Demi Kelestarian Orangutan Sumatera dan Tapanuli, BBKSDA Siap Gandeng Mahasiswa Sebagai Tim Survey

Dengan demikian, pihak BBKSDA Sumut melakukan pelatihan bagaimana upaya yang dibuat untuk melakukan survey Orangutan Sumatera dan Tapanuli.

Penulis: Maurits Pardosi |
Orangutan Tapanuli merupakan spesies ketiga setelah Borneo dan Sumatra. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara Hotmauli Sianturi menyampaikan bahwa konservasi Orangutan di Sumatera membutuhkan tren populasi di suatu bentang alam antar waktu tertentu.

Dengan demikian, pihak BBKSDA Sumut melakukan pelatihan bagaimana upaya yang dibuat untuk melakukan survey Orangutan Sumatera dan Tapanuli.

"Pada Pelatihan ini, Tim BBKSDA SU dan Yayasan Ekosistem Lestari melakukan seleksi peserta yang berasal dari Perguruan Tinggi/Universitas yang nantinya akan diikutsertakan dalam tim survey orangutan Sumatera dan orangutan Tapanuli," ungkapnya dalam paparan tertulis yang disampaikan pada Jumat (23/10/2020).

"Informasi populasi dan gangguan habitat sangat dibutuhkan untuk menentukan skala prioritas konservasi orangutan di Indonesia," sambungnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan perihal populasi liar Orangutan Sumatera dan Tapanuli.

"Pada tahun 2009 - 2011 telah dilakukan di seluruh habitat dimana terdapat populasi liar. Hasil Survei tersebut menjadi rujukan utama populasi Orangutan sumatera dalam penyusunan Strategi Rencana Aksi Konservasi Orangutan 2019- 2029,"

Survei dan monitoring populasi orangutan dilakukan setiap 10 tahun sekali, pada Survei tersebut fokus pada bentang alam terluas yang kenal dengan Kawasan Ekosistem Leuser, dan bentang alam lainnya dilakukan secara parsial.

"Dalam rentang waktu 10 tahun tersebut berbagai program konservasi Orangutan terus berjalan dengan berbagai kegiatan, untuk memastikan populasi orangutan tetap lestari. Orangutan sebagai primata arboreal membutuhkan habitat berupa kawasan hutan yang terdapat kanopi," sambungnya.

Pada tahun 2020-2022 akan dilakukan Survei dan monitoring populasi Orangutan Sumatera dan Orangutan Tapanuli di seluruh kawasan hutan yang terdapat populasi liar orangutan.

Dalam pelaksanaannya, Survei dengan skala luas melibatkan berbagai pihak terkait yaitu UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Unit Pelaksana Teknis Daerah Provinsi dan Kabupaten, lembaga non pemerintah dan perguruan tinggi.

Karena itu, dalam melakukan Survei ini diperlukan satu standarisasi pelaksanaan survei dan koleksi data di lapangan serta pengelolaan data yang dikoleksi.

"Hal ini bertujuan agar hasil Survei dari berbagai tim bisa seragam sehingga dapat dianalisis dengan baik dengan bias minimum. Metode standar Survei populasi orangutan telah selesai disusun oleh Forum Orangutan Indonesia (FORINA) dan Universitas Nasional dengan judul “Buku Panduan Survei Sarang Orangutan”. Buku panduan tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam survei dan monitoring populasi orangutan di Pulau Sumatera tahun 2020-2022," sambungnya.

Panduan Survei sarang yang standar perlu diperkenalkan dan diterapkan kepada seluruh anggota atau tim Survei yang akan turun ke lapangan.

"Tim survei berasal dari akamedisi dan mitra UPT LHK serta masyarakat yang terlibat dalam Survei dan monitoring orangutan. Mengingat jumlah anggota tim dan UPT yang terlibat banyak, maka konsep pelatihan ini adalah Training of Trainer (ToT), sehingga peserta yang diutus dalam pelatihan ini adalah team leader," lanjutnya.

Hal ini dimaksudkan setiap tim leader lapangan mampu menerapkan metode standar yang memenuhi kaidah ilmiah dan mampu memberikan pengarahan yang tepat kepada masing-masing anggotanya.

Tujuan dari pelatihan Survei dan monitoring populasi Orangutan Tapanuli dan Sumatera adalah membangun standarisasi pedoman dan teknik penghitungan sarang
orangutan dengan metode Line Transect.

"Penghitungan populasi orangutan (Sumatera dan Tapanuli) dengan penghitungan sarang sesuai metode standar Line Transect harus memenuhi kaidah-kaidah ilmiah sehingga setiap perwakilan UPT, UPTD, akademisi dan para pihak yang tertarik dengan konservasi orangutan dapat menerapkan metode yang standar tersebut di lapangan," sambungnya.

"Sasaran dari kegiatan ini adalah para pemangku kepentingan utama yang mewakili UPT KSDAE BBKSDA SU, UPTD Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, dan beberapa mitra kerjasama dari Perguruan Tinggi yang mendukung konservasi dimana terdapat populasi liar orangutan," pungkasnya.

(cr3/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved