News Video

Masalah Sampah Berton-ton di Sungai Bedera Tak Kunjung Selesai, Begini Tanggapan Lurah Terjun

Nomba menuturkan, bahwa sampah yang memenuhi Sungai Bedera bukan berasal dari warga sekitar Kelurahan Terjun, melainkan dari daerah hulu.

Masalah Sampah Berton-ton di Sungai Bedera Tak Kunjung Selesai, Begini Tanggapan Lurah Terjun

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di sekitar Sungai Bederah, Jalan Kapten Rahmad Buddin, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan sudah bertahun-tahun kesulitan mencari nafkah.

Pasalnya, Sungai Bedera kondisinya dipenuhi sampah.

Airnya berwarna hitam dan banyak tumpukan kayu, sehingga menghambat perahu nelayan saat akan berangkat kerja.

Lurah Terjun, Nomba Muda Harahap mengatakan pihaknya berencana melakukan koordinasi dengan Komunitas Nelayan Indonesia Kelurahan Terjun untuk dapat bergotong royong dalam membersihkan sampah tersebut.

"Rencana kita sebenarnya bagaimana sampah itu bisa kita bersihkan dengan cara gotong royong. Hari ini kita juga sudah undang nelayan di kelurahan Terjun yang tergabung dalam komunitas nelayan Indonesia untuk rapat membicarakan bagaimana persoalan sampah ini," ujar Nomba saat ditemui di ruangannya, Kantor Lurah Terjun, Jalan Kapten Rahmad Budin, Kecamatan Medan Marelan, Kamis (25/3/2021).

Nomba menuturkan, bahwa sampah yang memenuhi Sungai Bedera bukan berasal dari warga sekitar Kelurahan Terjun, melainkan dari daerah hulu.

"Karena sampah itukan bukan sampah kami, itu sampah masyarakat di hulu. Itu memang sampah yang dari sana ada, begitu dia hujan, terbawa kemari. Tidak ada hubungan dengan TPA, atau yang lainnya," katanya.

Nomba mengatakan, hal yang sama terjadi saat adanya bangkai babi yang sampai ke aliran Sungai Bedera yang juga berasal dari hulu.

"Sama dengan babi dulu, apa mau dibilang, kan kami yang menguburkan babi itu. Hari ini kita mau rapat dengan nelayan, bagaimana supaya menimbulkan cinta kebersihan. Kalau cinta kebersihan pasti kalau orang buang sampah kita merasa tidak nyaman," jelasnya.

Ia juga mengatakan, meski telah dilakukan gotong royong dan pembersihan, tetap saja sampah selalu mengalir ke sungai Bedera.

"Itu sampah tidak sedikit, makanya kalau kita tidak kerjasama mana bisa membersihkan itu. Itu sampahnya berton-ton, dan masalah ini juga sudah sampai ke provinsi," katanya.

Nomba menuturkan, pihaknya berencana melakukan razia sampah kepada masyarakat Terjun agar tidak membuang sampah sembarangan.

"Rencana kami juga mau membuat razia, bagaimana supaya warga tidak membuang sampah sembarangan. Ini yang sedang kita kejar ke depan, supaya ada perubahan," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, bertahun-tahun nelayan yang tinggal di sekitar Sungai Bederah, Jalan Kapten Rahmad Buddin Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan mengaku kesulitan mencari nafkah.

Pasalnya, warna sungai yang hitam pekat dan banyaknya sampah yang memenuhi sungai kerap menghambat perahu mereka untuk melintas saat akan pergi bekerja.

Seorang nelayan, Fadlan mengeluhkan banyaknya sampah menghambat perahunya saat akan bekerja. Ia mengatakan, sampah dan limbah mulai memenuhi sungai sejak sekitar tiga tahun lalu.

"Sudah lama lah ini. Sekitar tiga tahun yang lalu. Banyak kali sampah begini, sungainya pun kotor dan hitam pekat seperti ini. Kita jadi susah bawa kapal kalau mau bekerja, karena banyak kali tumpukan sampahnya," ujar laki-laki berusia 38 tahun ini saat ditemui sedang mengurus perahunya di jembatan yang melintasi Sungai Bederah, Jalan Kapten Rahmad Buddin, Marelan, Kamis (25/3/2021).

Sampah yang terlalu banyak, kata Fadlan kerap menyangkut di mesin kapalnya. Sehingga beberapa menit sekali dirinya dan nelayan yang lain harus membersihkan mesin agar bisa terus menjalankan kapal.

"Ya terhambat juga, dikit-dikit nanti nyangkut dia dimesin, terpaksalah turun, cabut dulu sampahnya baru jalan lagi. Gitu-gitu aja terus," katanya.

Fadlan mengatakan, sampah yang menggenangi sungai tersebut tidak pernah habis. Jika air pasang, kata dia, sampah kerap meminggir ke tepi, sementara jika surut, sampah kembali memenuhi aliran.

"Gini-gini aja, kalau pasang dia naik ke pinggir, kalau surut masuk lagi dia. Gitu aja terus, kalau dibiarkan ya begini saja lah sungai ini," jelasnya.

Lebih lanjut Fadlan bercerita, karena kotor dan tercemar, warga sekitar tak lagi bisa menggunakan air Sungai Bederah di dekat rumahnya untuk kebutuhan sehari-hari. Ia mengatakan, bahkan jika hanya terkena tangan atau kakinya saja, air sungai tersebut menyebabkan rasa gatal.

"Karena kotor begini jadi enggak bisa dipakai untuk apa-apa lah. Untuk cuci muka saja kalau bisa dibilang itu kita jijk, kadang kalau kenak tangan atau kaki ini langsung gatal-gatal. Tapi namanya juga cari uang kadang ya pasti harus disentuh juga kan," katanya.

Dikatakan Fadlan, sampah dan limbah berasa dari berbagai sumber. Baik dari pembuangan warga sekitar, imbas dari TPA, ataupun dari pabrik dan PLTU. Sebagian lainnya juga berasal dari limbah pengepul yang mencuci plastik untuk didaur ulang.

"Ada banyak lah, ada dari warga, dari TPS-TPS, ada juga dari PLTU dan limbah-limbah. Makanya airnya jadi hitam, ikan pun enggak ada mau kesini," tuturnya.

Nelayan lainnya, Safaruddin mengatakan sejak beberapa tahun lalu dirinya dan nelayan yang lain sudah tidak lagi mencari ikan di daerah Sungai Bederah ataupun Belawan. Hal ini karena pasokan ikan untuk ditangkap sudah semakin kecil.

Ia pun mengaku, jika menangkap ikan harus membawa kapal sampai ke Pulau Berhala, Serdang Bedagai.

"Jauh kami, di Pulau Berhala. Makanya itulah tadi, susah kapal lewat kalau begini kondisinya. Tapi mau gimana lagi kan," ungkapnya.

Safaruddin mengaku beberapa tahun lalu, sampah dan limbah belum begitu mencemari Sungai Bederah. Sehingga airnya juga masih bisa digunakan.

"Kalau dulu masih bersih, belum separah sekarang. Kalau sekarang ini, aduh, sudah parah kali. Maaf cakap semua lah di sini, kotoran-kotoran, limbah," katanya.

Hal serupa juga dikatakan oleh beberapa nelayan lainnya yang ditemui tribun-medan.com di lokasi. Pada nelayan juga tampak kesulitan saat akan memindahkan kapal karena terhambat sampah yang menumpuk.

Para nelayan berharap sampah di Sungai Bederah dapat dibersihkan sehingga tidak lagi menghambat mereka saat akan bekerja. Selain itu, juga menjadikan air Sungai Bederah tidak membuat penyakit bagi nelayan.

"Harapannya kami cuma minta ini dibersihkan lah, karena kalau begini kami terhambat kerja. Terus juga airnya tidak bisa dipakai untuk apa-apa. Warga juga kalau lihat kotor begini dikiranya tempat sampah, kadang mau mereka buang sampah juga ke sini," pungkasnya.

(cr14/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved