Hari Kedua PPKM Darurat
Kisah Nanda Sarjana Komputer yang Jadi Tukang Sampah Keliling, Luapkan Keresahan karena PPKM Darurat
Keluhannya tidak hanya sampai di situ, ia pun meluapkan seluruh kekesalan dan kesedihannya menjalani hidup di masa pandemi Covid-19 ini.
Bak sudah jatuh, tertimpa tangga. Penderitaannya pun semakin bertumpuk akibat kebijakan pemerintah yang menurutnya tidak ramah dengan pekerjaannya.
Diucapkannya di masa PPKM darurat ini sangat lah sulit untuk mencari makan. Bahkan dengan mimik wajah yang cukup memuat emosi disampaikannya agar pemerintah jangan mempersulit masyarakat.
Dia merasa resah ketika diberlakukannya penutupan jalan. Karena kebijakan itu sangat berdampak pada pekerjaannya.
Sebagai tukang sampah tentu ia harus keliling ke rumah - rumah warga dengan melintasi beragam daerah. Walhasil penyekatan di masa PPKM darurat ini membuatnya harus memutar jalur dari yang biasa dilewatinya.
"Kan aku terpaksa harus mutar - mutar biar tidak kena penyekatan. Padahal yang aku antar sampah masyarakat juga," ungkapnya.
Pendapatan yang di dapat dari memungut sampah juga disebutnya tidak terlalu mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.
Diceritakannya tuntutan di rumahnya banyak. Misalnya membayar kontrakan rumah, susu anak dan lainnya. Kendari seperti itu, ia pun masih menyimpan harapan pada pemerintah untuk didengarkan.
"Mudah - mudahan pemerintah ini serius. Karena sudah capek cari uang ini. Maunya kalau yang kerja itu jangan disekat - sekat. Jangan diganggu. Dibiarkan jalan aja," tutupnya.
(cr8/tribun-medan.com)