Kisah Pengantin Baru Dua Bulan Menikah yang Turut Menjadi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182
Tangis Ponijan pecah tatkala menceritakan sang anak, Mulyadi P Tamsir dan istri menjadi korban tragedi Sriwijaya Air SJ-182.
TRIBUN-MEDAN.COM - Ponijan, ayah korban tragedi Sriwijaya Air SJ-182 berharap ada mukjizat untuk anak dan menantunya.
Tangis Ponijan kembali pecah tatkala menceritakan sang anak, Mulyadi P Tamsir dan istri menjadi korban tragedi Sriwijaya Air SJ-182.
Tak hanya itu, Ponijan semakin pilu saat mengingat menantunya, Makrufatul Yeti Srianingsih ternyata tengah hamil.
Diketahui Mulyadi P Tamsir dan Makrufatul Yeti Srianingsih ternyata baru menginjak usia dua bulan pernikahan.
Sayang, belum sempat menikmati indahnya berumahtangga, kedua pengantin baru ini justru menjadi korban tragedi Sriwijaya Air.
Saat ditemui awak media, mengenakan sarung dan peci, Ponijan tampak tegar dengan kabar yang beredar.

Tangis Ponijan ingat anak dan mantunya jadi korban Sriwijaya Air (TribunPontianak)
Meskipun belum ada kepastian soal kondisi anak, menantu dan besannya, Ponijan ikhlas dengan kemungkinan terburuk.
“Kita itu bukan milik manusia.
Kita milik Allah. Jadi kapan Allah memanggil Mul, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Kami keluarga sudah mengikhlaskan,” kata Ponijan di kediamannya di Jalan Lingkar Sungai Durian, Kelurahan Kapuas Kanan Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang,” Minggu 10 Januari 2021.
Mulyadi merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Dia dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga sederhana berlatar belakang petani.
Mulyadi merupakan keluarga transmigran di Desa Semujau Mekar, Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang.
Orangtuanya berasal dari Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Nama Mulyadi P Tamsir mulai dikenal luas masyarakat ketika menjadi Sekjen PB HMI, kemudian mendapatkan amanah menjadi Ketua Umum PB HMI.
Di kancah politik nasional, Mulyadi pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI. Dia maju lewat Partai Hanura untuk daerah pemilihan Jatim 1.
Di rumah orangtuanya, foto Mulyadi mengenakan setelan jas warna hitam dalam bingkai diletakkan di atas lemari kayu.
“Mudah-mudahan masih ada mukjizat dari Allah, semuanya selamat,” kata Ponijan.
Ponijan bercerita, dia sama sekali tak ada merasakan firasat buruk.
Namun, dua hari terkahir, dia bersama istrinya Katimah merasakan ada yang janggal pada nyala kompor di rumahnya.
Sejak dua hari terkahir, dia merasa nyala api kompor gasnya sangat kecil.
Ponijan merasa, Mulyadi meninggalkan kenangan terindah ketika menikahi Makrufatul Yeti Srianingsih.
“Kenangan terindah nikah kemarin.
Dia itu sudah beberapa kali gagal nikah.
Yang terakhir, saya minta cepat.
Itu pun karena sejarah itu tadi.
Tiap malam saya berdoa, supaya jodohnya jangan jauh-jauh, paling jauh Pontianak, kan dekat.
Baru dua bulan nikahnya.
Kemarin dihubungi istrinya hamil,” kata Ponijan.
Mulyadi dan Yeti terbilang masih pengantin baru.
Pernikahannya baru berumur sekitar 50 hari saat kecelakaan pesawat terjadi.
Pasangan Mulyadi-Yeti menikah di Pontianak pada 20 November 2020 lalu.
Menurut Katimah, menantunya Yeti baru saja dikabarkan tengah hamil.

Tim penyelam Basarnas kembali menemukan body part atau potongan tubuh manusia di lokasi tempat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. (Tribunnews.com/Igman Ibrahim)
“Minggu lalu ada hubungi, ngasih kabar kalau positif hamil.
Saya bilang alhamdulilah,” kata Katimah, ibunda Mulyadi.
Katimah mengaku tak merasakan firasat apapun sebelum mendengar kabar anak, menantu dan besannya tersebut berada dalam pesawat.
Mulyadi, kata Katimah, memang jarang memberikan kabar jika hendak bepergian.
“Dia ndak pernah ngabari kalau mau ke mana-mana.
Kalau kami ngebel (menelepon) biasanya dia sudah di Papua, di Kaltim.
Kadang sudah di Bandara, waktu kami hubungi,” cerita Katimah.
Meski kedua orangtuanya tinggal di Kabupaten Sintang, sehari-harinya Mulyadi banyak berkegiatan di Jakarta.
Di antaranya adalah sebagai Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Hanura.
Sedangkan istrinya beraktivitas di Pontianak, sebagai dosen tetap Program Studi Administrasi Negara Politeknik Negeri Pontianak (Polnep).
Meski tak merasakan firasat buruk, Katimah merasa ada yang janggal pada nyala kompor di rumahnya. Sejak dua hari terkahir, dia merasa nyala api kompor gasnya sangat kecil. Saking kecilnya, air yang dimasak tak bisa mendidih.
“Firasat ndak ada sama sekali, padahal ya tidurnya malam-malam terus.
Tengah malam bangun salat tahajud.
Cuma dua hari itu loh, pagi tadi sama kemarin kompor kok ndak bisa hidup.
Bisa hidup tapi ndak bisa rebus air, seharian ndak mendidih.
Padahal gasnya baru ganti.
Tadi pagi selangnya baru, kompornya bersih, tapi ya tetap kecil apinya,” ungkap Katimah.
Sebenarnya, malam sebelum mendapat kabar anaknya tercatat dalam daftar penumpang pesawat Sriwijaya Air, Katimah sudah berniat untuk menghubungi anaknya.
Namun, kabar tak terduga itu datang lebih dahulu.
“Rencana jam 8 malam mau coba-coba ngebel (menelepon).
Sorenya abang dan adiknya pulang ke rumah bawa kabar (musibah pesawat).
Sudah dicek juga di Jakarta, katanya memang berangkat diantar temannya ke Bandara,” ujarnya.
Keluarga besar Mulyadi meminta doa dari masyarakat Kalbar.
“Atas nama keluarga besar Mulyadi, kami memohon doa seluruh kerabat dan handai taulan.
Semoga Allah SWT memberikan keajaiban dan saudara kami ditemukan dalam kondisi selamat,” kata Slamet Bowo Santoso, adik Mulyadi. (*)
Baca juga: AKHIRNYA TNI AL Berhasil Menemukan Kotak Hitam (Black Box) Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Baca juga: PRIA Ini Ungkap Penyebab Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh, Sebut Pilot Tak Punya Pilihan Lain
Baca juga: Presenter Robby Purba Beberkan Ritual Olla Ramlan Setiap Hari Jumat
Sebagian artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Berharap Mukjizat Anaknya Selamat, Kedua Orangtua Mulyadi Sebut Nyala Kompor Kecil Sebelum Kejadian Dan Tautan Artikel Tribunstyle.com:TANGIS Ponijan, Anaknya Baru 2 Bulan Nikah, Kini Jadi Korban Sriwijaya Air, Pilu Tahu Menantu Hamil