HUT Ke 430 Kota Medan
Jejak Sejarah Permukiman Kuno di Medan Sejak 1.000 Tahun Lalu, Ini Kata Sejarawan Ichwan
Tepat pada hari ini, Rabu 1 Juli 2020, Kota Medan menginjak usia 430 tahun.
TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Tepat pada hari ini, Rabu 1 Juli 2020, Kota Medan menginjak usia 430 tahun.
Namun, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa di kota Medan sendiri sudah memiliki peradaban permukiman kuno sejak tahun 1080.
Hal ini diungkapkan oleh Sejarawan Sumatera Utara, Ichwan Azhari Ichwan.
Ia menuturkan bahwa peradaban kota Medan sudah ada sejak tahun 1080 dengan ditemukannya Tiang Rumah Kayu Dungun Melayu berdasarkan Uji Karbon Laboratorium C14.
Pernyataan Ichwan bukan tanpa dasar dan bukti. Ia menyebutkan ada penemuan jejak kota kuno abad ke-11, oleh arkeolog asing.
"Di bagian utara kota ini, di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan, ditemukan jejak kota kuno abad 11 berdasarkan bukti ribuan temuan arkeologis yang tidak terbantahkan," ungkap Ichwan, Rabu (1/7/2020).
Ia menuturkan bahwa temuan dari arkeolog asing tersebut dibuktikan adanya publikasi internasional.
"Temuan arkeologis di situs Kelurahan Paya Pasir yang sejak Jhon Anderson pertama kali menyebut dengan nama Kota Cina pada tahun 1823, telah dituangkan dalam dua disertasi Jhon Miksic (1979), Mckinnon (1984), puluhan publikasi internasional peneliti dalam negeri dan asing, termasuk eskavasi 6 tahun (2010-2016) oleh tim dari Pusat Arkeologi Nasional dan EFEO Prancis pimpinan Daniel Perret," ujarnya.
Ichwan menuturkan bahwa kini bukti sejarah permukiman kuno di Medan sejak 1000-an tahun lalu akan dipublikasikan. Substansinya tentang hasil penelitian arkeolog asing selama enam tahun lamanya.
"Kini sedang ditunggu buku tebal hasil penelitian 6 tahun tim Prof Daniel Perret menggunakan teknik modern berbasis laboratorium seperti uji karbon, tes DNA, analisis biokimia, geoarcheologi/geomorphologi, tes fisika atas kaca, batuan, keramik dan tembikar," ucap Ichwan.
Ichwan menuturkan, sejarah ada jika memiliki bukti di dalamnya.
Dan, salah satu hasil tes laboratorium yang sudah dipublikasikan adalah Analisis Laboratorium (C14) terhadap bagian kayu bekas tiang rumah yang ditemukan sekitar 1,3 meter di bawah tanah.
"Tes laboratoriumnya menunjukkan kayu itu berasal dari tahun 1080. Kayu yang diduga tiang bangunan itu dikenali dengan nama lokal (Melayu) sebagai kayu Dungun, satu spesies kayu yang dianggap sebagai kayu Melayu yang paling tahan banting. Potongan kayu kuno ini terselamatkan dan terpelihara dengan baik sampai saat ini akibat karakter tanah lapisan bawah situs yang dipenuhi air payau," ungkap Ichwan.
Diketahui jika air payau mengandung komposisi kimia alami yang berfungsi sebagai pengawet benda benda organik ratusan bahkan seribuan tahun.
"Kayu bekas permukiman orang Medan kuno terus dikumpulkan dalam sebuah lubang berair payau di dalam Museum Kuno Kota Medan yang terletak di Kelurahan Paya Pasir. Juga terdapat kayu Nibung Kuno, Kayu Ulin dan berbagai kayu lain yang belum teridentifikasi," kata Ichwan.
Menurut Ichwan, berdasarkan bukti yang terus dikumpulkan, tiang rumah dengan kayu Dungun menjadi bukti adanya permukiman masyarakat selama ratusan tahun.
"Tiang rumah penduduk dari kayu pilihan ini membuktikan ada permukiman menetap yang stabil selama ratusan tahun di kota Medan. Berdampingan dengan tiang-tiang rumah kuno itu ditemukan sampah dapur warga Medan kuno seperti jutaan kulit kerang, tulang hewan mamalia serta ikan," ucap Ichwan.
Pusat Peradaban Perdagangan Kuno di Dunia
Ichwan menambahkan, bahwa kota Medan pernah menjadi pusat perdagangan kuno, yaitu Cotta Cinna yang kini diabadikan di Museum Situs Kota China di Kecamatan Medan Marelan.
"Era kota Medan sebagai pusat perdagangan kuno berlangsung dari abad ke-11 sampai abad ke-16. Sebagai pusat perdagangan kuno, Cotta Cinna yang situsnya seluas 30 hektare, menjadi kota pelabuhan padat, dan termasuk satu dari sedikit kota penting dunia pada zamannya," ungkapnya.
Ichwan menuturkan bahwa penemuan bukti penting kota Medan sebagai peradaban perdagangan kuno ini terlihat dari banyaknya penemuan bangkai kapal.
"Jejak permukiman kuno tersebar luas dan padat, bangkai kapal banyak ditemukan. Cotta Cinna juga menjadi pusat peribadatan dari warganya yang bercorak internasional, jejak agama Hindu, Buddha serta Sywa dibuktikan berupa temuan 5 candi kuno yang ditelantarkan Pemko Medan puluhan tahun. Pusat pendidikan bhiksu, sejumlah arca, dupa berbagai sarana peribadatan juga ditemukan," jelas Ichwan.
Ichwan menjelaskan bahwa selain menjadi pusat perdagangan kuno, Medan sendiri menjadi peleburan dan perdagangan emas dunia.
Hal ini dilihat dari bukti penemuan tembikar sebagai pelebur emas dan pasir emas yang ditemukan di Cotta Cinna.
Butiran atau pasir emas dibawa dari pedalaman Sumatera ke Cotta Cinna, untuk dilebur dan dijadikan perhiasan bermutu tinggi menggunakan teknologi perajin emas dari India Selatan.
Ratusan cepuk tembikar sebagai wadah untuk melebur emas ditemukan dan juga disimpan di museum.
“Ini mengindikasikan ramainya Medan Utara sebagai pusat industri peleburan emas sejak zaman kuno. Ada 40 fragmen ceceran dari perajin emas yang dikoleksi museum sebagai bukti munculnya Medan Utara sebagai pusat peleburan dan perdagangan emas dunia," ungkap Ichwan.
Medan menjadi satu diantara kota terbesar di Indonesia dengan perputaran roda ekonomi yang maju.
Ichwan menyebutkan jika Medan sendiri memiliki sejarah peradaban yang tinggi dari sisi perdagangan yang kini bukti sejarah terletak di Museum Situs Cotta Cinna Marelan.
"Kawasan Medan Utara sudah lama menjadi pusat perdagangan internasional. Bukti-bukti tertua Medan sebagai pusat perdagangan sejak abad ke-11 disimpan di Museum Situs Cotta Cinna di Marelan. Ada juga bukti jejak perdagangan kuno kota Medan seperti uang coin Cola (India Selatan), coin Sinhala (Sri Langka) serta coin China dari berbagai dinasti," jelas Ichwan.
Namun, begitu banyaknya para arkeolog yang tertarik dengan banyaknya penemuan situs-situs sejarah peradaban Medan, Ichwan menuturkan bahwa Pemko Medan sendiri masih minim kepedulian terhadap pemeliharan bukti otentik sejarah peradaban Medan.
"Pemko Medan selama ini mengabaikan, menelantarkan, membiarkan hancur situs dan sejarah kota Medan sebagai kota kuno yg menakjubkan itu. Saya mengimpikan kota ini menjaga warisan kotanya. Jejak kota Medan sebagai kota perdagangan internasional kuno seharusnya situs dan peninggalannya dijaga, diselamatkan," ucap Ichwan.
Ke depannya, di Hari Jadi Kota Medan ke-430 ini, Ichwan berharap agar kota Medan segera memiliki Museum Kota.
"Saya juga mengharapkan Medan bisa memiliki museum kota karena sampai sekarang Medan tak punya museum kota milik Pemko. Tanpa adanya museum kota, kota ini masuk sebagai kota antiperadaban," pungkas Ichwan.
(cr13/tri bun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/sejarawan-ichwan-azhari-1.jpg)