TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Jalani Ramadan sebagai mahasiswi di Utrecht, Belanda membuat perempuan dengan nama lengkap Mayang Syahrani ini sangat merindukan momen kebersamaan yang kerap ia lewati bersama rekan dan keluarga di Indonesia.

Menjadi diaspora di negara yang bukan tempat kelahirannya menjadikan momen Ramadan Mayang tak lagi dipenuhi jadwal reuni ataupun berbuka bersama dengan teman dan sanak saudara.

"Yang paling dirindukan adalah kalender yang dipenuhi jadwal reuni dan berbuka bersama. Kalau di sini karena jauh dari rumah dan umat muslim tidak mayoritas di sini jadi tidak ada yang begitu istimewa," ungkap Mayang saat diwawancarai Tri bun Medan melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (19/5/2020).

Mahasiswi program Master jurusan Drug Inovation di Utrecht University ini menceritakan kesehariannya berpuasa di Utrecht.

Diterangkan Mayang, hari-hari Ramadan di Utrecht tidak jauh berbeda dengan hari biasanya.

Karena mayoritas penduduk yang beragama non muslim.

Tahun lalu sebelum pandemi, Mayang menghabiskan hari-harinya saat Ramadan di laboratorium tempat ia menjalani masa magang.

"Keseharian ketika ramadan di Belanda biasanya enggak ada bedanya dengan hari biasa. Tidak ada tradisi-tradisi seperti di Indonesia misalnya punggahan, buka bersama berseri setiap hari dengan beragam geng pertemanan, mudik, dan lainnya. Sebagai mahasiswa yang sedang internship di laboratorium tahun kemarin, saya ngelab saja sehari-hari," katanya sambil tertawa tipis.

Di Belanda, terang Mayang, sudah menjadi tradisi diadakan coffee break ataupun makan siang di tengah-tengah beraktivitas.

Jika Ramadan tiba, Mayang tidak bisa mengikuti tradisi sehari-hari yang dilakukan di Belanda itu.