Cerita Samia Hussein, Payudaranya Meledak Karena Bom, Jadi Pemuas Nafsu ISIS hingga Berusaha Pulkam

Menurut The Sun, wanita berusia 25 tahun itu mencoba kembali ke Inggris melalui Heathrow menggunakan paspor Inggrisnya.

Mirror.co.uk
Samia Hussein (kiri) dan Kendaraan yang hancur di Baghouz (kanan). 

TRI BUN-MEDAN.com -  Seorang pengantin wanita ISIS yang mengaku "ditipu" diduga berusaha kembali ke Inggris.

Samia Hussein memiliki luka serius.

Sebagian payudaranya meledak karena bom yang dijatuhkan oleh pasukan koalisi di Suriah, menurut laporan.

Samia juga dilaporkan mengalami luka parah pada lengan kirinya.

Mengemuka! Ternyata Inilah Alasan Lesty Kejora Putus Dengan Rizki DA, Padahal Sudah Pacaran 5 Tahun

Menurut The Sun, wanita berusia 25 tahun itu mencoba kembali ke Inggris melalui Heathrow menggunakan paspor Inggrisnya.

Namun usahanya berhasil dihentikan oleh polisi anti-teror.

Sebuah sumber mengklaim Samia kembali ke London pada tanggal 12 Februari - diyakini dalam penerbangan dari Turki.

Niat Hati Jadi PSK Demi Perbaiki Nasib Keluarga, Hidup Wanita Ini Berakhir Tragis Cintai Playboy Tua

Dia sekarang diduga sedang diselidiki di Suriah.

Tahun lalu, keluarga Hussein, yang meninggalkan Inggris untuk belajar di Nairobi, Kenya, mengklaim bahwa Samia telah "dicuci otak" oleh kelompok teror saat berada di negara itu.

Mereka mengatakan dia kuliah di Universitas Internasional Amerika Serikat di ibu kota dan "bekerja keras di sana".

Samia, dari Southall, London barat, dilaporkan didekati oleh teroris dan diberitahu bahwa dia akan membantu anak-anak yang membutuhkan.

Dia ditemukan tinggal bersama pengantin ISIS Shamima Begum di kamp pengungsi al-Hawl yang dikelola Kurdi di Suriah utara tahun lalu setelah jatuhnya Baghouz.

Dari Dulu Berseteru, Senjata M16 Buatan AS Ini Muncul di Perang Suriah, Ternyata Jiplakan China

Menurut The Sun, dia telah ditahan karena dicurigai menjadi anggota organisasi terlarang berdasarkan dokumen Bagian 11 dari Terrorism Act 2000.

Pemuas nafsu ISIS

Seorang wanita Inggris saat remaja bergabung dengan kelompok Negara Islam (ISIS) berharap dapat pulang kembali.

Mantan pengantin ISIS itu telah memenangkan hak kembali ke Inggris pada Kamis (16/7/2020).

Dia terus memperjuangkan pemulihan kewarganegaraannya, yang dicabut dengan alasan keamanan nasional.

Shamima Begum merupakan salah satu dari tiga siswi London timur yang melakukan perjalanan ke Suriah pada 2015.

Dilansir AP, Kamis (16/7/2020) dia muncul kembali di sebuah kamp pengungsi di Suriah.

Dia mengatakan kepada wartawan ingin pulang, tetapi ditolak, setelah mantan Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid mencabut kewarganegaraannya.

Dia berargumen keturunan Bangladesh dan bisa pergi ke sana.

Dia menentang keputusan itu, dengan alasan bukan warga negara dari negara lain.

“Begum tidak takut menghadapi keadilan Inggris, karena dia menyambutnya,'' kata pengacaranya, Daniel Furner dalam sebuah pernyataan setelah putusan itu.

"Tapi pencabutan kewarganegaraannya tanpa kesempatan untuk membersihkan namanya bukanlah keadilan - justru sebaliknya," tambahnya.

tribunnews

tribunnews

Mantan pengantin ISIS asal Inggris, Shamima Begum yang diputuskan pengadilan boleh pulang. Foto: TIme

Begum saat ini berusia 20 tahun, mengatakan dirinya sempat ditolak untuk mendapatkan pengadilan yang adil.

Begum berusia 15 tahun ketika dia direkrut ISIS secara online.

Dia terbang ke Turki dengan dua teman sekolahnya , sebelum menyelinap ke Suriah tempat dia menikah dengan seorang militan.

ISIS menyerahkan sebagian besar wilayahnya setelah serangkaian kekalahan militer oleh koalisi pimpinan-AS di Suriah,

Sehingga, Begum berakhir di sebuah kamp pengungsi di mana ia memohon melalui pers Inggris agar diizinkan pulang.

Tetapi pemerintah Inggris menolak permintaannya dan akhirnya menanggalkan kewarganegaraannya.

Inggris beralasan langkah itu tidak melanggar hukum HAM internasional.

Bahkan, dia memenuhi syarat untuk menjadi warga negara Bangladesh karena warisan orang tuanya. Meskipun faktanya dia tidak pernah menginjakkan kaki di negara miskin itu.

Tidak lama setelah Inggris mencabut kewarganegaraan Inggrisnya, bayi laki-lakinya meninggal di kamp pengungsi tempat mereka tinggal di timur laut Suriah.

Begum dilaporkan memiliki dua anak lain selama masa hidupnya di bawah ISIS, keduanya juga meninggal.

Dalam mengajukan banding terhadap keputusan pemerintah, pengacara Begum berargumen selain kewarganegaraan, keputusan itu juga berisiko terhadap kematian atau perlakuan tidak manusiawi.

Mereka juga mengatakan dia tidak bisa secara efektif melawan kasusnya dari kamp pengungsi.

"Keadilan dan keadilan, fakta-fakta dari kasus ini, lebih penting daripada masalah keamanan nasional," putusan pengadilan banding Inggris dan Wales memutuskan.

Pemerintah dan sumber keamanan Inggris mengatakan Begum mewakili risiko keamanan, dan menyatakan kekecewaan atas keputusan Kamis (16/7/2020).(*)

Kisah Samia Hussein Pengantin ISIS, Lengan dan Payudara Wanita Ini Terluka Gegara ISIS

Dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya, seorang pengantin ISIS, Samia Hussein, menyalahkan kelompoknya itu setelah payudara dan lengan terluka karena serangan udara.

Samia yang berasal dari Southall, London Barat, Inggris, mengklaim teradikalisasi secara online sebelum kabur ke Suriah pada 2015.

Namun 12 bulan setelah dia mulai menetap itu, Samia Hussein mengungkapkan dia nyaris terbunuh karena serangan udara koalisi internasional.

Diberitakan The Sun Sabtu (4/7/2020), penyerangan itu membuatnya menghabiskan waktu selama tujuh bulan dirawat di rumah sakit.

Dalam wawancaranya dengan sineas dokumenter Alan Duncan dari kamp pengasingan al-Hol yang dijaga Kurdi, Samia menceritakan momen mengerikan itu.

Dia menuturkan dalam wawancara pertamanya, ISIS sengaja menyimpan senjata di bangunan sipil, persis di sebelah gedung tempatnya tinggal.

"Saya masuk ke rumah itu dan saya ingat melihat benda oranye. Namun saya tak tahu bahwa saya terluka dan berusaha menyelamatkan diri," kata dia.

Samia kemudian mengatakan, lengan dia terputus.

" Payudara saya mengalami luka parah, dan kaki saya juga remuk," jelas perempuan yang kini berusia 25 tahun itu.

tribunnews

Screengrab from YouTube via The Sun
Samia Hussein, perempuan 25 tahun yang tinggal di kamp pengungsian al-Hol, Suriah. Dia menyalahkan ISIS karena payudara dan lengannya terluka dalam serangan udara oleh koalisi internasional.(Screengrab from YouTube via The Sun) 

Dia meyakini bahwa koalisi internasional yang dipimpin AS tentu tidak sengaja menjatuhkan bom ke lokasi yang berisi warga sipil.

"Saya menyalahkan ISIS. Kalian menempatkan benda itu (senjata) di antara warga sipil. Sebab mereka tahu koalisi tidak akan menyerang perempuan dan anak-anak," ungkapnya.

Warga Inggris itu mengklaim, bayi berusia enam bulan dan seorang pensiunan tewas dalam serangan tersebut, yang kemudian digunakan oleh teroris dalam propagandanya.

Samia Hussein menyatakan, ISIS akan menaruh senjata di bangunan yang padat dengan keluarga, dan menjadikan kematian mereka sebagai propaganda.

"Bagi mereka itu bagus. Mereka akan merekam dan memublikasikan seraya berkata 'lihat, mereka membunuh perempuan dan anak-anak'," ucapnya.

Hidup dalam kekuasaan kelompok yang menguasai sebagian Irak dan Suriah, Samia mengaku apa yang dialaminya hanyalah "fantasi" daripada yang didapat secara daring.

Dia mendiskripsikan orang-orang menerima perlakuan "tak manusiawi", di mana mereka dipenjara hanya karena merokok atau tidak beribadah.

Berdasar keterangan otoritas setempat, ada sekitar 1,500 orang berpaspor Inggris yang datang untuk bertempur atau bergabung bersama ISIS.

Alan Duncan, mantan tentara Angkatan Darat Inggris yang memerangi ISIS, menyalahkan Turki karena membiarkan ribuan warga Barat menyeberang saat perang sipil Suriah.

tribunnews
Perempuan dan anak-anak Suriah ditempatkan di kamp penampungan Al-Hol di bawah pengawasan Kurdi Suriah.(AFP / DELIL SOULEIMAN)

 Dia menjelaskan seharusnya Ankara adalah sekutu di Nato, dan mereka membiarkan ribuan orang menyeberang tanpa melalui pemeriksaan," kecamnya.

Duncan menuturkan dia berbicara dengan salah satu pengantin di al-Hol, yang mengklaim dinas keamanan Inggris, MI5, datang ke London dan memperingatkan dia sudah teradikalisasi.

Meski begitu, dinas keamanan tidak menghubungi orangtua si gadis yang tak disebutkan identitasnya, sehingga dia bisa bebas melenggang ke Suriah.

Ucapan Duncan tersebut selaras dengan pengakuan Samia Hussein, yang menuturkan MI5 sempat memperingatkan mereka mengawasi gadis-gadis itu.

"Tapi, mereka tidak menyita paspor mereka. Karena itu, mereka diizinkan untuk berangkat ke Turki dan menyeberang," papar perempuan yang ditangkap di Baghouz pada Maret 2019 itu.

Lebih lanjut, Samia menerangkan dia tahu sudah memberikan aib kepada keluarganya, yang tak terlalu religius dan tidak mengira dia jadi radikal.

Karena itu, dia berharap bisa diizinkan pulang ke Inggris, dan bisa diadili atas kejahatannya di pengadilan Negeri "Ratu Elizabeth" itu.

"Saya masih hidup, setengah dari diri saya selamat bagaimana pun. Kami dicuci otak secara daring. Saya tak tahu jika datang ke Suriah adalah kejahatan," akunya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lengan dan Payudara Terluka karena Serangan Udara, Samia Hussein Salahkan ISIS",  dan Serambinews.com berjudul; Mantan Pengantin ISIS Kembali ke Inggris, Satu dari Tiga Gadis London Timur ke Suriah pada 2015

Artikel ini sudah tayang di Suar dengan judul : Pengantin ISIS Ini Diduga Berusaha Kembali ke Kampung Halaman setelah Payudaranya Meledak karena Bom

Sumber: Suar.id
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved