Air PDAM Menghitam Seperti Kopi, Warga: Tagihan Air Tetap Membengkak
Akibat air yang menghitam ini, Lisa sendiri kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak dan ragu dengan kualitas air tersebut.
TRIBUN-MEDAN.com - Kondisi air di kota Medan tampaknya memiliki permasalahan beberapa hari belakangan ini. Kini tidak hanya menguning, melainkan kondisi air yang menghitam seperti air selokan juga turut dialami warga.
Permasalahan air menghitam seperti kopi ini turut dialami Lisa Lubis, warga Jalan Selamat, Kecamatan Medan Amplas, Medan. Kejadian air yang menghitam ini terjadi sejak Jumat (6/11/2020) lalu.
Akibat air yang menghitam ini, Lisa sendiri kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak dan ragu dengan kualitas air tersebut.
"Banyak lah kak kendalanya. Saya juga kan tidak tahu airnya aman gak di gunakan. Sehari hari pekerjaan rumah menggunakan air jadi kesulitan, ragu untuk menggunakan nya seperti masak atau mandi," ungkap Lisa kepada Tribun Medan, Sabtu (7/11/2020).
Untuk memenuhi kebutuhan air ini, Lisa terpaksa harus membeli air galon untuk kebutuhan masak.
"Saya masak jadi repot lah. Mandi pun belum ini dari semalam karena air terbatas. Kalau untuk masak saya terpaksa membeli air galon isi ulang. Gak mungkin juga pakai air hitam itu walau tidak berbau," ujarnya.
Kondisi air hitam ini juga pernah dialami Lisa namun kondisi tersebut hanya berlangsung selama satu jam, berbeda dengan kondisi saat ini yang sudah memasuki hari kedua.
"Dulu pernah seperti ini tapi palingan hanya satu jam. Awalnya mati dulu air setelah idup air nya kayak gitu. Tapi cuma sebentar, mungkin karena cuci bak kata orang orang. Setelah satu jam airnya udah kembali bersih. Tapi kalau ini udah dari semalam sore airnya tidak juga kembali bersih," kata Lisa.
Tidak hanya Lisa, kondisi air hitam seperti kopi ini turut dialami Yunita, Warga Jalan Tuasan, Kecamatan Medan Tembung, Medan ini mengalami mati air hampir setiap air beberapa hari belakangan dan turut mengalami air menghitam dan berbau.
"Tiap hari air mati, sekarang airnya hitam dan berbau. Tapi inipun pembayaran tetap membludak sampe dua kali lipat naiknya. Kemarin Rp 150 ribu ini jadi Rp 250ribuan, apa tidak ada kompensasi ya. Kita sulit sekali kalau seperti ini. Mau mandi hemat-hemat kita," ujar Yunita.
Tambahnya, Yunita yang memiliki anak bayi ini juga turut harus membeli stok air hingga tiga galon khusus untuk anaknya.
"Kecewa kali lah ini. Gimana tidak, ada anak bayi sama anak saya masih kecil-kecil. Gak mungkin saya pakai air yang macam kopi ini. Benar-benar hitam. Lihatnya pun geli juga. Semoga lah ini cepat pulih. Kita juga minta adalah kompensasi, kita sebagai warga dirugikan kalau gini," pungkas Yunita.
(cr13/tribun-medan.com)