Olah Minyak Jelantah Jadi Biodiesel, Kepul Tawarkan Uang Tunai atau Sembako ke Ibu Rumah Tangga
Minyak sisa penggorengan atau akrab disebut minyak jelantah sering kali terbuang begitu saja lantaran tidak dapat diolah kembali.
Tribun-Medan.com, Medan - Minyak sisa penggorengan atau akrab disebut minyak jelantah sering kali terbuang begitu saja lantaran tidak dapat diolah kembali.
Namun, pembuangan minyak jelantah ini memunculkan persoalan lain, yakni pencemaran lingkungan.
Berangkat dari permasalahan ini, Startup Kepul punya program jemput minyak jelantah dari warga yang nantinya mampu diolah menjadi biodiesel. Hal ini diungkapkan Officer Finance Kepul, Sindi Husna Pratiwi.
"Program minyak jelantah ini, kita mengumpulkan limbah dari masyarakat dan pedagang yang nantinya akan kita olah menjadi biodiesel yang menjadi bahan bakar mesin produksi di Indonesia. Ketimbang dibuang kan ini jadi pencemaran lingkungan, jadi kita coba olah jadi biodiesel," ungkap Sindi kepada Tribun Medan, Minggu (4/10/2020).
Sindi sendiri menjelaskan bahwa minyak goreng sendiri untuk penggunaannya maksimal sebanyak tiga kali. Namun, ia tidak menyangkal bahwa banyak oknum pedagang yang sering menggunakan minyak jelantah secara berulang.
Menariknya, program minyak jelantah dari Kepul ini dapat ditukarkan menjadi uang tunai ataupun dalam bentuk barang.
Sindi menjelaskan bahwa untuk kilo minyak yang disumbangkan, warga akan mendapatkan Rp 5 ribu atau dalam bentuk barang berupa sabun sebanyak 3 buah dan 1 sabun cuci piring dan kecap.
Respon warga sendiri tentu turut senang mengikuti program ini. Selain meminimalisir pencemaran lingkungan juga menambah penghasilan.
"Kita langsung door to door ke masyarakat dan pedagang untuk sosialisasi tentang edukasi minyak jelantah. Apalagi ibu rumah tangga biasanya buang minyak jelantah kalau sudah kehitaman kan.
Jadi ketika mereka tahu bisa jadi rupiah, mereka senang banget apalagi kalau mereka tahu kalau program ini tidak hanya bisa dalam bentuk tunai tapi juga dapat berbentuk barang atau kebutuhan pokok yang mereka inginkan," ujarnya.
Sindi menuturkan bahwa untuk pengumpulan ini, Kepul juga turut menyediakan jeriken mulai dari ukuran 1 kilo, 2 kilo, 4 kilo, kilo, 18 kilo, dan kilo.
"Untuk pengumpulan tergantung kemampuan customer, kita juga sediakan jerigen beragam ukuran, mereka yang milih jerikennya mau yang mana. Misalnya kita kasih jeriken 1kilo, nanti mereka bilang kapan waktu untuk bisa dijemput. Mereka kadang menelepon kalau sudah penuh, nanti kita kasih uang cash ke mereka atau kita langsung bawa sembakonya," kata Sindi.
Selama dua bulan berjalan, Sindi sendiri menemukan temuan menarik terkait banyaknya minyak jelantah yang dihasilkan warga maupun pedagang tiap minggunya, seperti rumah tangga mampu menghasilkan kilo minyak dan pedagang mampu mencapai kilo setiap minggunya.
Selain sembako, ternyata Kepul juga membidik para anak muda untuk ikut berpartisipasi untuk menyumbangkan minyak jelantah. Nantinya, setiap kilo yang disumbangkan, Kepul juga akan memberikan pengganti berupa skincare yang dapat dimanfaatkan oleh para wanita.
"Kalau untuk sekilo minyak yang disumbangkan, kita bisa berikan satu sabun cuci muka, sheetmask atau hand body yang nilai harganya sama dengan minyak jelantah sekilonya, kita sesuaikan dengan harganya," kata Sindi.
Sindi berharap melalui program ini agar masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.
"Semoga masyarakat semakin sadar pentingnya menjaga lingkungan. Walau pun hanya dari minyak jelantah, ini bisa menyelamatkan ekosistem air tidak mencemari lingkungan dan jaga kesehatan mereka. Terus ini bisa diubah jadi rupiah, benar-benar bermanfaat selain dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungan," pungkas Sindi.
(cr13/tribun-medan.com)