BARU Sehari Diresmikan Reaktor Nuklir Iran Diledakkan Israel, Iran Siapkan Serangan Pembalasan
Ledakan itu menyebabkan kerusakan parah pada reaktor Natanz hingga butuh setidaknya sembilan bulan untuk memulihkan aktivitas reaktor Natanz.
TRIBUN-MEDAN.COM - Untuk kesekian kalinya, Iran gagal membangun senjata nuklirnya setelah sentrifugal baru yang diresmikan Presiden Iran Hassan Rouhani, disabotase (diserang), Minggu, 11 April 2021.
Sentrifugal canggih di Natanz diresmikan Presiden Iran Hassan Rouhani Sabtu, 10 April, ditandai dengan menyuntikkan gas uranium heksafluorida ke dalam sentrifugal IR-6 dan IR-5 di Natanz, selatan Teheran.
Sentrifugal adalah perangkat yang dibutuhkan untuk menghasilkan uranium yang diperkaya, yang dapat digunakan untuk membuat bahan bakar reaktor serta senjata nuklir.
Media Israel mengutip informasi intelijen Israel yang dilansir New York Times, mengungkap bahan peledak dipasang untuk menghancurkan sepenuhnya sistem tenaga internal di fasilitas pengayaan uranium Natanz.
Ledakan itu menyebabkan kerusakan parah pada reaktor Natanz hingga butuh setidaknya sembilan bulan untuk memulihkan aktivitas reaktor Natanz.
Awalnya serangan itu dilaporkan juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi, sebagai "kecelakaan" di jaringan distribusi listrik fasilitas nuklir, tetapi Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Ali Akbar Salehi, kemudian mengkonfirmasi bahwa insiden itu adalah serangan.

Pada hari Minggu, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi, mengatakan sebuah "insiden" telah pada jaringan listrik fasilitas nuklir di pagi hari.
Kamalvandi tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mengatakan kepada kantor berita Iran Fars bahwa "tidak ada korban atau kebocoran".
Kemudian TV pemerintah membacakan pernyataan ketua AEOI Ali Akbar Salehi, yang menggambarkan insiden itu sebagai "sabotase" dan "terorisme nuklir".
"Mengutuk langkah tercela ini, Republik Islam Iran menekankan perlunya komunitas internasional dan Badan Energi Atom Internasional [IAEA] untuk menangani terorisme nuklir ini," katanya.
"Iran berhak menindak pelaku," tambahnya.
IAEA mengatakan pihaknya mengetahui laporan insiden tetapi tidak akan berkomentar.
Saeed Khatibzadeh, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menyatakan sentrifugal yang terkena dampak hanyalah sentrifugal tua, generasi pertama yang akan diganti dengan peralatan canggih, menurut media Iran.
"Semua sentrifugal yang dimatikan adalah tipe IR-1, yang akan diganti dengan mesin canggih, dan Iran tidak akan jatuh ke dalam perangkap licik mereka," kata juru bicara itu.
Lembaga penyiaran publik Israel, Kan, mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya, mengatakan pemadaman listrik di fasilitas itu disebabkan oleh operasi dunia maya Israel.
Sedangkan JPost mengutip sumber intelijen yang diwawancarai New York Times mengungkap mengungkap bahan peledak dipasang untuk menghancurkan sepenuhnya sistem tenaga internal di fasilitas pengayaan uranium Natanz.
Ron Ben-Yishai, seorang analis pertahanan di situs berita Ynet, mengatakan bahwa dengan kemajuan Iran terkait kemampuannya memproduksi senjata nuklir, "masuk akal untuk mengasumsikan bahwa masalah itu mungkin tidak disebabkan oleh kecelakaan, tetapi oleh sabotase yang disengaja, yang dimaksudkan untuk memperlambat perlombaan nuklir yang dipercepat oleh negosiasi dengan AS terkait penghapusan sanksi ".
Kemudian pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan "perjuangan melawan Iran, proksinya, dan upaya persenjataan Iran adalah misi besar".
"Situasi yang ada hari ini belum tentu akan menjadi situasi yang akan ada besok," tambahnya, tanpa merujuk insiden Iran secara langsung.
Bukan kali ini saja failitas nuklir Iran jadi target Israel.
Juli 2020, reaktor nuklir Natanz juga mengalami kebakaran yang diduga didalangi Israel.

Terbaru Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, terang-terangan menuding musuh bebuyutannya Israel berada di balik insiden di situs nuklir Natanz pada hari Minggu dan mengancam akan membalas dendam.
“Zionis ingin membalas dendam karena kemajuan kami dalam cara mencabut sanksi ... mereka secara terbuka mengatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan ini. Tapi kami akan membalas dendam kami dari Zionis, ” kata Zarif.
"Natanz akan lebih kuat dari sebelumnya dengan mesin yang lebih canggih, dan jika mereka berpikir tangan kami melemah setelah serangan, tindakan ini akan memperkuat posisi kami dalam negosiasi."
"Menurut Zionis, mereka ingin membalas dendam pada rakyat Iran atas keberhasilan mereka dalam mencabut sanksi yang menindas, tetapi kami tidak akan mengizinkannya dan kami akan membalas dendam atas tindakan ini dari Zionis sendiri," kata Zarif, menekankan perlunya untuk perlindungan yang tepat atas fasilitas dan ilmuwan nuklir dan "kebutuhan akan perhatian ... agar tidak jatuh ke dalam perangkap licik yang dirancang oleh rezim Zionis.
"Kemarin pembunuhan seorang ilmuwan nuklir dan hari ini serangan terhadap kapal Iran Saviz dan sabotase fasilitas nuklir Natanz," cuitnya.
Sebelumnya Mossad juga dituding Iran terlibat dalam pembunuhan pakar nuklir Mohsen Fakhrizadeh (59).
Fakhrizadeh yang dijuluki Bapak Program Bom Iran, ditembak mati di dalam mobilnya oleh 12 pembunuh yang sangat terlatih menyusul ledakan di Kota Absard, 80 km sebelah timur Teheran, 27 November 2020.
Sedangkan kapal kargo Iran Saviz di Laut Merah diserang dengan bom tempel pada 6 April 2021, yang diduga melibatkan Israel.
New York Times mengutip seorang pejabat AS melaporkan Israel memberi tahu AS bahwa pihaknya menyerang Iran Saviz sekitar 7.30 pagi waktu setempat.
Serangan terhadap kargo Israel ini terjadi setelah sebuah kapal kargo Israel bernama HELIOS RAY, yang dalam perjalanan dari Arab Saudi ke Singapura, diserang Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) di perairan internasional dekat Teluk Oman, 25 Februari 2021.
Eks Kepala Mossad Danny Yatom mengungkapkan keprihatinan tentang kebocoran tentang keterlibatan Israel dalam serangan ke fasilitas nuklir Iran.
"Kalau memang ini hasil operasi yang melibatkan Israel, kebocoran ini sangat serius," kata Yatom.
"Ini merugikan kepentingan Israel dan perang melawan upaya Iran untuk memperoleh senjata nuklir. Ada tindakan yang harus tetap dalam kegelapan (tidak terungkap ke publik."
"Begitu keterlibatan Israel terungkap, itu memaksa Iran untuk membalas dendam," ujar Yatom.(jpost)