Hari Raya Idul Fitri 2021
Ada SaBu di Kampung Aur yang tengah Dilanda Banjir di Momen Pertama Lebaran, Yuk Kenal Lebih Dekat
Ada SaBu di Kampung Aur, Medan saat momen Liburan Hari Pertama. SaBu ini dibanderol seharga Rp 1.000.
Penulis: Angel aginta sembiring | Editor: Randy P.F Hutagaol
Laporan Wartawan TRIBUN-MEDAN.com, Angel Aginta Sembiring
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sala Bulek atau dikenal dengan SaBu adalah satu di antara makanan favorit ketika masyarakat Kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara merayakan hari raya Idul Fitri.
Hal itu diungkapkan oleh seorang pedagang SaBu yang ada di Kampung Aur yakni bernama Ita.
Saat disambangi Tribun Medan, Ita menjelaskan SaBu adalah kudapan yang berasal dari Sumatera Barat, tepatnya Padang Pariaman.
"Jadi SaBu ini favorit karena masyarakat di sini mayoritas orang Padang, makanya makanan ini laris apalagi di saat lebaran ini," kata Ita saat berbincang dengan Tribun Medan, Kamis (13/5/2021).
Ita telah berjualan selama 20 tahun lamanya.
Ia menceritakan awalnya usaha ini dimulai karena terjadinya krisis nya kasus moneter pada 1998.
Ia mengeluh sewaktu itu ekonomi teramat sulit dan Ia hanya memiliki kemampuan untuk memasak makanan khas tersebut.
Lebaran tahun ini pun, kendati banjir melanda, Ia tetap berjualan sejak pukul 08.00 WIB sampai sore nanti.
Pendapatannya pun meningkat setiap kali momen Lebaran.
"Biasanya memang tiap lebaran ini banyak yang mesan dari warga sekitar untuk dijadikan hidangan lebaran, makanya tak jarang SaBu ini menjadi khas di Kampung Aur ini.
Ya peningkatan pendapatan mencapai 50 persenlah," ujarnya.
Kudapan khas ini merupakan gorengan yang terbuat dari campuran kunyit, ikan asin dan tepung beras.
Proses pembuatan SaBu ini boleh dikata rumit, sebab tidak semua orang dapat membuat dengan sempurna.
Terkadang, Ita juga sering mendapatkan kendala dalam proses pemasakannya.
Misalnya, saat proses memasak kerap kali Ia terkena semburan minyak ketika menggoreng SaBu.
Bahan baku untuk proses pembuatan SaBu cukup terbilang sederhana karena mudah untuk didaparkan seperti, tepung beras, kunyit, daun kunyit, ikan asin, jahe, bawang merah, bawang putih, dan lengkuas.
"Caranya bahan-bahannya diaduk, tepung digongseng lalu disiram semua nya, daun kunyit dipotong untuk mewangikan lalu setelah kalis dibentuk bulat dan digoreng," sambungnya.
Proses pembuatan dari awal hingga akhir membutuhkan yang cukup lama.
Mulai dari membuat lalu menggosengkan sampai mengaduk membutuhkan waktu hampir satu jam dilanjutkan lagi dalam proses penggorengannya pun hingga setengah jam.
SaBu ini dibanderol dengan harga sangat murah, harga per bijinya hanya Rp 1000.
Omset sehari-hari dari penjualan SaBu ini mencapai Rp 150 ribu dengan penjualan 150 Sala Bulek.
Namun, masa lebaran hari pertama ini kemungkinan pendapatan yang akan diperoleh Rp 225 ribu.
Ia tampak begitu ceria saat berjualan, warga sekitar pun terlihat datang untuk memesan gorengan SaBu tersebut.
(Cr9/Tribun-Medan.com)