News Video
Martabak Piring Di Jalan Kapuas Berdiri Sejak tahun 1950, Miliki Banyak Pelanggan Termasuk Pejabat
Martabak Piring ini sudah ada sejak tahun 1950, lima tahun setelah Indonesia merdeka.
Penulis: Fredy Santoso | Editor: Fariz
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Semerbak aroma arang kayu diatas tungku api menusuk hidung.
Jalanan sunyi senyap diantara rel kereta api Medan pantai timur hanya dilalui beberapa kendaraan malam itu.
Sesekali kereta api keberangkatan terakhir melintas menuju kota tujuan memecah kebisingan roda-roda kendaraan.
Dua orang pria sedang bersiap-siap menyiapkan dagangannya yang berada di Jalan Kapuas, Jalan Sutomo Kecamatan Medan Kota.
Satu orang membakar arang, sementara satunya menyusun dan mengolah adonan kudapan lezat manis bernama 'Martabak Piring Sejak Dulu' .
Keduanya nampak sibuk. Para pelanggan pun sudah pada menunggu.
Dibalik gerobak sederhana seorang pedagang martabak, Efrizal (46), meramu menu andalannya. Dia mengaduk adonan lalu menuangkan ke atas piring-piring kaleng berwarna kuning.
Setelah itu ia panggang adonan berwarna kuning kental itu ke atas bara arang yang telah ditaburi gula.
Medan memang kota segudang kuliner nikmat. Apalagi martabak manis dan tipis sajian pak Efrizal. Barangkali martabak yang dijajakan beliau merupakan salah satu sesepuhnya martabak piring tipis.
Martabak Piring ini sudah ada sejak tahun 1950, lima tahun setelah Indonesia merdeka.
Martabak yang dipanggang dengan cara tradisional ini pertama kali dibuka oleh almarhum ayah pak Efrizal, yakni Sutan Munir.
Sejak tahun 1950 ayah pak Efrizal sudah merintis usaha tersebut. Kini ia merupakan generasi kedua atas usaha martabak legendaris tersebut.
Efrizal menceritakan, dagangan dengan nama 'Martabak Piring Sejak Dulu' itu pertama kali buka di sebuah daerah bernama kampung Keling.
Namun seiring berjalannya waktu usaha itupun dipindahkan ke jalan Jalan Kapuas, Jalan Sutomo Kecamatan Medan Kota sejak tahun 1953 hingga sekarang.
"Dulu pertama kali buka bukan disini, tetapi di kampung Keling, di jalan Tengku Umar. Pindah kesini mulai dari tahun 1953," kata Efrizal, pedagang martabak Piring.
Usaha martabak itu dilanjutkan Efrizal mulai dari tahun 1998 hingga sekarang.
Adapun menu yang ditawarkan ialah martabak kacang, cokelat, wijen dan keju.
Martabak ini mulai buka dari pukul 19:00 WIB sampai pukul 00:00 WIB.
Ia mengaku perhari menyediakan tiga sampai empat kilogram adonan atau jika dihitung sekitar 300 piring martabak ludes terjual.
"Kalau sehari bisa 300 porsi. Kalau buka dari jam 7 sampai jam 12 malam," ucapnya.
Awal Mula Buka Usaha Martabak Tipis
Efrizal menceritakan awal mula usaha turun temurun ini yakni pertama kali ayahnya menjual martabak manis pada umumnya dengan ukuran lebih besar dan tebal.
Namun saat itu almarhum ayahnya diminta oleh sang istri supaya membuat martabak tipis kering untuk istrinya yang tengah hamil.
Setelah dibuatkan, istrinya pun mengatakan kalau martabak manis dengan tekstur tipis renyah yang dipanggang dengan bara arang itu sangat nikmat.
Hingga akhirnya Sutan Munir, berinisiatif memberi bonus kepada pelanggannya seporsi martabak tipis ala permintaan sang istri.
Rupanya lama kelamaan pelanggan lebih menyukai martabak yang awalnya hanya sekedar bonus hingga akhirnya martabak tipis mulai dipasarkan dan laris manis.
"Dulu yang tipis ini gratis, bonus kalau ada yang beli lebih, karena banyak yang minta martabak tipis makanya jadi ada harganya sampai akhirnya lebih fokus ke yang tipis.
Jadi pembeli mulai suka sama martabak tipis. Terakhir banyak yang minta jadi lebih laku," ucapnya.
Efrizal mengungkapkan sebelum almarhum ayahnya membuka usaha martabak merupakan pedagang nasi goreng. Namun usaha nasi goreng itu tidak begitu menjanjikan pada saat itu.
Hingga akhirnya ada seorang kerabat ayahnya yang sesama berasal dari Sumatera Barat mengajarinya membuat martabak.
Sutan Munir diberikan resep rahasia hingga akhirnya ia pun memilih berdagang martabak dan berpaling dari usaha sebelumnya.
"Sebetulnya ini bukan dari dia. Ada orang ngasih ilmunya karena orang itu gak punya anak jadi di turunkan ilmunya ke bapak saya," tuturnya.
Miliki Banyak Pelanggan, Termasuk Pejabat
Usaha yang telah lama digelutinya ini banyak memiliki pelanggan. Pembeli silih berganti berdatangan.
Mereka rela mengantre untuk menikmati sajian martabak manis renyah ini.
Efrizal pun mengatakan kalau pelanggannya banyak bukan orang biasa. Bahkan menantu Presiden RI yakni Bobby Afif Nasution sering beli ke tempatnya.
Bobby beberapa kali datang bersama istri dan ajudannya.
"Bahkan, wali Kota Medan pun kemari.
Dia sendiri datang pake ajudan. Pernah datang sama istri sama anak," ungkapnya bercerita.
Tak hanya itu, mantan Gubernur Sumut Syamsul Arifin pun merupakan pelanggan lama mereka. Syamsul disebut sering membeli martabak sejak ayahnya yang masih berjualan.
Selain itu, pelanggan lainnya juga banyak berasal dari luar negeri. Para warga Medan yang telah lama merantau lalu pulang mencicipi kembali salah satu martabak legendaris tempatnya.
"Kalau dari luar kota banyak, apalagi kalau Cheng beng. Kadang dari Malaysia, Singapura. Cuma itu orang lama yang sudah merantau terus pulang kepengen makan martabak ini. Dari Australia pun ada," ucapnya.
Harga per porsi martabak manis renyah ini dipatok dengan harga Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu.
Harga tersebut sudah termasuk ukuran lebih tebal.
(Cr25/tribun-medan.com)