Jejak Kasus Praka Marten, Bunuh dan Mutilasi Istri Sendiri, Beraksi Bersama Pelakor

Oknum anggota TNI, Praka Martin Priyadi Nata Candra Chaniago, lolos dari hukuman mati.

Editor: Juang Naibaho
TRIBUN MEDAN/GITA 
Sidang Putusan Terdakwa pembunuhan sadis Praka Marten Priyadi Nata Candra Chaniago, di Pengadilan Militer I-02 Medan, Selasa (24/11/2020). 

Pertama yakni karena Marten masih memiliki anak berumur 7 tahun yang sudah kehilangan ibu.

Sehingga apabila Marten dijatuhi hukuman mati, maka dianggap akan memberatkan anaknya apabila kehilangan dua orangtua sekaligus.

"Kedua, selama persidangan terdakwa secara kesatria mengakui kesalahannya telah membunuh istrinya, Ayu Restari sehingga mempermudah jalannya persidangan," kata Hakim

Selain itu, kata Hakim, terdakwa memohon agar diberikan kesempatan hidup dan berjanji akan bertobat demi anaknya yang baru berusia 7 tahun.

Sementara itu, Oditur Militer I-02 Medan, Mayor Chk Sri Armansyah, menyatakan pihaknya akan pikir-pikir sembari menunggu petunjuk dari pimpinan, apakah setuju atau melakukan banding terhadap putusan tersebut.

Sebelumnya Armansyah menuntut Marten dengan hukuman mati.

Tuntutan mati itu dengan alasan Marten telah melakukan pembunuhan secara sadis dan berencana terhadap istrinya, bersama dua orang wanita lainnya yang merupakan selingkuhannya.

"Kami menuntut terdakwa dengan hukuman pidana mati karena pembunuhan terhadap istrinya dilakukan dengan perencanaan bersama dua orang wanita lainnya tanpa belas kasihan," kata Armansyah usai sidang.

"Di pasal 340 KUHP jo 55 itu ancamannya pidana mati, seumur hidup atau pun paling lama 20 tahun. Jadi tadi diputus majelis 20 tahun, habis itu mungkin kami akan berpikir, apakah nanti akan menyatakan banding dalam putusan majelis tadi. Nanti saya akan minta petunjuk pimpinan saya, apakah mengajukan banding, atau menerima, itu nanti ada petunjuk dari pimpinan kami sendiri," katanya.

Terkait hukuman tambahan yakni pemecatan, kata Armansyah, saat ini belum inkrah karena Marten belum menyatakan setuju atas putusan tersebut.

"Ada tambahan dipecat dari dinas militer, memang putusan ini belum inkrah, belum mempunyai kekuatan hukum tetap, jadi hak-haknya dia selaku prajurit masih diberikan, jadi belum dinyatakan diberhentikan dari dinas militer.

Tapi nanti ketika putusan majelis, tidak ada upaya hukum lagi, sudah berkekuatan hukum tetap, dan tetap ada dipecat dari dinas, maka dia akan kembali pada masyarakat," pungkas Armansyah.

Jejak Kasus

Jejak kematian Ayu Lestari terungkap medio Mei 2020 silam.

Warga menemukan kondisi tulang belulang yang sudah mengering dan berserakan di Jalan Baru Lingkungan 4, Kelurahan Sihaporas Nauli, Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah, Rabu (20/5/2020).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved