Ramadhan 2020
Kisah Masithah Mahsa Jalani Ramadan Pertama di Vietnam, Terkenang Serunya Berburu Takjil di Medan
Tahun ini Masithah Mahsa, warga Kota Medan, tidak dapat merasakan suka cita rayakan bulan Ramadan bersama keluarga
RAMADAN akan semakin meriah dan bermakna jika menjalaninya dengan sukacita dan berada di kawasan yang mayoritas melakukan hal yang sama, mulai dari sahur hingga berbuka puasa.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, untuk tahun ini Masithah Mahsa, warga Kota Medan, tidak dapat merasakan suka cita rayakan bulan Ramadan bersama keluarga.
Ia harus mengajar Bahasa Indonesia di Hanoi University, Hanoi, Vietnam, dalam program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
Masithah berada di Hanoi sejak Februari 2020. Awal jalani Ramadan di Hanoi, ia mengaku sempat harus beradaptasi lantaran lingkungan yang berbeda dengan tanah air.
"Pengalaman pertama puasa jauh di Indonesia adalah sempat gegar budaya. Sahur lebih awal, buka lebih lama. Selain itu, sulit sekali untuk mendapatkan makanan halal di Hanoi. Babi di sini seperti micin bagi mereka," ungkap Masithah melalui WhatsApp, Sabtu (9/5/202).
Ramadan tahun ini Hanoi bertepatan dengan musim panas yang membuat puasa sedikit lama dari Indonesia.
Masithah mengungkapkan bahwa tradisi ciri khas Ramadan tidak begitu terlihat karena banyak warga Vietnam yang tidak memahami Ramadan ataupun puasa.
"Vietnam adalah negara komunis, mayoritas dari mereka tidak memiliki agama. Sangat sedikit dari mereka yang tahu tentang Ramadan. Namun, ketika kita menjelaskan mereka sangat toleran," ungkapnya.
Selama jalani Ramadan di Hanoi, Masithah memiliki pengalaman menarik ketika berada di sana.
Masithah yang bekerja hingga malam hari ini harus menjelaskan panjang lebar ketika harus berbuka puasa.
"Saya disini mengajar hingga malam, untuk jam sore bertepatan dengan waktu berbuka. Ketika saya meminta jeda 30 menit untuk beribadah, mereka pasti bertanya kenapa.
Namun, setelah dijelaskan panjang lebar baru mereka mengerti dan kejadian itu berulang di kelas lainnya," tutur Masithah.
Mashitah juga menjelaskan bahwa untuk memilih makanan harus sangat selektif.
Hal ini dikarenakan ia pernah memesan menu nasi goreng, namun juga ada bacon (daging babi) di dalamnya.
"Kalau untuk pemilihan makanan harus lebih selektif. Pernah sekali memesan makanan yaitu nasi goreng ayam, tetapi isinya tidak cuma ayam ada bacon juga. Ya mungkin karena disini muslim cukup minoritas, bisa jadi hal yang lumrah ada campuran seperti itu," kata Masithah.