Produksi Tahu Tempe Mogok
Kenaikan Harga dan Kelangkaan Kacang Kedelai akan Berimbas pada Peternak
Karena selama ini ampas atau sisa dari pengolahan tahu dimanfaatkan untuk membuat pelet ikan dan makanan ternak.
Penulis: Septrina Ayu Simanjorang |
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Kenaikan harga dan kelangkaan kacang kedelai dikhawatirkan akan berimbas pada peternak.
Karena selama ini ampas atau sisa dari pengolahan tahu dimanfaatkan untuk membuat pelet ikan dan makanan ternak.
"Kenaikan harga kacang kedelai ini akan berpengaruh pada produksi bahan turunannya seperti pelet ikan, makanan ternak kambing, lembu, dan sapi juga ikut tersendat," kata Pengamat Ekonomi dan Akademisi Liberty Gultom, Selasa (9/2/2021).
Ia mengatakan peternak ikan juga mulai mengeluh karena sudah susah untuk membuat pelet sendiri. Sedangkan jika membeli pelet pabrikan harganya akan lebih mahal.
"Sebelumnya kan sudah dikatakan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso bahwa stok kacang kedelai cukup bahkan lebih. Kita salut dengan pernyataan beliau, tapi faktanya di lapangan, pabrik pabrik banyak tutup. Mereka sudah tiga hari berhenti produksi," kata dia.
Menurutnya hal ini juga akan berdampak pada pekerja. Dimana karyawan di pabrik tahu dan tempe diperkirakan lebih dari 3000.
"Kita katakanlah satu KK tiga sampai empat orang, berarti ada 12 ribu orang yang terdampak. Masyarakat Sumut juga terdampak jika mogok terus berlanjut. Rakyat tidak sanggup makan karena tahu tempe ini memang murah, tapi bergizi tinggi," ungkapnya.
Ia berharap pemerintah dan anggota DPRD bisa turun dan meninjau langsung ke lapangan.
"Persoalannya, apa ada mafia di balik ini? Hanya bapak bapak yang tau. Jadi turun tanganlah. Rakyat sudah kelaparan, jangan sampai nanti pengusaha tahu dan tempe ini demonstrasi. Saya juga berbincang dengan pelaku usaha tahu dan tempe, saya bilang cukup seminggu mogok. Karena kasihan," tuturnya.
Ia menyarankan agar ke depannya rantai distribusi kacang kedelai bisa dipangkas agar harga bisa lebih terpantau.
"Bulog bisa langsung turun ke lapangan memberikan dan mendistribusikan langsung kepada asosiasi. Sehingga mereka tidak terimbas harga. Ini kan bicara rantai distribusi, mungkin mata rantai distribusi nya kita pendekkan. Bisa dari Bulog langsung ke asosiasi," pungkasnya.
(sep/tribun-medan.com)