Jasa Penukaran Uang Tepi Jalan Marak di Medan, Berikut Rincian Biaya Tiap Tukaran Mata Uang Baru
Menjelang hari Lebaran, jasa penukaran uang baru di pinggir jalan mulai bermunculan. Ada tarif tambahan bila kamu ingin menukarnya.
Penulis: Fredy Santoso | Editor: Randy P.F Hutagaol
Laporan Wartawan Tribun-Medan/ Fredy Santoso
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Menjelang hari Lebaran, jasa penukaran uang baru di pinggir jalan mulai bermunculan.
Seperti yang dilakukan belasan orang pedagang uang baru yang menawarkan jasanya di daerah Lapangan Merdeka Medan.
Mereka menawarkan berbagai pecahan uang baru, seperti pecahan Rp75.000, pecahan Rp20.000, Rp10.000, Rp 5.000, hingga pecahan Rp 2.000 dan pecahan Rp1.000.
Untuk penukaran pecahan 75 ribu, mereka memberikan harga menjadi Rp100.000, untuk pecahan Rp 20.000 dengan tukaran 100 ribu menjadi Rp 125.000.
Sementara itu, untuk pecahan uang Rp10.000, Rp5.000, hingga seribu dengan nominal tukar 100 ribu menjadi Rp125.000.
Satu di antara penyedia jasa uang baru, Nisa, mengatakan untuk minimal penukaran uang baru yang ia terima paling sedikit Rp100.000, dibawah itu biasanya tidak menerima.
"Paling sedikit seratus ribu. Kalau gak, gak bisa. Karena kan udah di pack. Tapi bisa dinegosiasikan lagi harganya," kata Nisa saat ditemui di depan kantor Bank Mandiri Balai Kota Medan pada Sabtu (8/5/2021).
Meski demikian, ia mengaku jasa penukaran uang baru dua tahun ini menurun drastis karena masih kondisi pandemi Covid-19.
Kalau sebelumnya ia bisa mendapatkan omzet 20 juta selama membuka jasa penukaran uang, kini hanya Rp 10 juta.
Hal serupa juga dirasakan Elis Lubis (55), yang sudah puluhan tahun menjalani profesi musiman seperti ini.
Namun ia menjelaskan, kalau dua tahun belakangan menjadi yang tersulit dalam menjalankan profesinya.
Bahkan, hingga siang ini uang yang ia tawarkan belum juga laku.
"Aduh dek, sunyi, sepi. Kalau tahun sebelumnya sebelum Corona (pandemi covid-19) lumayan," kata Elis.
Elis mengatakan, uang yang ia jajakan untuk penukaran uang baru bukan dari modal pribadinya, melainkan modal orang lain yang ia putarkan.
Setelah laku ada pembagian hasil antara pemilik modal dan para penjual uang baru lainnya.
Satu di antara pengemudi roda empat yang sedang menukarkan uang baru mengatakan kalau penukaran uang baru dipinggir jalan lebih praktis.
Ia mengatakan, berbeda jika menukarkan uang di bank yang harus mengantre.
Selain itu, untuk penukaran uang di bank juga waktunya terbatas. Sehingga kadang kala sering kehabisan.
"Lebih gampang aja kan. Lebih praktis, daripada di bank ngantri," kata Yono salah satu pembeli jasa uang baru saat diwawancarai.
Meski jasa penukaran uang baru di pinggir jalan memungkinkan tak langsung dihitung ditempat, namun Yono mengaku percaya dengan total uang yang ia tukaran.
Bahkan ia pun merasa tidak ragu sama sekali tentang keaslian uang yang di jajakan oleh para pedagang.
(Cr25/ Tribun-medan.com)