News Video
Pembangunan Tanggul Asal-asalan, Lahan Pertanian dan Permukiman Warga Asahan Terendam Banjir
Sudah sejak lama warga Kabupaten Asahan, Sumatera Utara ditimpa bencana banjir akibat meluapnya air sungai Asahan.
Liputan Wartawan Tribun-Medan, Almazmur Siahaan
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sudah sejak lama warga Kabupaten Asahan, Sumatera Utara ditimpa bencana banjir akibat meluapnya air sungai Asahan karena pembangunan tanggul yang tidak tepat sasaran.
Tahun 2016, tanggul Sukaraja dari sungai Asahan menuju sungai Sukaraja dibangun, dan tidak sesuai dengan permintaan warga Asahan.
Awalnya pembangunan tanggul yang disepakati bersama adalah tanggul sepanjang sungai Asahan. Tetapi faktanya hanya setengah dari sungai Asahan yang dibangun tanggulnya dan dilanjutkan ke sungai Sukaraja.
Akibatnya, air sungai Asahan sering meluap ke lahan pertanian dan permukiman warga.
Warga Asahan dari 4 Desa, yaitu Desa Simpang Empat, Desa Silomlom, Desa Anjung ganjang, dan Desa Teluk Dalam sempat mendatangi lokasi pintu air benteng Sukaraja dan memprotes pintu air tersebut.
Tahun 2019, warga juga sudah membuat pengaduan kepada Ombudsman Sumut terkait ribuan lahan yang kebanjiran akibat pembangunan tanggul yang tidak sesuai permintaan warga.
"Solusi dari Ombudsman waktu itu 7 M lah untuk membuat tanggul sungai Asahan, dan dibuka nanti pintu air sungai Sukaraja itu," ujar Benson Sidauruk, warga Asahan, Kamis (22/4/2021).
Ternyata proyek lanjutan pembangunan sungai Asahan tahun 2020 tidak bertahan lama. Setelah selesai dibangun, keesokan harinya, beberapa bagian tanggul sungai Asahan langsung pecah.
Selain itu, pintu air tanggul Sukaraja juga ditutup. Akibatnya air sungai semakin tinggi dan meluap ke 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Datuk Bandar.
Menurut informasi dari para pengunjuk rasa, ada sekitar 3.000an hektar lahan sawit dan 10.000 hektar lahan hortikultura terkena banjir.
Akibatnya seluruh sawit yang terdampak banjir busuk dan tumbang. Serta lahan hortikultura tidak bisa lagi digunakan untuk bercocok tanam.
"Ada sekitar 3000an hektar lahan sawit rusak dan 10.000 lahan hortikultura tidak bisa lagi dipakai untuk bercocok tanam," ujar Benson.
Ketinggian banjir di lahan pertanian warga Asahan bisa mencapai 2,5 meter.
Selain itu, ribuan permukiman warga Asahan yang puluhan tahun sebelumnya tidak pernah banjir juga ikut dilanda banjir setinggi 1,5 meter.
Tahun 2018, masih sekitar 4 desa dan 2000 hektar lahan warga Asahan yang terkena banjir.
Tahun 2021, bencana banjir terus meningkat hingga melanda 6 desa dan 1 kotamadya, serta belasan ribu lahan pertanian dan permukiman warga Asahan.
Berdasarkan pengakuan warga Asahan, setelah dibuat tanggul sungai Asahan dengan biaya 5,5 Miliar, semakin banyak tanggul yang pecah dan masyarakat pun semakin resah.
"Informasinya pembuatan tanggul tanah di datangkan dari tempat lain, nyatanya tanah itu yang dikorek. Akibatnya tanggul sungai Asahan yang baru dibangun tidak bertahan lama dan langsung pecah," ujar Pili Nababan.
D P Gultom, warga Asahan mengatakan, sebelum ada pembangunan tanggul Sukaraja mereka masih bisa bercocok tanam, menanam jagung dan tanaman lainnya. Sesudah dibangun, lahan mereka tidak bisa digunakan lagi akibat banjir.
"Bukan cuma kami dari warga saja yang resah, orang dari kejaksaan juga sudah turun ke lapangan untuk menindaklanjuti masalah ini," kata D P Gultom.
Sebelum dibangunnya tanggul lanjutan sungai Asahan, swadaya masyarakat Kabupaten Asahan sudah mengumpulkan dana sebesar Rp 150 juta untuk menutup 4 titik dinding sungai Asahan yang pecah, dan bisa bertahan lama.
"Sebelumnya kami sudah buat penutup 4 titik dinding sungai Asahan yang pecah dari hasil swadaya masyarakat 150 juta dan bisa bertahan lama. Ini malah proyek tanggul 5,5 Miliar sehari pun tidak bertahan, besoknya langsung pecah," kata M Guntur.
Warga Asahan takut jika permasalahan banjir di kabupaten Asahan tidak segera diselesaikan di akhir tahun nanti akan menimbulkan korban jiwa.
"Kami mohon jangan sampai ada korban, apalagi mulai bulan september sampai desember nanti musim hujan, bagaimana nasib kami. Sekarang saja banjir sudah setinggi 2 meter lebih apalagi kalau dibiarkan semakin lama," kata Benson.
(Cr17/tribun-medan.com)