Serangan Balik Macron, Tak Terima Dituduh Erdogan Sakit Mental: Tunjukkan Sikap Perang ke NATO
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Macron sakit mental dan meminta Macron untuk memeriksakan kejiwaannya.
TRIBUN-MEDAN.com - Kecaman para pemimpin dunia terhadap Presiden Perancis Emmanuel Macron terus bermunculan.
Mereka mengecam pernyataan Presiden Macron yang dinilai menghina Nabi dan agama tertentu dengan melakukan generalisasi yang keliru.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Macron sakit mental dan meminta Macron untuk memeriksakan kejiwaannya.
Presiden Indonesia Joko Widodo juga mengecam sikap orang nomor satu di Perancis itu.

Kecaman juga datang dari sejumlah pemimpin negara Islam atas sikap arogan Emmanuel Macron.
Unjuk rasa pun meluas, tak hanya terjadi di negara mayoritas berpenduduk Islam, tetapi juga di negara komunis dan mayoritas berpenduduk Hindu.
Meski mendapat kecaman, Presiden Emmanuel Macron bukannya meminta maaf tapi justru berkelit.
Berita terkini Warta Kota ( Tribunmedan.com grup ) yang didapat dari cuitan Macron menyebutkan, dia kini mengaku tak bermaksud menghina agama Islam dan para pemeluknya.
Dia hanya mengecam teroris yang telah menewarkan 300 warga Perancis.
Tetapi, dia Macron juga balik menyerang Presiden Turki Erdogan
Macron menuding Presiden Turki Erdogan memiliki sikap "berperang" terhadap sekutu NATO.
NATO (The North Atlantic Treaty Organizatio) atau Organisasi Perjanjian Atlantik Utara, juga disebut Aliansi Atlantik Utara, adalah aliansi militer antar pemerintah antara 30 negara Amerika Utara dan Eropa, berdiri 4 April 1949.
Seperti diberitakan AFP, kantor berita berpusat di Perancis, Macron juga mengutuk seruan yang "tidak dapat diterima" untuk boikot produk Perancis.
"Kami mengecam "distorsi" oleh para pemimpin politik atas kartun (Nabi) Muhammad," ujar Macron seperti dikutip dari AFP.
Seperti diketahui, Presiden Erdogan mengaku bergabung dengan sejumlah negara untuk boikot barang-barang Perancis.
"Jangan pernah memberikan kredit pada barang-barang berlabel Perancis, jangan membelinya," ujar Erdogan.

Selain itu, Presiden Erdogan juga menyatakan bahwa Emmanuel Macron membutuhkan "pemeriksaan mental".
Barang-barang Prancis telah ditarik dari rak supermarket di Qatar dan Kuwait, di antara negara-negara Teluk lainnya, sedangkan di Suriah orang-orang telah membakar gambar Macron dan bendera Prancis telah dibakar di ibu kota Libya, Tripoli.
Cuitan Presiden Macron
Presiden Perancis Emmanuel Macron menulis status khusus untuk mengklarifikasi pernyataan sebelumnya yang dinilai disalahartikan.
Macron menulis statusnya di akun twitter tidak hanya dalam bahasa Inggris dan Perancis, tetapi juga dalam bahasa Arab.
Menurut Presiden Macron, yang ia lawan dan perangi itu terorisme yang mengatasnamakan agama, bukan agama Islam itu sendiri.
"Saya melihat banyak kebohongan, dan saya ingin mengklarifikasi yang berikut: Apa yang kami lakukan sekarang di Prancis adalah memerangi terorisme yang dilakukan atas nama Islam, bukan Islam itu sendiri," ujar Macron dalam tulisan Arab yang telah diterjemahkan google ke dalam bahasa Indonesia, Minggu (1/11/2020) dini hari WIB.
Menurut Macron, terorisme di negaranya telah merenggut lebih dari 300 warga Perancis.
Selain itu, Emmanuel Macron juga membantah tudingan yang menyebut dirinya mendukung karikatur menghina Nabi Muhammad SAW yang dimuat di majalah Charlie Hebdo.
Macron hanya mendukung kemampuan menulis, berpikir, dan menggambar secara bebas seperti yang dianut selama ini di Perancis.
Macron menyadari bahwa pendiriannya itu mengejutkan, tetapi dia harus sampaikan.
"Mereka menyebut saya bahwa saya "mendukung kartun yang menghina Nabi". Saya mendukung kemampuan menulis, berpikir, dan menggambar dengan bebas di negara saya, ini adalah hak dan kebebasan kami. Saya menyadari ini bisa mengejutkan dan saya menghormatinya, tetapi kita harus membicarakannya," ujar Macron.
Macron juga menghujat para ekstrimis.
"Para ekstremis mengajarkan bahwa Prancis tidak boleh dihormati. Mereka mengajarkan bahwa wanita tidak setara dengan pria, dan bahwa gadis kecil tidak boleh memiliki hak yang sama dengan anak laki-laki. Saya memberi tahu Anda dengan sangat jelas: Tidak di negara kita," katanya.
Berikut cuitan Emmanuel Macron untuk mengklarifikasi pernyataan sebelumnya.


Pemerintah Belgia Pecat Guru Hina Nabi Muhammad
Sementara itu, Pemerintah Belgia ternyata lebih santun dibandingkan sikap Presiden Perancis Emmanuel Macron dalam menyikapi kasus kartun Nabi Muhammad SAW.
Di Perancis, Presiden Emmanuel Macron membenarkan tindakan guru yang menunjukkan gambar kartun Nabi dan mengutuk pembunuhnya dan mengaitkan dengan sentimen agama tertentu.
Padahal, tindakan penghinaan terhadap Nabi (apa pun agamanya), dinilai oleh sejumlah tokoh, bisa memicu kemarahan para pengikut Nabi tersebut.
Tetapi di Belgia, meski sama dengan Perancis sebagai negara Eropa, pemerintahnya bertindak lebih bijaksana.
Berita terkini Warta Kota bersumber dari dailymail.co.uk menyebutkan, guru di salah satu distrik di Belgia ditegur lantaran menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW yang dimuat di majalah Charlie Hebdo.
Guru itu kemudian mendapat sanksi tegas berupa pemberhentian atau dipecat.

Guru Belgia Dapat Sanksi
Dailymail memberitakan, sebuah distrik Brussel telah menangguhkan seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad.
Guru tersebut menunjukkan karikatur itu saat membahas pembunuhan seorang guru Prancis yang menggunakan gambar yang sama, kata juru bicaranya, Jumat.
Guru Belgia, yang bekerja di distrik Molenbeek di Brussels, menunjukkan salah satu kartun yang sebelumnya diterbitkan oleh majalah Perancis Charlie Hebdo saat menjelaskan kematian Samuel Paty.
Pejabat setempat menyebut karikatur Charlie Hebdo tersebut sebagai gambar yang tak sopan atau tidak senonoh.
"Keputusan kami secara unik didasarkan pada fakta bahwa ini adalah gambar yang tidak senonoh. Jika bukan karena Nabi, kami akan melakukan hal yang sama," kata juru bicara Wali Kota Molenbeek.
Pada gambar yang dimaksud, alat kelamin subjek terlihat saat dia berjongkok, telanjang. Murid sekolah itu berusia antara 10 sampai 11 tahun. "Dua atau tiga orang tua mengeluh," kata juru bicara itu.

Guru bahasa Prancis, Paty, dibunuh dan dipenggal pada 16 Oktober di Conflans-Sainte-Honorine, di luar Paris, oleh seorang radikal Chechnya setelah dia dikecam karena telah menunjukkan kartun tersebut ke kelas tentang kebebasan berekspresi.
Beberapa Muslim menganggap gambar nabi apa pun sebagai penghujatan dan karikatur sebagai pelanggaran terhadap iman mereka.
Hukum Prancis sangat sekuler dan kepercayaan agama tidak menerima perlindungan khusus.
Majalah yang awalnya menerbitkan gambar tersebut, Charlie Hebdo, menjadi sasaran serangan ekstremis tahun 2015 yang menewaskan 12 orang.
Menyusul pembunuhan Paty yang berusia 47 tahun, Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan pembelaan yang berapi-api atas kebebasan berekspresi, termasuk hak kartunis untuk mencerca tokoh agama.
Negara tetangga Belgia, seperti Prancis, telah mengalami sejumlah serangan dalam beberapa tahun terakhir dan Molenbeek, yang memiliki populasi Muslim yang besar, menjadi terkenal sebagai sarang radikal.
Juru bicara wali kota menekankan skorsing itu bukan hukuman, tapi untuk menjaga ketertiban sementara prosedur disiplin dijalankan, setelah itu guru bisa menghadapi tindakan administratif.
(*)
Artikel ini sudah tayang di Warta Kota dengan judul : PRESIDEN Perancis Emmanuel Macron Tuding Presiden Turki Erdogan Tunjukkan Sikap Perang Kepada NATO