Ekspor Sumut Merosot di Tengah Melonjaknya Harga Karet

Hendrik menuturkan bahwa kondisi paceklik ini terjadi dua kali dalam setahun dan akan berlangsung selama tiga bulan.

Tribun Medan/Ayu Prasandi
Seorang petani karet saat menderes karet. 

TRIBUN-MEDAN.com - Harga karet alam saat ini berada dalam kondisi bagus berkisar antara Rp 10 ribu - Rp 12 ribu per kg. 

"Ini memang lagi bagus harganya. Kemarin itu sempat di harga Rp 4000 tapi ini udah sekitar Rp 8000 yang biasa dan kalau yang bagus bisa sampai Rp 10 ribu per kg. Itu yang di lapangan, beda lagi kan harga pabrik," ungkap Hendrik kepada tribun-medan.com, Jumat (26/3/2021).

Namun ternyata, walau harga meroket di pasaran, petani karet mengalami permasalahan musim paceklik.

Hendrik mengatakan bahwa saat ini para petani karet mengalami kekurangan pasokan sehingga sejak beberapa hari terakhir memilih untuk menghentikan produksi.

"Walau naik harganya, cuma Rambung lagi musim paceklik, getahnya jarang netes jadi pendapatannya sama saja. Ini rambung disini banyak diberhentikan karena tidak bisa dideres. Kalau bahasa petaninya timbul daun muda, kalau dideres malah merusak batang," ujarnya.

Kondisi Ini sudah dimulai sejak sebulan lalu. Hendrik menuturkan bahwa kondisi paceklik ini terjadi dua kali dalam setahun dan akan berlangsung selama tiga bulan, yaitu sekitar bulan Januari dan bulan September tiap tahunnya.

"Istirahatnya sekitar tiga bulanan. Karena kalau dideres kadar airnya tinggi jadi kecampur. Jadi memang ini sekarang kita lagi pemupukan jadi biar cepat tumbuh kembali dia. Jadi kalau dipupuk kan semakin cepat tebal daunnya dia. Harapannya ya biar cepat keluar lagi getahnya biar bisa dideres lagi," kata Hendrik.

Ekspor Karet Anjlok

Saat dikonfirmasi kepada Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Edy Irwansyah mengatakan bahwa saat ini ada peningkatan curah hujan dari dampak fenomena La Nina dan harus mengambil pasokan di luar Sumatera Utara.

"Ini karena meningkatnya intensitas curah hujan sebagai dampak dari fenomena La Nina yang terjadi di Indonesia sejak Oktober 2020, mengakibatkan berkurangnya produksi perkebunan karet. Menurunnya produksi ini menyebabkan pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) mengalami kesulitan pasokan bahan baku," ujar Edy.

Akibat kekurangan bahan baku ini, Edy menyebut bahwa volume ekspor untuk Januari hingga Februari 2021 menurun hingga 6,7 persen menjadi 64.975 ton dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.

Volume ekspor Februari 2021 mengalami penurunan 3,1 persen menjadi 31.975 ton dibandingkan bulan sebelumnya.

Padahal Sumatera Utara memiliki lima negara tujuan utama ekspor karet, diantaranya Jepang (25,9%), USA (20,6%), Brazil (9,2%), China (7,7%), dan Turki (4,6%).

Rataan harga karet TSR20 Februari 2021 sebesar 168.56 sen US per kg, mengalami meningkatan 7,07 sen dibandingkan rataan bulan ini sampai dengan 12 Maret sebesar 175,63 sen.

Adanya peningkatan harga ini dipicu karena berkurangnya pasokan bahan baku yang merata di Indonesia sebagai dampak fenomena La Nina.

(cr13/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved