Ramadhan 2020
Kisah Masithah Mahsa Jalani Ramadan Pertama di Vietnam, Terkenang Serunya Berburu Takjil di Medan
Tahun ini Masithah Mahsa, warga Kota Medan, tidak dapat merasakan suka cita rayakan bulan Ramadan bersama keluarga
Ramadan jauh dari tanah air membuat gadis asal Medan ini begitu merindukan makanan khas Ramadan yang begitu mudah ia dapatkan.
"Walaupun ini Ramadan pertama jauh dari keluarga, pasti ada kerinduan, mulai dari buka puasa bareng keluarga, berburu takjil dan tarawih berjamaah. Kalau makanan rindu sekali dengan gorengan, kue buah malaka atau onde-onde, es campur dan mie pecal," ujarnya.
Tambahnya, Masithah biasa masak goreng-gorengan untuk menu berbuka sebagai pengobat rindu makanan khas Indonesia.
Selama di Hanoi, Masithah juga menceritakan kebiasaan masyarakat Hanoi yang tidak jauh berbeda dengan di Indonesia.
"Kebiasaan masyarakatnya yang hobi ngangkring di pinggir jalan, sarapan mie dan sayur serta masyarakatnya yang tidak memperdulikan lampu lalu lintas. Beberapa kali hampir ketabrak saat menyebrang. Begitupun mereka yang menyebrang saat lampu hijau," terangnya.
Pembukaan Lockdown di Vietnam
Pandemi Covid-19 ini membuat beberapa negara menerapkan sistem lockdown, tidak terkecuali Vietnam. Vietnam sudah menerapkan lockdown dengan menutup seluruh akses untuk mengentikan penyebaran corona ini.
Namun, Masithah mengungkapkan bahwa seminggu belakangan terakhir, negara Vietnam telah mencabut status lockdown karena nihil kasus Covid-19 yang terjadi beberapa hari berturut-turut.
Walau sudah mencabut status locdown, ibadah masih belum diperbolehkan karena masih penerapan physical distancing.
"Untuk tarawih biasanya di rumah, walau jarak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) ke masjid tidak terlalu jauh. Masjid di Hanoi hanya satu dan sampai saat ini masih menerapkan physical distancing sehingga belum boleh ibadah berjamaah. Mungkin seminggu lagi sudah bisa, semoga," tutur Masithah.
Selama jalani Ramadan di tengah pandemi ini, Masithah punya pengalaman tidak diperbolehkan masuk ke sebuah toko baju lantaran menggunakan jilbab dan saat pandemi Covid-19.
"Pernah ketika mencoba ke toko baju, banyak dari mereka tidak memperbolehkan kakak saya, mungkin karena saya berjilbab dan situasi lagi di tengah pandemi Covid-19. Apalagi Indonesia sedang puncaknya wabah corona. Mereka jadi lebih aware sama pendatang," ungkap Masithah.
Walau sudah membuka sistem lockdown ataupun physical distancing, Masithah menuturkan bahwa masih ada pembatasan dan harus tetap mematuhi protokol kesehatan.
"Masih ada pembatasan berskala kecil, seperti larangan berkumpul lebih dari 20 orang, wajib memakai masker jika keluar rumah dan polisi berjaga di beberapa tempat. Masjid yang hingga sekarang belum boleh melakukan sholat berjamaah. Berbeda dengan gereja yang sudah dibuka, tetapi wajib cuci tangan sebelum masuk gereja dan duduk yang berjarak," terangnya.
Selama jalani masa physical distancing, Masithah juga turut mematuhi anjuran pemerintah Vietnam untuk mengikuti pola hidup sehat untuk menghindari penyebaran wabah Covid-19.