KEBERANIAN Letkol Untung Syamsuri, Dapat Bintang Sakti| Temui Soeharto sebelum Habisi Jenderal
Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan peristiwa sejarah G30S/PKI terjadi pada 56 tahun yang lalu.
Selain Soebandrio, dokumenter tersebut juga menampilkan ex Kapten Suradi Prawiromihardjo yang dituding ikut merencanakan kudeta bersama PKI.
Lalu ditampilkan juga Kolonel Latief yang merupakan tahanan politik peristiwa G30S/PKI.
Selanjutnya, disorot juga wajah seseorang yang disebutkan dalam video tersebut sebagai pelaku pembunuhan Jenderal S. Parman, dan pelaku penembakan Jenderal Ahmad Yani.
• HP VIVO TERKINI Spesifikasi Vivo Y53s, RAM Bisa Diperluas Jadi 11 GB| Spesifikasi Lengkap Vivo Y53s
• Alasan Kapolri Rekrut 57 Eks Pegawai KPK Jadi ASN, Rekam Jejak Novel Baswedan Cs Tak Diragukan
Untung dan Abdul Latief Temui Soeharto sebelum Culik Jenderal
Eks anggota Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa memberikan pengakuan mengejutkan soal sejarah kelam pembantaian tujuh jenderal yang disebut Dewan Jenderal pada 30 September 1965.
Hingga sekarang setelah 56 tahun Gerakan 30 September 1965, banyak pihak yang masih mempertanyakan siapa dalang penculikan dan pembantaian tujuh jenderal dan dikuburkan dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta.
Setelah pembantaian tujuh jenderal yang dikenal sebagai Pahlawan Revolusi, setidaknya 500.000 orang yang dituduh PKI atau simpatisannya, dieksekusi massal di berbagai penjuru Indonesia.
Ada juga yang dipenjara dan diasingkan sebagai tahanan politik selama puluhan tahun tanpa pernah diadili sebagaimana layaknya warga negara.
Satu saksi hidup yang mengetahui secara rinci kronologi peristiwa Gerakan 30 September adalah Ishak Bahar (87), warga Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Ishak Bahar bertugas sebagai Komandan Regu Pengawal Istana Batalion Cakrabirawa dengan pangkat Sersan Mayor (serma) saat peristiwa G30S.
“Saya pendidikan di Komando Pasukan Khusus (RPKAD/Kopassus) terus bertugas di pengawal Istana tahun 1964. Waktu Soekarno pidato di Konferensi Asia Afrika, saya yang mengawal presiden ke Aljazair,” kata Ishak saat berbincang di rumahnya, Rabu (29/9/2021).
Ishak Bahar mengungkapkan, keterlibatan dirinya dalam tragedi G30S adalah hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Ishak Bahar merasa terjebak dalam pusaran politik yang menjungkirbalikkan nasibnya dari seorang patriot yang terhormat menjadi pesakitan berlabel pengkhianat negara.
Masih jelas di ingatan, saat Letkol Untung, pimpinan Ishak di Batalion Cakrabirawa memberi perintah untuk ikut bersamanya. Padahal, sore itu juga, Ishak ada jadwal mengawal presiden ke Senayan.
“Sore itu sekitar jam 18.00 WIB, saya ada tugas untuk mengawal Soekarno ke Mabes Teknisi di Senayan, tahu-tahu Pak Untung datang minta saya ikut dia,” katanya.