Anggota DPRD Sumut Desak Polisi Tangkap Pengeroyok Raja Adat Bius Motung

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Warga Paguyuban Masyarakat Adat Bius Motung Si Opat Marga Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, kecewa atas proses hukum kasus pengeroyokan terhadap Sabar Manurung yang ditangani Polres Toba.

Gudmen Manurung dihubungi Tribun-Medan.com, Minggu (20/12/2020), mengatakan, para terduga pelaku pengeroyokan sampai saat ini berkeliaran di sekitar Motung, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba.

"Kami sudah melapor ke Polres Toba dan, dan mereka juga kami lihat sudah diperiksa pasca pemukulan. Akan tetapi, sampai sekarang pekaku berkeliaran. Padahal, korban dikroyok sampai luka-luka tempo hari," ujar Gudmen.

Gudmen Manurung mengatakan, kasus penganiayaan yang dilakukan oleh 4 orang inisial AM, SM, DM dan LS itu sudah dilaporkan ke Polsek Lumban Julu dan Polres Toba pasca kejadian pengeroyokan Jumat 11 Desember lalu.

Gudmen berharap ketegasan pihak penegak hukum, khususnya Polres Toba dalam menangani kasus ini.

"Penganiayaan terhadap Sabar Manurung terjadi di Kantor Desa Motung dan disaksikan Sekda Kabupaten Toba Audy Murphy Sitorus, tapi pelaku belum juga ditahan," terang Gudmen.

Persoalan tersebut bermula ketika pembahasan lanjutan pengadaan lahan Badan Pengelola Otorita Danau Toban (BPODT) di Kantor Desa Motung, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Jumat (11/12/2020).

Pagi itu, Sabar Manurung Raja Bius Motung yang menghadiri undangan Sekda Toba, babak belur dikeroyok Agus Manurung dan rekannya.

Sabar Manurung dikeroyok saat mempertahankan pendapatnya tentang wilayahnya. Pengeroyokan terjadi di depan Sekda Kabupaten Toba, dan Kepala Desa setempat.

Adapun pertemuan yang diadakan oleh Sekda Kabupaten Toba terserbut dalam rangka pembahasan lanjutan tentang dampak sosial BPODT bagi masyarakat di Kantor Desa Motung.