Cerita Anies Baswedan Cara Mempermalukan Serangan Buzzer yang Hina dan Mempermalukan Dirinya
Baik kritik ataupun ungkapan buruk ke personal pribadinya. Anies mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut.
TRIBUN-MEDAN.com - Cerita Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat merespons serangan buzzer yang kerap mengkritik dirinya dengan santai.
Seolah tak perduli, Anies Baswedan justru mempermalukan buzzer dengan pernyataannya yang satire.
Ia memilih tak reaksioner menanggapi para ungkap buzzer di media sosial.
Baik kritik ataupun ungkapan buruk ke personal pribadinya.
Anies mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Ia memandang kritik maupun hinaan sebagai ungkapan pendapat masyarakat.
"Saya ketika ada yang kritik keras, bahkan caci maki, maka makin keras itu sebetulnya adalah catatan yang akan dibaca oleh anaknya dan oleh cucunya, di kemudian hari," kata Anies dalam siaran live Youtube acara HUT Ke-13 tvOne, Senin (15/2/2021).
Baca juga: Tersangka Wanita Nangis Minta Maaf, Dino Patti Djalal Sebut Mafia Tanah Libatkan Freddy Kusnadi
Bukan tanpa alasan, Anies menyebut bahwa era digital saat ini aktivitas masyarakat termasuk buzzer bisa terekam dengan mudah.
Jejak digital akan selalu terekam bahkan tidak bisa dihapus jika sudah tersebar.
"Hari ini apa yang kita katakan akan terekam hampir permanen. Termasuk bagi buzzer, siapa pun yang mengungkap itu, jangan sampai di kemudian hari harus men-delete yang ditulis," tuturnya.
"Ketika seseorang men-delete yang ditulis, maka itu sebenarnya dia sedang mengatakan saya malu pada diri saya sendiri," imbuhnya.
Anies lantas kembali menegaskan bahwa kritik merupakan proses demokrasi dalam bernegara dan sudah ada sejak dulu.
Oleh karena itu, Anies mengingatkan bahwa pejabat pemerintahan sebagai wilayah publik sudah seharusnya tidak mempermasalahkan adanya kritik masyarakat.
"Makin kasar kata-katanya itu makin mempermalukan dirinya sendiri, bukan buat saya.
Jadi saya tidak perlu merasa masalah. Ketika orang mengkritik, rileks saja," imbuhnya.
Baca juga: Sempat Menggeliat, Wanita Bersuami Tewas saat Main Ranjang Bareng Pria Selingkuhan, Pesan Suaminya
Risma Ancam Posisi Anies Baswedan
Kehadiran Tri Rismaharini alias Risma di ibu kota negara kian mempertebal suhu dan tensi politik di DKI Jakarta.
Menteri Sosial pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi belakangan dikaitkan dengan kontestasi Pilgub DKI Jakarta.
Purna melaksanakan tugas di Surabaya, Risma saat ini berkantor di Jakarta.
Situasi tersebut dianggap banyak pihak semakin memuluskan karir politik nasional Risma.
Apa lagi ia disebut-sebut bakal maju sebagai Cagub di Pilkada DKI Jakarta.
Kondisi tersebut setidaknya mampu membuat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kencangkan ikat pinggang.
Apalagi hasrat politik untuk maju kedua kali memimpin DKI Jakarta masih ada.
Bagaimana tidak, kendati elektoral Anies masih di atas seluruh nama yang masuk bursa kepala daerah.
Namun meroketnya elektabilitas Risma hanya dalam waktu dua bulan terakhir berkantor di Jakarta, jelas jadi ancaman politik ke depan.
Diketahui Risma resmi dilantik Jokowi pada 23 Desember 2020, mulai berkantor di Jakarta jelang awal tahun 2021 lalu.
Lembaga survei Media Survei Nasional (Median) mencatat adanya lonjakan elektabilitas Tri Rismaharini dalam bursa pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Dalam survei terbaru yang digelar awal Februari ini, Menteri Sosial itu dipilih oleh 23,5 persen responden.
Angka itu didapat melalui survei semi terbuka di mana responden diberi 16 nama calon gubernur.
Angka itu meningkat signifikan ketimbang survei pada Juli 2020 lalu.
Dengan metode yang sama, Risma saat itu hanya dipilih oleh 4,2 persen responden.
"Elektabilitas Risma meningkat signifikan sampai 19 persen hanya dalam waktu kurang dari setahun," kata Direktur Riset Median Ade Irfan Abdurrahman.
Ade menilai, melonjaknya elektabilitas Risma tak lain karena blusukan yang kerap dilakukannya di DKI Jakarta setelah dilantik jadi Mensos.
Aksi blusukan itu membuat perbincangan mengenai isu Risma akan maju di Pilgub DKI semakin gencar.
"Ini saya pikir ada efek dari kehadiran beliau setelah ditunjuk jadi Menteri Sosial, ada kegiatan beliau blusukan yang langsung dirasakan masyarakat Jakarta," kata Irfan.
Baca juga: Sosok Sherly Penuh Palsu, Wanita Nangis Minta Maaf ke Dino Patti, Siapa Sebenarnya Freddy Kusnadi?
Hal ini juga tergambar dari hasil survei.
Sebanyak 11,7 persen responden mengaku memilih Risma karena gaya blusukan yang kerap ia lakukan.
Di sisi lain, survei Median mencatat elektabilitas Anies sebagai calon petahana cenderung stagnan.
Pada Juli lalu, dengan survei metode semi terbuka, Anies dipilih oleh 40 persen responden.
Pada survei hari ini elektabilitasnya hanya naik sedikit ke angka 42,5 persen.
Sementara dalam skenario head to head Anies Vs Risma, Anies Baswedan sebagai petahana masih unggul dengan dipilih oleh 45 persen responden.
Namun, elektabilitas Risma tak terpaut cukup jauh.
Mantan Wali Kota Surabaya itu dipilih oleh 36 persen responden.
Artinya elektabilitas Anies dan Risma hanya selisih 9 persen.
Dengan data tersebut, Ade menilai bukan tidak mungkin Risma bisa mengancam elektabilitas Anies.
Apalagi masih ada cukup waktu untuk sampai di pilkada DKI selanjutnya.
Pilkada DKI paling cepat akan digelar pada 2022 mendatang, atau bisa jadi pada 2024, tergantung dengan hasil pembahasan UU Pemilu antara DPR dan pemerintah.
"Kalau Risma terus melanjutkan aktifitas beliau blusukan di DKI Jakarta ini akan mengancam elektabilitas Anies Baswedan," kata Ade.
(*/ tribunmedan.id)
Artikel ini telah tayang di Kompas.TV dengan judul https://www.kompas.tv/article/147343/cerita-anies-ketika-diserang-kritik-hingga-caci-maki-buzzer-bisa-malu-sendiri?page=all
Artikel ini sudah tayang di Tribun Kaltim dengan judul: Tak Peduli Dikritik! Begini Cara Anies Baswedan Permalukan Buzzer yang Hina dan Caci Maki Dirinya