Update Pembunuhan 2 Anak di Medan
REAKSI Gubernur Edy Rahmayadi, Geger 2 Anak Tewas Dibantai Seorang Ayah yang Ngamuk
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi prihatin terkait kasus dua anak yang dibunuh ayah tirinya,
Penulis: Satia | Editor: Salomo Tarigan
TRI BUN MEDAN.COM, MEDAN -
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi prihatin terkait dua anak yang dibunuh ayah tirinya.
Kasus pembunuhan sadis yang menggemparkan ini terjadi pada Minggu (21/6/2020).
Edy mengomentari, hanya orang sakit jiwa yang tega menyakiti anak kecil, apalagi sampai membuat nyawa melayang.
"Itu sakit jiwa yang membunuh anak tuh. Orangtua kok seperti itu," kata Edy, saat ditemui usai melaksanakan salat di Rumah Dinas, Jalan Sudirman, Kota Medan, Selasa (23/6/2020).
• Seorang Ibu Mengalami Koma dan Lumpuh, Apotek Diduga Salah Beri Obat
• SEORANG Kakek Usia 71 Tahun Sembuh dari Covid-19 di RSUP Adam Malik
Warga yang bermukim di kawasan sekolah Global Prima, Jalan Brigjen Katamso mendadak geger, Minggu (21/6/2020).
Pasalnya dua jasad bocah yang diperkirakan berusia 10 dan 5 tahun ditemukan dalam parit.
Informasi yang berhasil dihimpun, adapun identitas kedua bocah tersebut yakni Iksan Fatilah dan Rafa Anggara, keduanya warga Jalan Brigjen Katamso, Gang Satria, Kecamatan Medan Kota.
Usai penemuan jasad tersebut, petugas kepolisian Polsek Medan Kota dan Polrestabes Medan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kematian keduanya.
Kapolsek Medan Kota Kompol Rikki Ramadhan yang dikonfirmasi Tri bun-Medan.com mengatakan, saat ini sedang dilakukan full baket dan sedang didalami.
"Kami masih kerja di lapangan. Belum tahu. Nanti kalau sudah ada perkembangan kita sampaikan," ujarnya saat dikonfirmasi melalui WhatsApp.
Ditemukan Benda Aneh, Kakek Menduga terkait Ilmu Hitam
Polrestabes Medan terus mendalami kasus pembunuhan 2 anak yang dilakoni ayah tiri (tersangka Rahmadsyah), Selasa (23/6/2020).
Dua anak kecil Ikhsan Fatahilah (10) dan adiknya Rafa Anggara tewas di tangan ayah tirinya tersebut.
Mayat kedua korban ditemukan di kawasan sekolah Global Prima, Jalan Brigjen Katamso, Gang Abadi, Medan, Minggu (21/6/2020).
Teranyar, sejumlah keterangan digali polisi baik dari tersangka, keluarga dan sejumlah saksi.
//
• BREAKING NEWS: 9 Orang Jemaat Diisolasi di Gereja GBKP Padangbulan, Dinyatakan Positif Corona (swab)
Sementara, Kakek kedua bocah yang dibunuh oleh ayah tirinya, Zainal Abidin (65) menyebutkan bahwa pelaku atau ayah tiri kedua bocah tersebut diduga memperdalam ilmu hitam.
"Kalau kita lihat sepintas lalu, anak ini berdukun atau nuntut ilmu," ujar Zainal Abidin.
Bukan tanpa sebab, kecurigaan pun muncul.
Kecurigaan diawali dengan adanya penemuan benda-benda aneh saat tinggal bersama di rumah mereka, mertua dan menantu satu rumah.
Dugaan bahwa pelaku pembunuh bocah tersebut memiliki ketertarikan pada dunia ilmu Hitam disebabkan oleh adanya penemuan benda-benda aneh yang disinyalir sebagai benda yang digunakan dalam prosesi menuntut ilmu hitamnya.
"Karena ada yang tinggal di rumah itu, sesudah dia saya usir dari rumah ada satu benda kita dapatkan," sambungnya.
"Setangkai atau sekumpulan bunga, sepotong kain kafan, tanah kuburan, dan taring. Itulah yang dapat," jelasnya.
Sasaran ilmu hitamnya adalah istri dan anak Zainal Abidin. Dengan demikian, Zainal Abidin langsung membakar benda-benda tersebut.
"Jadi bisa saya ketahui bahwasanya itu dia megang itu perencanaannya ingin membunuh anak saya dan istri saya, makanya saya bakar itu," lanjutnya.
Dia juga tahu bahwa hal itu merupakan bagian dari peralatan yang biasanya digunakan orang yang bakal mempelajari ilmu hitam dari teman putrinya.
"Itu saya tahu karena ada teman anak saya yang lagi kuliah, dia mungkin orang yang bisa memantau, dia nanya aku bakar apa tadi, jangan bohong katanya. Dia pikirkan lagi ohh ternyata bapak bakar ini ini," ungkapnya
Dia kemudian menuturkan bahwa teman putrinya sendiri menjelaskan sasarannya, putri dan istri Zainal Abidin.
"Lalu putri saya jelaskan yang dibakar itu, kain kafan, tanah, bunga. Lalu temannya itu bilang, yang mau dibunuhnya adalah Dian dan ibunya,"
Motif ingin membunuh melalui ilmu hitam, tidak punya hubungan dengan harta sebab Zainal Abidin mengakui bahwa dirinya tidak memiliki harta yang pantas diperebutkan.
"Kalau kita pikirkan harta, engak ada harta saya, enggak ada apa-apa," sambungnya
"Mungkin dia itu ingin menuntut ilmu hitam, itulah kira-kira," pungkasnya.
Kronologi Rahmadsyah Bunuh 2 Anak Tiri, Korban Minta Es Krim
Perkembangan kasus pembunuhan 2 bocah yang dilakoni seorang ayah tiri hingga polisi mengungkap motif penyebab pembunuhan sadis ini.
//
Kesadisan Rahmadsyah menghabisi nyawa kedua anak tirinya akhirnya terbongkar.
Bahkan ternyata sang istri nyaris tewas dibunuhnya.
"Aku pernah ingin dibunuhnya dua kali, yakni saat berada di Delitua dan di sekitar sini, dekat sini"
//
Prarekonstruksi pembunuhan dua orang bocah yang dibunuh oleh bapak tirinya berlangsung di Jalan Brigjen Katamso, Kota Medan, Senin (22/6/2020).
Korban atasnama Ikhsan Fatahilah (10) ditemukan disudut bangunan gedung sekolah Global Prima dalam posisi terlentang dan Bagian Wajah keadaan Memar dan korban Rafa Anggara (5) ditemukan di dalam parit samping gedung sekolah Global Prima yang ditemukan dengan posisi terlentang dan di tutup dengan triplek dan karton.
Kedua bocah ini tewas di tangan bapak tirinya bernama Rahmadsyah.

Sementara itu, Kapolrestabes Medan Kombes Pol Riko Sunarko turut hadir menyaksikan prarekonstruksi di Gang Abadi dan mejelaskan kronologi kejadian awal sehingga kedua bocah ini terbunuh.
"Pada hari Jumat (19/6/2020) ibu korban mengantar kedua orang anaknya ke rumah neneknya. Kemudian yang bersangkutan berangkat kerja. Kemudian malam sekitar pukul 20.00 WIB, anak-anak ini pulang ke rumah kemudian nonton tv dengan bapak tirinya," ucap Riko.
"Setelah itu si anak minta kepada bapaknya untuk beli ice cream. Tapi bapaknya bilang enggak punya uang. Ini baru pengakuan awal dari tersangka ya," sambungnya.
Lanjut Riko, kemudian tersangka menjawab tidak punya uang. Kemudian anak-anaknya bilang bapaknya pelit.
"Kemudian anak-anak akan bilang kepada ibunya untuk mencari bapak baru, itu keterangan awal dari tersangka. Untuk sementara akan kita dalami motifnya," ucap Riko.
Pengakuan tersangka, tersangka Rahmadsyah mengaku memegang kedua tengkuk anak-anak tersebut.
"Kedua anak ini dipegang tengkuknya, kemudian kepalanya dibenturkan. Setelah dibenturkan, si anak-anak ini jatuh, kemudian satu-satu dibenturkan ke lantai dan dinding sebanyak masing-masing empat sampai lima kali," ucap Riko.
Kemudian setelah dibenturkan ke dinding, dia melihat si anak masih bergerak, kemudian diinjak tersangka perut kedua anak-anak tersebut.
Setelah memeriksa nadi dan nafas kedua anak tersebut, si tersangka langsung membuang kedua anak di samping sekolah Global Prima, lewat lorong sebelah rumahnya.
"Penyidik juga memeriksa keluarga korban, apakah sebelumnya ada tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Pada hari Sabtu (20/6/2020) sempat menanyakan kepada tersangka tentang keberadaan anak-anaknya. Tapi tersangka tidak menjawab sperti kelihatan ketakutan. Hari Minggu (21/6/2020) sekitar pukul 07.30 WIB pagi, tersangka mengirim chat lewat akun facebook, bahwa anaknya sudah bunuh tersangka," ucap Riko.
Motif Pembunuhan
Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Riko Sunarko ungkap motif pembunuhan dua anak kecil yang dilakukan ayah tiri di kawasan sekolah Global Prima, Jalan Brigjen Katamso, Gang Abadi, Medan, Senin (22/6/2020).
Kedua anak korban pembunuhan sadis tersebut bernama Iksan Fatilah (10) dan Rafa Anggara (5).
Ia menerangkan bahwa motif dari pelaku Rahmadsyah (30) tahun adalah karena sakit hati karena kepada kedua anaknya.

Riko menjelaskan bahwa pelaku sakit hati karena anaknya menyebut meminta ayah baru pada saat nonton tv bersama pada Jumat (19/6/2020) malam di rumahnya di Jalan Brigjen Katamso, Gang Abadi, Medan.
"Motifnya dari keterangan awal pelaku yang bersangkutan karena sakit hati. Jadi awalnya pelaku bersama kedua anaknya nonton tv bersama pada Jumat malam, lalu kedua anaknya meminta eskrim. Tapi karena tidak punya uang tidak diberikan. Baru anaknya bilang ayah pelit, baru mereka meminta ibunya untuk mencari ayahnya yang baru," tuturnya saat pra-rekonstruksi di Jalan Brigjen Katamso, Gang Abadi, Medan, Senin (22/6/2020).
Riko menerangakan bahwa kedua anak tersebut tinggal di dua tempat, yaitu tempat lainnya berada di rumah neneknya di Jalan Brigjend Katamso Gang Satria, Medan.
"Kronologinya, jadi kedua anak ini juga tinggal sama neneknya. Lalu pas hari Jumat dia ke rumah neneknya. Kemudian Jumat sore kembali ke rumahnya. Lalu di malam hari itu kejadiannnya," tegas Riko.

2 Bocah Yang Dibunuh Ayah Tirinya Dimakamkan di Kuburan Jawa
Jasad kedua bocah yang dibunuh oleh terduga pelaku ayah tirinya, telah dimakamkan di Pekuburan Jawa, Jalan Brigjend Katamso, Gang Perwira, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun pada Senin 22/6/2020).
Kedua anak korban pembunuhan tersebut Iksan Fatilah (10) dan Rafa Anggara (5).
Suasana baru terlihat pada wajah para pelayat yang tiba di areal pemakaman.
Warga sekitar yang datang ke lokasi pemakaman tersebut menyampaikan bahwa kedua anak tersebut adalah anak yang periang dan baik hati.

"Pemakaman ini kita lakukan bagi kedua cucu saya itu pada satu liang lahat dengan posisi memanjang," ujar Zainal Abidin (65), kakek kecua bocah tersebut.
Terlihat warga ikut serta dan ambil bagian dalam acara pemakaman tersebut.
Isak tangis pun telah terdengar saat berada di rumah duka.
Ibu kedua bocah tersebut tertunduk saat berada di rumah duka. Dia mencoba menceritakan kisah penemuan jasad kedua bocah tersebut.
Namun cerita itu sontak terhenti akibat dia tidak sanggup dan terlihat lemas. Hingga acara pemakaman, ibu kedua bocah ini tetap terdiam di rumah duka.
Mengetahui kekejaman perlakuan suaminya yang tega membunuh anak tirinya, dia pun hanya sanggup terdiam dan tak kuasa menahan sedih.
"Aku pun enggak nyangka dia itu setega itu," ujar Fathuljanah, ibu kedua bocah tersebut.
Bukan hanya Fathuljanah, Zainal Abidin juga menyampaikan hal sama.
"Sadis sekali. Dan bahkan dia juga pernah mau bunuh istrinya itu, putriku Fathuljanah. Dia dicekik dan dikira si Rahmad ini sudah mati. Kami mau laporkan tapi istrinya menahan kami. Kalau istrinya bilang gitu, ya kami pun engak melanjutkan lagi lah kan," tambah Zainal Abidin.
Pemakaman kedua bocah tersebut berakhir dan semua warga yang sudah berkumpul secara berangsur kembali ke rumah masing-masing.
Sebelumnya, polisi melaksanakan prarekonstruksi kasus pembunuhan dua anak yang dilakukan ayah tiri di kawasan sekolah Global Prima, Jalan Brigjen Katamso, Gang Abadi, Medan, Senin (22/6/2020).
Pengakuan Istri Dicekik, Mau Dibunuh
- Fathuljanah (30), ibu kedua bocah korban pembunuhan sadis ayah tirinya di Jalan Brigjen Katamso, mengaku pernah mendapat perlakuan kekerasan dari suaminya tersebut.
Bahkan, Fathuljanah mengaku pernah dua kali hendak dibunuh suaminya.
"Aku pernah ingin dibunuhnya dua kali, yakni saat berada di Delitua dan di sekitar sini, dekat sini," ungkap Fathuljanah saat dimintai keterangan di rumah duka, Senin (22/6/2020).
Ia menuturkan, percobaan pembunuhan yang kedua terjadi beberapa bulan lalu.
Saat itu, keluarga Fathuljanah sempat ingin mengadu ke Polsek Medan Kota.
"Pas di belakang rumah ini (ada rumah dekat rumah orangtuanya), aku dicekiknya, dikiranya aku mati, datang lagi dia," sambungnya.
• MULAI HARI INI Jadwal Pemadaman Listrik di Kota Medan, PLN Minta Maaf, Berikut Wilayahnya
Lebih detailnya, dia menjelaskan kondisinya parah akibat perlakukan kekerasan yang dilakukan suaminya sendiri, yang kemudian dijadikan sebagai tersangka pembunuhan kedua bocah tersebut.
"Pokoknya, muka saya sudah biru-biru, mata saya ini sudah berdarah. Ini enggak nampak lagi putihnya lagi ya kan, enggak bisa jalan, enggak bisa ke mana-mana," ujarnya.
Dia menuturkan, dirinya baru dua tahun berumah tangga bersama tersangka.
"Kami sudah menikah itu dua tahun. Dia lajang dan saya janda. Saya sudah punya anak dua, tapi sekarang sudah meninggal," pungkasnya.
17 Adegan Prarekonstruksi
Petugas gabungan dari Polrestabes Medan dan Polsek Medan Kota melaksanakan prarekonstruksi kasus pembunuhan sadis yang dilakukan Rahmadsyah (30) terhadap dua anak tirinya di Jalan Brigjen Katamso Medan, Senin (22/6/2020) sore.
Pantauan di lokasi, personel kepolisian sempat membatalkan jalannya prarekonstruksi lantaran ramainya warga menyesaki lokasi.
Setelah massa membubarkan diri, personel kepolisian melanjutkan jalannya prarekonstruksi.
Kapolrestabes Medan Kombes Pol Riko Sunarko mengatakan, prarekonstruksi berlangsung dengan 17 adegan digelar di 2 titik di areal sekolah.
"Prarekonstruksi berlangsung 17 adegan," ujarnya, didampingi Wakapolrestabes AKBP Irsan Sinuhaji, Kasatreskrim Kompol Martuasah Tobing, dan Kapolsek Medan Kota Kompol Rikki Ramadan di lokasi prarekonstruksi.
• GEGER Makhluk Misterius Pengisap Darah di Taput, Ternak Warga Mati Tak Wajar, Bangkainya Utuh
• Kisah John Kei, Mantan Satpam Diskotek Sukses di Jakarta, Kini Terlibat Serang Saudaranya Nus Kei
Lanjutnya, kejadian ini bermula ketika Jumat (19/6/2020) malam, ibu korban Fathuljanah (30) mengantarkan kedua anaknya ke rumah neneknya di Jalan Brigjen Katamso Gg Kesatria Medan.
Setelah keduanya diantar, kedua korban menjumpai ayahnya yang berada di rumah kontrakan di Jalan Brigjen Katamso Gg Abadi, yang berada di belakang sekolah Global Prima.
"Kedua korban meminta dibelikan es krim," jelas Kapolrestabes Medan.
Namun, karena tidak memiliki uang, tersangka Rahmadsyah menolak permintaan kedua anaknya.
"Pengakuan tersangka karena ditolak, kedua korban kemudian mengatakan 'bapak pelit’, dan akan mengadu ke ibunya untuk mencari bapak baru," ungkap Kombes Pol Riko.
Diduga kesal mendengar ucapan tersebut, tersangka kemudian mengamuk dan membenturkan kepala kedua korban ke dinding.
Tak puas juga, pelaku menginjak-injak tubuh korban untuk memastikan kedua korban meninggal dunia.
Kemudian, jasad kedua korban dibuang di dua tempat terpisah.
Satu di parit dan satu di sudut bangunan seputaran areal sekolah.
• LAGI, Melonjak 20 Kasus Baru Positif Covid-19 di Sumut, Total Tembus 1.115 Orang, Meninggal 74
"Pada Sabtu (20/6/2020) ibu korban sempat menanyakan keberadaan kedua anaknya. Namun pelaku tidak menjawab, tapi raut wajah pelaku ketakutan," beber Kapolrestabes Medan.
Ibu korban mengira bahwa kedua buah hatinya itu berada di kediaman orangtuanya (nenek korban).
"Baru pada Minggu (21/6/2020) pelaku mengirimkan chat lewat massenger (Facebook) ke istrinya kalau kedua anaknya berada di parit sekolah (meninggal dunia)," imbuhnya
(wen/cr3/CR23/vic/tri bun-medan.com.