Kesaksian Korban Selamat Longsor Sibolangit, Terjepit Dua Jam di Mobil Usai Ditimpa Batu Besar

Ia berangkat bersama dengan calon istrinya Novita, calon mertuanya Layani, teman dekatnya Armando, dan teman Novita bernama Gusrini.

Tribun Medan/Goklas Wisely
Ferdinan Tarigan, korban bencana longsor di Sibolangit terbaring di ruang rawat inap Rindu B RSUP Adam Malik, Senin (25/10/2021) 

Tak lama kemudian, Ferdinan baru sadar bagian tubuhnya dari pinggang ke telapak kaki serta tangan kanannya sudah terjepit dan tertimbun tanah.

Ferdinan terus berdoa agar tetap diberi kekuatan untuk bertahan dalam kondisi tersebut.

Rupanya tak lama, dirasanya kebas di bagian kaki dan tangan kanannya. Ia pun teramat cemas. Timbul dalam benaknya nuansa kematian.

Lalu Ferdinan berusaha meminta air kepada warga yang ada di sekitar lokasi. Diingatnya warga itu bermarga Sembiring. Ferdinan meminta air saat itu kepada si Sembiring.

"Lalu disiram air ke tangan kanan. Saya pun merasakan ada semangat baru. Saya minta juga air itu disiramkan ke kaki saya yang mati rasa. Setelah disiram, saya tidak kebas lagi karena terasa air itu," ungkapnya.

Setelah itu, Ferdinan melihat tim evakuasi kesulitan untuk membongkar bongkahan batu yang menimpanya. 

Sebab, sebagian tubuhnya terjepit badan mobil juga. Segala cara terlihat sudah dilakukan tapi tidak bisa.

Tak lama, rupanya datang longsor susulan. Tim evakuasi pun berlarian. Ferdinan tinggal sendiri karena terjebak situasi yang menimpanya.

Dalam momen itu, Ferdinan sudah pasrah sembari berdoa kepada Tuhan. Sebab, tidak satu orang pun yang bisa membantunya.

"Untungnya saya tidak apa - apa. Usai longsor kedua, saya bertanya ke polisi soal alat beratnya. Katanya sebentar lagi datang," ucapnya.

"Saya sempat bilang ke bapak Sembiring tidak kuat lagi. Tapi bapak Sembiring bilang tidak akan meninggalkan saya sampai selamat," tambahnya.

Mendengar itu, keputusasaannya sirna dan kembali bersemangat. Rupanya diciumnya ada aroma bensin.

Secepatnya ia sampaikan pesan ke si Sembiring untuk mengingatkan masyarakat yang ada di sekitar untuk tidak menyalakan rokok.

"Saat itu, ada pohon yang menimpa kaki kiri ku dan mau dipotong pakai sing saw. Lalu saya bilang jangan pakai sing saw karena asapnya bisa mengganggu pernapasan," sebutnya.

Pohon itu akhirnya dipotong secara manual menggunakan pisau. Setelah itu, baru dilihatnya alat berat datang dan tiba - tiba bertambah semangatnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved