TRI BUN WIKI

TRI BUN-MEDAN-WIKI: Orang Mandailing Menyebutnya Bagas Godang

Orang Mandailing menyebut rumah adatnya Bagas Godang. Rumah adat Bagas Godang dipakai sebagai kediaman kepala kampung.

Editor: Salomo Tarigan
HO/tri bun medan
Bagas, rumah adat Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal 

Laporan Reporter Tri bun Medan/Aqmarul Akhyar

TRI BUN-MEDAN-WIKI.com –

Indonesia memilki kemajemukan budaya dan adat. Jadi tak heran setiap daerah memiliki rumah adatnya tersendiri.

Satu di antaranya rumah adat suku Mandailing yang terletak di kawasan Sumatra Utara.

Orang Mandailing menyebut rumah adatnya Bagas Godang.

Rumah adat Bagas Godang dipakai sebagai kediaman kepala kampung.

Sedangkan setiap kampung terdapat Balai Desa yang disebut Sopo Gadang, Selasa (23/6/2020).

Bagas Godang ini berarsitektur Mandailing, yang Berbentuk empat persegi panjang  dengan disangga kayu-kayu besar berjumlah ganjil. Ruang terdiri dari ruang depan, ruang tengah, ruang tidur, dan dapur.

Rumahan ini  terbuat dari kayu, berkolong dengan tujuh atau sembilan anak tangga, berpintu lebar dan berbunyi keras jika dibuka.

Untuk kontruksi atap berbentuk tarup silengkung dolok, seperti atap pedati.

Bagas Godang ini satu komplek dengan Sopo Godang, Sopo Jago, dan Sopo Eme.

Keseluruhan rumah tersebut  menghadap ke Alaman Bolak (berupa halaman luas yang datar). Kemudian, Bagas Godang ini terdiri dari ornamen-ornamen khas Mandailing.

Pertama, ornamen Bona Bulu (bambu) yang melambangkan sistem pemerintahan Huta. Jadi wilayah pemukiman yang dapat dikategorikan sebagai huta atau bona bulu, apabila sarana dan prasarananya telah lengkap.

Seperti, unsur-unsur Dalian Na Tolu (Mora, Kahanggi dan Anak Boru), Raja Pamusuk, Namora Natoras, Ulubalang, Bayo-bayo Nagodang, Datu dan Sibaso.

Lalu, ornamen Bindu/Pusuk ni Robung (rebung), yang melambangkan sistem organisasi sosial.

Ornamen ini dimaknai suatu kehidupan sosial-budaya masyarakat Mandailing, yang berlandaskan Adat Dalian Na Tolu (Tiga Tungku Sejarangan) atau Adat Markoum-Sisolkot (adat berkaum-kerabat). 

 Selain itu, ornamen Sirih melambangkan fungsi Raja dan Namora Natoras.

Makna ornamen ini ialah menyangkut pelaksanaan upacara adat dan ritual, yang harus terlebih dahulu meminta pertimbangan serta izin kepada Raja dan Namora Natoras.

Kemudian, Sipatomu-tomu (yang menyatukan), yang melambangkan hak dan kewajiban Raja dan rakyatnya.

Lalu, Bintang na Toras melambangkan pendiri huta.

Selanjutnya, ornamen Raga-raga yang melambangkan keteraturan dan keharmonisan hidup bersama.

Tak hanya itu saja, ada juga ornamen Sancang Duri yang melambangkan suatu kejadian tak terduga.

Maksudnya, seseorang yang datang ke suatu huta dan ia langsung ke Sopo Godang.

Maka Namora Natoras wajib memberinya makan selama ia berada di huta tersebut. apabila Ia meninggalkan huta harus diberi bekal makanan.

Untuk ornemaen Jagar-jagar, melambangkan kepatuhan masyarakat terhadap adat-istiadat. Ornemen, Empat Bandul melambangkan ketentuan dalam berperkara.

Kemudian, ada ornamen  Halaman luas (Alaman Silangse Utang), yang melambangkan wewenang dan kekuasaan Raja.

Ornamen Bulan, yang melambangkan pelita hidup.

Sementara, ornamen Matahari, melambangkan Raja yang adil dan bijaksana.

Lalu, ornamen Gimbang, yang  melambangkan tingkat kepedulian sosial Raja yang tinggi. Ornamen Tempurung, dan ornamen Golok.

Sumber:

-          Direktorat Jenderal Kebudayaan

-          Renggo Astuti dan Sigit Widiyanto

(cr22/Tri bun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved