, sumber resmi menyatakan bahwa hampir setengah kematian akibat virus corona di Belgia terjadi di rumah-rumah.
Debat internal
Perdana Menteri Sophie Wilmès menjelaskan di parlemen Belgia bahwa "pemerintah memutuskan untuk sepenuhnya transparan dalam melaporkan kematian terkait Covid-19, sekalipun ini berakibat angkanya seperti dibesar-besarkan."
Sistem penghitungan ini dipandang dengan curiga oleh ahli lain.
Ahli virus Belgia Marc van Ranst mengkritik keras sistem penghitungan pemerintah ini di sebuah acara TV.
“Hampir semua orang yang meninggal di rumah – jumlahnya bisa mencapai 100 orang sehari – dimasukkan ke dalam statistik corona. Menurut saya, ini agak bodoh,” kata Van Ranst.
Steven van Gutch, yang melaporkan angka-angka virus corona di Belgia setiap hari, paham bahwa metode Belgia ini dikritik, tapi ia percaya bahwa ini sifatnya sementara.
“Tampaknya kita punya angka kematian yang tinggi. Namun dalam kenyataannya data kita bisa dibandingkan dengan Prancis, atau Inggris misalnya," kata Van Gutch.
"Ketika kita tinjau data dari negara lain dan perlihatkan angka sesungguhnya, tingkat kematian di Belgia cocok dengan pola negara lain."
“Saya paham beberapa orang merasa khawatir, tapi kami mencoba untuk setransparan dan sejujur mungkin."
"Mungkin kita membuat estimasi berlebihan terhadap jumlah kematian yang sesungguhnya. Namun ini lebih baik daripada tidak menghitungnya dengan pantas,” tambahnya.
Angka sesungguhnya
Fakta bahwa hampir semua negara hanya menghitung kematian dari mereka yang positif Covid-19 berpeluang menyembunyikan angka kematian sesungguhnya, yang jauh lebih besar.
Menurut analisis baru-baru ini dari koran Financial Times, jumlah keseluruhan kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia bisa mencapai 60% lebih tinggi daripada yang diumumkan secara resmi.
Koran yang berkantor di London ini mencapai kesimpulan itu sesudah menghitung jumlah kematian yang terjadi bulan Maret dan April tahun ini, dibandingkan dengan catatan di periode yang sama antara tahun 2015 hingga 2019 di beberapa negara.
Inilah skenario yang tak diinginkan oleh pemerintah Belgia.
“Jika hanya menghitung kematian di rumah sakit, kita seperti melihat sambil menutup satu mata kita,” kata Van Gutch.
“Lebih jauh lagi, menurut saya, cara sebenarnya untuk mengukur performa satu negara adalah dengan melihat respon sistem kesehatan mereka. Benar bahwa cara penghitungan kami membuat Belgia menjadi negara dengan tingkat kematian tertinggi."
"Namun unit perawatan intensif kami, bahkan saat puncak wabah pada tanggal 12 April, tidak lebih dari 58% dari kapasitas keseluruhan,” papar Van Gutch. (*)
Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul Virus corona: Belgia jadi negara dengan tingkat kematian Covid-19 tertinggi di dunia, 'Jika hanya menghitung kematian di RS, kita seperti melihat sambil menutup satu mata kita'