Breaking News

Selama Ini Diyakini Meninggal Sakit, Ternyata Ini Penyebab Kematian Soekarno, Sengaja Ditutup-tutupi

Sebelumnya masyarakat meyakini presiden Soekarno meninggal dunia karena sakit. Tapi dari pengakuan cucunya Bung Karno disebut dibunuh.

Tribun Medan
Misteri Penyebab Kematian Presiden RI Pertama Soekarno, Sang Cucu Sebut Dibunuh? 

TRIBUN-MEDAN.com - Seperti yang diketahui Presiden Pertama di Indonesia Soekarno meninggal dunia pada 21 Juni 1970.  Namun kini penyebab kematian Soekarno diungkapkan cucunya.

Sebelumnya masyarakat meyakini presiden Soekarno meninggal dunia karena sakit. Tapi dari pengakuan cucunya Bung Karno disebut dibunuh. 

Misteri penyebab kematian Presiden RI pertama Soekarno kembali terungkap ke publik setelah cucunya mengungkap penyebab kematian sang proklamator dalam perbincangan di kanal YouTube.

Di kanal YouTube Didi Mahardika, cucu presiden pertama Republik Indonesia Soekarno secara mengejutkan menyatakan penyebab kematian Soekarno karena dibunuh.  Namun sejumlah sejarawan tetap meyakini sang proklamator meninggal dunia karena sakit.

Sebelumnya, pernyataan dari cucu Soekrano, Didi Mahardika muncul dalam channel YouTube V Entertainment.id saat berbincang dengan host channel tersebut.

Dalam wawancara Didi memberikan pernyataan bahwa Bung Karno dibunuh di Wisma Yasoo.

"Aku tambahin dikit, Mas, tidak hanya diasingkan, tapi di situlah bapak kita, Bapak Bangsa, Bapak Proklamator kita, yang memperjuangkan kita semua, dibunuh di situ, dibunuh, iya, harus banyak yang tahu," kata Didi dalam wawancaranya.

Selain itu Didi juga menyebut, Museum Satriamandala adalah Wisma Yasoo, tempat terakhir Bung Karno.

Namun menurut Didi, Wisma Yasoo coba ditutup-tutupi dengan mengubah nama tempat itu menjadi Museum Satriamandala.

Sementara itu, mantan ajudan Soekarno, Sidarto Danusubroto membeberkan kesaksian pada tahun-tahun terakhir Sang Proklamator hidup dalam tahanan di Wisma Yaso. Ia menyebut, Soekarno sakit tanpa mendapat perawatan memadai.
Sidarto menjadi ajudan Soekarno sepanjang satu tahun lebih sejak 6 Februari 1967 pasca Supersemar yang kontroversial.

Ia ditarik dari tugas itu pada Mei 1968.

"Pada saat bulan-bulan terakhir mendampingi beliau, kondisi kesehatan Bung Karno memang mulai memburuk. Dan saya sampaikan pada Kapolri waktu itu bahwa yang diperlukan Bung Karno saat itu adalah dokter yang merawat, bukan ajudan lagi," ujar Sidarto.

Sebelumnya dari informasi yang kita ketahui tepatnya 21 Juni 1970, Soekarno meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Dikutip dari TribunJatim yang mengutip buku Soekarno Poenja Tjerita, Soekarno dilarikan ke RSPAD Gatot Soebaroto dari tempat pengasingannya, Wisma Yaso, pada 16 Juni 1970. Soekarno dibawa ke RSPAD karena kondisinya yang menurun.

Praklamator Kemeredekaan itu ditempatkan di sebuah kamar yang berpenjagaan berlapis di lorong rumah sakit. Pada 20 Juni 1970 sekira pukul 20.30 WIB, kondisi Soekarno memburuk.

Soekarno pun mengalami koma. Mahar Mardjono, dokter yang menangani Soekarno tampaknya sudah mahfum apa yang sedang terjadi. Mahar kemudian menghubungi anak-anak Soekarno.

Mereka pun berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB.

Mereka yang datang saat itu adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati.

Pukul 07.00 WIB, dokter Mahar membuka pintu kamar.

Anak-anak Soekarno masuk ke kamar perawatan, dan mengajukan sejumlah pertanyaan ke dokter Mahar. Meski demikian, dokter Mahar tak menjawabnya.

Ia hanya menggelengkan kepala. Beberapa saat kemudian, suster mencabut selang makanan, dan alat bantu pernapasan.

Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir. Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Soekarno.

Soekarno yang masih bisa mendengar ucapan Megawati, berusaha mengikutinya. Namun, kalimat yang diucapkan Soekarno tak selesai.

Soekarno hanya mampu mengucapkan "Allah".

"Allaaah...," ucap Soekarno lirih seiring napasnya yang terakhir.

Tangis keluarga pun pecah. Soekarno meninggal pada pukul 07.07 WIB.

Sempat Ditengok oleh Hatta

Mengutip Kompas.com, beberapa hari sebelum meninggal, Soekarno sempat dijenguk oleh sahabatnya yang juga Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta.

Hal itu diceritakan dalam buku Mengenang Bung Hatta (1988).
Dalam buku itu, Iding Widjaja Wangsa menuliskan kesaksian putri Bung Hatta, Meutia Hatta sesaat sebelum Soekarno wafat.

Saat menjenguk Bung Karno bersama ayahnya di RSPAD Gatot Soebroto, Meutia menyebut wajah Bung Karno telah pucat dan tak sadarkan diri.

Mengetahui kondisi itu, Bung Hatta beserta rombongan pun meninggalkan ruang perawatan itu.
Namun, Bung Karno tiba-tiba siuman dan tangannya seperti menggapai-gapai dan menunjuk sesuatu di atas kepalanya.

Gerakan itu mengisyaratkan perawat untuk mengambilkan kacamata untuknya.

Setelah memakainya, Bung Karno kemudian melambaikan tangannya seakan meminta Bung Hatta mendekat.

Menurut kesaksian Meutia Hatta, Soekarno mengucapkan kalimat yang sulit ditangkap, karena dalam bahasa Belanda: "Hoe gaat het met jou? (apa kabar)" sambil menitikkan air mata.

Ia memandangi kawannya, Hatta yang terus memijit lengannya.

Tak ada yang bisa dilakukan Hatta kecuali berpesan padanya. "Ya, sudahlah. Kuatkan hatimu, tawakkal saja pada Allah. Saya doakan agar lekas sembuh," kata Bung Hatta.

Tak lama setelah itu, Bung Karno pun menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu, 21 Juni 1970 pukul 07.00 WIB.

Bung Karno kemudian dimakamkan di Blitar, tempat Ibunya juga dimakamkan.(Tribunnews.com/Daryono) (TribunJatim/Januar) (Kompas.com)

(*/ Tribun-Medan.com)

Artikel ini sudah tayang di Sripoku.com

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved