Breaking News

Pujakesuma Laporkan FUI Ke Polrestabes Medan Terkait Kasus Dugaan Penistaan Jawa

Berkaitan dengan kasus tersebut, Eko menuturkan, sepenuhnya Pujakesuma menyerahkan penanganan kasus tersebut ke polisi.

Penulis: Arjuna Bakkara |
TRIBUN MEDAN/ARJUNA BAKKARA
Ketua DPW Pujakesuma Sumut, Eko Supianto ketika membuat LP ke Polrestabes Medan, Kamis (7/4/2021) 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Perkumpulan Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakesuma) Sumatera Utara, melaporkan Ormas Forum Umat Islam (FUI) atas dugaan tindakan persekusi ke Polrestabes Medan, Kamis (8/4/2021) sore.

Ketua DPW Pujakesuma Sumut, Eko Supianto kepada, ditemui di Polrestabes Medan, mengatakan, mereka melapor karena terjadi pembubaran acara kuda kepang yang diwarnai adu pukul di Jalan Merpati, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

"Kami laporkan persekusi yang dilakukan pihak Ormas (FUI), seperti pembubaran dan kata-kata tidak etis," kata Ketua DPW Pujakesuma Sumut, Eko Supianto.

Berkaitan dengan kasus tersebut, Eko menuturkan, sepenuhnya Pujakesuma menyerahkan penanganan kasus tersebut ke polisi.

Meski begitu, Eko manganjurkan agar tiap insan Pujakesuma tetap menahan diri atas penistaan budaya Jawa tersebut.

"Kami imbau kepada warga Jawa di Sumatera Utara untuk menahan diri proses ini sudah ditangani oleh aparat penegak hukum," ujar Eko.

Sebagai penjaga peninggalanbbudaya leluhur nusantara yang beradab, Eko mengajak insan Pujakesuma menjaga situasi tetap kondusif dan tidak terprovokasi pada hal-hal yang dapat memecah belah bangsa.

"Karena, sayang bangsa kita yang besar ini terpecah belah karena tindakan intoleransi," katanya.

Berkaitan dengan Kepling berpakaian Ormas yang meludahi seorang perempuan itu, Eko megutuk tindakan itu.

Apalagi, hal itu sampai memantik adu pukul antara masyarakat dengan Ormas FUI. "Seharusnya sebagai kepala lingkungan menjadi pamong bagi warga," ujarnya.

Menurut Eko, tarian jarang kepang merupakan budaya Jawa yang harus terus dilestarikan. Dia berpandangan, budaya itu harus tetap dilestarikan.

"Terlihat juga anak-anak muda yang menikmati pertunjukan kuda kepang baik dari suku Batak, Mandailing, Aceh, semuanya suka. Kita mengupayakan, milenial itu suka dengan kebudayaan," bebernya. dan kita harus mempertahankan budaya kita yang sudah mulai terkikis," sebut Eko.

Edi mengatakan, jaran Kepang merupakan kebudayaan tradisi Indonesia yang tidak boleh dihilangkan oleh masyarakat. Apalagi, dalam pertunjukan tersebut dihadiri oleh kaum milenial dari berbagai suku.

Ia berharap, masyarakat generasi muda dapat menjaga kebudayaan yang mulai dimasuki kebudayaan yang berasal dari luar negeri.

"Kita berharap generasi muda ini dapat menjaga kebudayaannnya sendiri dimana saat ini sudah masuk budayaan dari luar," harapnya.

(Jun-tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved