TRIBUNWIKI

2 Masjid Bersejarah di Medan, Sudah Ada Sejak Jaman Kesultanan Deli, Ada yang Sudah 7 Kali Renovasi

Tak hanya gedung-gedung peninggalan sejarah yang berada di pusat kota, ada juga beberapa tempat ibadah yang sudah ada sejak dulu.

Penulis: Ayu Prasandi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Tim relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumut melakukan penyemprotan cairan disinfektan di Masjid Raya Medan, Sumatera Utara, Jumat (20/3/2020).TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN- Kota Medan memiliki cukup banyak bangunan bersejarah.

Tak hanya gedung-gedung peninggalan sejarah yang berada di pusat kota, ada juga beberapa tempat ibadah yang sudah ada sejak dulu.

Ada dua masjid yang sejak masa Kesultanan Deli hingga saat ini masih terjaga dan terawat.

Baca juga: Cita Citata Jual Rumah Rp 2,7 Miliar, Lihat Potret Mewah Huniannya yang Ada di Bandung

Berikut dua masjid bersejarah yang ada di Kota Medan :

1. Masjid Raya Al Osmani

Masjid Raya Al Osmani, di Jalan KL Yos Sudarso, Km, 19,5, Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, hari Kamis (28/2/2019).
Masjid Raya Al Osmani, di Jalan KL Yos Sudarso, Km, 19,5, Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, hari Kamis (28/2/2019). (TRIBUN MEDAN/AHKCYAR GIANTORO)

Masjid Raya Al Osmani Labuhan Deli merupakan masjid pertama yang ada di Kota Medan dan dibangun pada masa Sultan Deli yang ketujuh yaitu Sultan Osman Perkasa Alam pada tahun 1854.

Sejak didirikan, masjid yang terletak di Jalan Kol Yos Sudarso Km 19,5 ini sudah mengalami renovasi lebih dari tujuh kali.

Ketua Badan Kesejahteraan Masjid Raya Al Osmani Labuhan Deli, Ahmad Faruni, mengatakan Masjid Raya Al Osmani Labuhan Deli didirikan dengan bahan kayu pilihan pada jaman Sultan Osman Perkasa Alam.

“Di tahun 1870 sampai 1872, dibangun sebagai bangunan permanen oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam. Kemudian dilakukan rehab oleh Deli Maatchappij pada tahun 1927. Lalu di tahun 1963 sampai 1964 juga dilakukan rehab oleh T. Burhanuddin yang merupakan Dirut Tembakau Deli II,” ujarnya kepada Tribun Medan, Kamis (24/5/2018).

Ia menuturkan, pada tahun 1977 dilakukan rehab dari dana bantuan presiden di masa Wali Kota Medan pada masa itu yaitu H.M Saleh Arifin.

Baca juga: Zaskia Sungkar Dikritik karena Ukkasya Lakukan Ini di Usia Seminggu, Sang Dokter Angkat Bicara

Lalu pada tahun 1991 sampai 1992 dilakukan pemugaran atas prakarsa Wali Kota Medan pada masa tersebut yaitu Bachtiar Djafar.

Ahmad Faruni menerangkan, di masa kejayaan Sultan Osman tersebut, pembangunan masjid saat itu terbuat dari kayu dengan ukuran 16x16 meter dengan bentuk panggung.

Keinginan Sultan Osman mendirikan rumah ibadah yang sangat sederhana dengan tujuan untuk mengumpulkan umat Islam, terutama Suku Melayu yang berkembang saat itu.

Keindahan arsitektur Masjid Al Osmani dijalan KL Yos Sudarso Kelurahan, Pekan Labuhan, Medan Belawan, sudah tampak di pinggir Jalan dengan kekhasanya sendiri.
Keindahan arsitektur Masjid Al Osmani dijalan KL Yos Sudarso Kelurahan, Pekan Labuhan, Medan Belawan, sudah tampak di pinggir Jalan dengan kekhasanya sendiri. (Tribun Medan/Silfa Humairah)

“Pembangunan Masjid Raya Al Osmani Labuhan Deli juga bertujuan sebagai tempat sultan dan rakyatnya bertemu. Kemudian sehabis masa Sultan Osman Perkasa Alam, maka digantikan dengan sultan kedelapan yaitu Sultan Mahmud Perkasa Alam yang merupakan anak kandung dari Sultan Osman Perkasa Alam,” terangnya.

Ia menjelaskan, di masa Sultan Mahmod Perkasa Alam kemudian terjadi perubahan secara besar-besaran pada Masjid Raya Al Osmani Labuhan Deli. Yang tadinya terbuat dari kayu, kemudian diubah menjadi batu permanen yang bisa dilihat hingga saat ini.

Baca juga: Baim Wong Bingung Lihat 4 Gerobak Lontong Sayur di Rumahnya, Ternyata Paula Verhoeven Ngidam

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved