Fakta Mengejutkan Soal Covid19 Varian Delta, Dokumen Rahasia Bocor, China Ibarat Senjata Makan Tuan

China telah dilanda apa yang disebut media pemerintah sebagai 'wabah Covid paling luas sejak Wuhan'.

Editor: AbdiTumanggor
Republic World
Varian Delta Virus Corona Lebih Berbahaya. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Kita semua tahu kasus virus corona (Covid-19) pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Sejak itu, kasus virus corona langsung menyebar ke seluruh dunia termasuk ke India.

Di India, siapa sangka mutasi virus corona baru dimunculkan dan lebih mematikan. Yaitu virus corona varian Delta.

Nah, kini virus corona varian Delta berbalik kembali ke China.

Dilansir dari dailymail.co.uk pada Sabtu (31/7/2021), China telah dilanda apa yang disebut media pemerintah sebagai 'wabah Covid paling luas sejak Wuhan'.

Ini terjadi setelah kasus varian Delta yang sangat menular lolos dari karantina perbatasan.

Negara, yang membanggakan diri dengan pendekatan tanpa toleransi terhadap Covid, telah melaporkan 206 kasus baru sejak 20 Juli 2021 terkait dengan wabah di kota Nanjing.

Wabah itu dimulai ketika pekerja bandara yang membersihkan pesawat yang tiba dari Rusia.

Namun beberapa orang dinyatakan positif.

Dan sejak itu menyebar ke lima provinsi dan setidaknya 13 kota, termasuk ibu kota Beijing.

Meskipun jumlah kasusnya relatif kecil, mereka tersebar di seluruh negeri.

Hal ini mendorong media pemerintah China untuk membandingkannya dengan wabah awal di Wuhan pada 2019.

Semua penerbangan dari bandara Nanjing telah ditangguhkan hingga setidaknya 11 Agustus untuk mencoba dan menahan wabah.

Sementara semua 9,3 juta orang yang tinggal di kota telah diperintahkan untuk melakukan tes PCR.

Ratusan ribu orang telah diisolasi di provinsi Jiangsu, di mana Nanjing adalah ibu kotanya.

Sementara 41.000 berada di bawah perintah tinggal di rumah di distrik Changping Beijing.

Provinsi Sichuan dan Liaoning juga telah melaporkan kasus, seperti halnya provinsi Hunan - tempat wabah asli dimulai - setelah empat orang yang menghadiri acara terbuka di kota Zhangjiajie dinyatakan positif.

Dua orang yang diidentifikasi sebagai kontak dekat dari kasus-kasus itu kemudian dites positif setelah bepergian ke Beijing.

Provinsi Hebei dan Mongolia Dalam juga telah melakukan pengujian dan pelacakan kontak setelah terungkap bahwa orang-orang telah melakukan perjalanan ke sana dari Nanjing.

Wabah lain juga melanda provinsi Yunnan setelah orang-orang China yang mengunjungi negara tetangga Myanmar - di mana kasus melonjak karena varian Delta - dinyatakan positif setelah tiba di rumah.

Varian Delta, yang pertama kali muncul di India dan jauh lebih mudah menular daripada versi asli Covid.

Dan varian ini terbukti sangat sulit dikendalikan di banyak negara yang hingga kini mengandalkan penutupan perbatasan untuk menjaga kasus tetap rendah.

Fakta Mengejutkan Mengenai Varian Delta

Varaian Delta merupakan salah satu virus corona jenis baru yang bermutasi dan menyebar di seluruh dunia.

Jenis mutasi baru ini menyebabkan India dan dunia kewalahan. Dan kini Indonesia pun mengalami dampak serupa akibat mutasi virus corona ini.

Selain itu dokumen internal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menjelaskan mengenai fakta soal jenis baru virus corona ini.

Membebarkan fakta penyebaran jenis baru ini yang belum diketahui banyak orang.

Dokumen disajikan sebagai slide presentasi berkaitan dengan informasi yang sebelumnya tidak dipublikasikan.

Di dalamnya, CDC mengatakan varian Delta memiliki kemampuan yang sama untuk menyebar seperti cacar air.

Rata-rata, satu orang yang terinfeksi varian Delta bisa menginfeksi delapan atau sembilan orang lainnya.

Sedangkan virus SARS-CoV-2 generasi pertama hanya menular seperti flu, rata-rata setiap orang yang terinfeksi akan menularkan virus ke sekitar dua orang lainnya.

Indeks ini disebut R0.

Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky mengkonfirmasi keaslian dokumen yang pertama kali diungkapkan oleh Washington Post.

"Tidak banyak penyakit di mana R0 adalah delapan atau sembilan. Saya pikir orang perlu memahami bahwa kami tidak melebih-lebihkan. Ini benar-benar masalah serius," kata Walensky.

"Ini adalah salah satu virus paling menular yang pernah kita kenal, mirip dengan campak, cacar air," katanya.

Dokumen tersebut diharapkan akan dirilis pada hari Jumat untuk menggalang dukungan untuk rekomendasi kontroversial CDC.

Sebelumnya pada hari Selasa, yang dikutip dari INTISARI, Walensky mengatakan CDC merekomendasikan agar orang yang divaksinasi lengkap sekalipun memakai masker di tempat-tempat yang memiliki kemungkinan tinggi menyebarkan virus.

Dokumen CDC juga menyatakan bahwa vaksin akan mengurangi risiko penyakit serius dan kematian hingga 10 kali lipat, dan mengurangi risiko infeksi hingga tiga kali lipat.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, AS mencatat rata-rata lebih dari 61.300 kasus baru setiap hari dalam seminggu terakhir.

Jumlah ini naik tajam dari level terendah 2021, ketika 11.299 kasus baru tercatat pada 22 Juni.

Pada 29 Juli, Presiden AS Joe Biden mengumumkan sejumlah peraturan baru untuk mempercepat vaksinasi.

Oleh karena itu, karyawan federal harus divaksinasi terhadap Covid-19 atau harus diuji terus menerus dan dilarang bepergian ke tempat kerja.

Biden mengidentifikasi peningkatan pesat dalam jumlah kasus Covid-19 di AS sebagai akibat dari "minoritas yang tidak divaksinasi".

"Ini adalah pandemi bagi orang yang tidak divaksinasi," kata biden.

Biden sangat menyayangkan karena masih banyak orang yang menolak untuk menerima vaksinasi.

Ketika mereka perlahan-lahan sekarat karena Covid-19, mereka bertanya kepada dokter apakah mereka bisa mendapatkan vaksin.

Dan para dokter menjawab, "maaf, sudah terlambat."

(*/Tribun-medan.com/ Intisari )

Baca juga: China Jumlah Penduduk Terbanyak Nomor Satu di Dunia, Tetapi Kasus Covid-19 Paling Sedikit

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved