Dulu Mabuk & Main Wanita, Mantan Preman Kebal Bacok Ini Cerita Kisahnya Dapat Hidayah hingga Mualaf
Sosoknya tegas namun ramah. Sorot matanya tajam, narasi-narasinya lugas terukur. Tangannya terlihat masih kekar berurat.
"Saya waktu itu, tiada hari tanpa mabuk," ucapnya.
• Polwan Gadungan Mengaku Berpangkat AKBP Tipu Sekeluarga Rp 204 Juta
Sadisnya, berkutat di dunia gemerlap, ia pun nyaris tiap hari berhubungan seksual dengan beragam wanita. Baik dari dalam dan luar negeri. Ini juga menjadi bagian dari ritual kesaktiannya.
"Astaghfirulloh, bejat sekali saya waktu itu. Dan itu membuat murka Tuhan, bahkan terlarang di agama saya terdahulu. Entah berapa ratus wanita saya tiduri," tiba-tiba matanya sayu tatkala mengingat jejak jejaknya itu.
Tetiba ia diam tercekat, matanya nanar menerawang jauh di garis cakrawala laut itu. Tampak sekali penyesalannya. Diam, membisu.
Di sudut matanya, tertahan air yang hendak runtuh. Tercekat.
• Wakil Menteri Surya Tjandra Janjikan Sengketa Tanah di Sumut Beres 2 Tahun
Kiprahnya di dunia preman, tak kalah moncer. Namanya dikenal sebagai penguasa kawasan Sadasari, Kuta, Bali bersama teman sehidup sematinya, Kadek Rama.
Bekal kesaktiannya sangat membantu ‘karirnya’ di dunia keras itu. Duit mengalir deras, namun selalu habis untuk foya foya menuruti nafsu duniawinya.
"Saya pernah dikeroyok puluhan orang kelompok lawan. Hingga saya dikubur di selokan dengan tumpukan bebatuan. Disangkanya saya mati. Saya masih hidup,bengep saja tidak. Begitu bangun, saya langsung datangi markasnya, duel lagi. Mereka takluk, hormat dan menjadi bagian dunia kami," ujarnya.
Penguasa lahan parkir, penjaga pub hingga narkoba akrab dalam sentuhan hidupnya yang menghadirkan kebahagiaan semu itu.
• Lionel Messi Hanya Follow 4 Klub Akun Instagram, Ke Sini Peluangnya Bergabung
Fase Mengenal Islam
Pada 1999, ia menempati kontrakan bersama seorang pemuda yang mengenyam pendidikan pesantren, asal Bangkalan, Madura.
Namanya, Muhammad Yusuf, satpam BCA Kuta.
"Saya memanggilnya Ustad Yusuf. Saleh dan berilmu," kisahnya.
• Deklarasi KITA di Monumen Sisingamangaraja XII Medan, RE Nainggolan: NKRI Harga Mati
Khoiruddin mengisahkan, Yusuf tidak pernah resek dengan gaya hidupnya yang preman. Tak jarang, ia ngobrol sembari mabuk di hadapan Yusuf. "Kadang ia mengingatkan, jaga kesehatan, jangan terus terusan mabuk," kata ayah satu putra ini.
Hingga suatu ketika, ia datang saat Yusuf persiapan solat. Dengan cueknya, Khoiruddin membuka miras red label, duduk lalu diminumnya sampai teler. Sementara, Yusuf asyik meriung dengan Tuhannya dalam sembahyang yang khusyuk.