Dugaan Pelecehan Situs Raja Batak

Oknum Pendeta GBI yang Dinilai Lecehkan Situs Raja Batak Merasa Mirip Jendral Sudirman

Dua pendeta dari Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang dinilai lecehkan situs Raja Batak akhirnya bersuara setelah banyak mendapat kecaman

Editor: Array A Argus
TRIBUN MEDAN/GOKLAS WISELY
Pendeta yang dituding lecehkan situs Raja Batak mendatangi kediaman Ketua Umum Pomparan Si Raja Batak, Boasa Simanjuntak di Jalan Flamboyan Raya, Kecamatan Medan Tuntungan, Rabu (8/12/2021). 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN - Kasus dugaan pelecehan situs Raja Batak di Pusuk Buhit, Kecamatan Pangururan/Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk anggota DPR RI, Hinca Panjaitan.

Belakangan diketahui, bahwa oknum pendeta yang dituding melecehkan situs Raja Batak itu berasal dari Gereja Bethel Indonesia (GBI).

Kedua oknum pendeta Gereja Bethel Indonesia itu masing-masing Pdt Ampetua Lumbantoruan Sihombing dan Pdt Wahyuan Situmorang.

Setelah mendapat beragam kecaman dan cibiran lantaran dianggap melecehkan situs Raja Batak dan dinilai membanding-bandingkan agama dengan budaya, kedua oknum pendeta ini kemudian angkat bicara.

Saat diwawancarai, Pdt Ampetua Lumbantoruan Sihombing mengatakan mereka menuju Pusuk Buhit pada 2 Desember 2021 lalu.

Saat itu, mereka ada 15 orang.

Mereka berangkat menuju Pusuk Buhit ke situs Raja Batak sekira pukul 05.00 WIB. 

"Kami menempuh perjalanan enam jam sampai ke puncak. Kala itu saya melihat ada sesajen. Tapi itu sedikitpun kami sentuh," katanya di Jalan Flamboyan Raya, Kecamatan Medan Tuntungan, Rabu (8/12/2021).

Sampai di lokasi, jemaat Gereja Bethel Indonesia ini kemudian mengaku memanjatkan doa.

"Kami nyanyi rohani dan meniupkan sangkakala," katanya.

Adapun alasan jemaat GBI datang ke situs Raja Batak di Pusuk Buhit untuk mengetahui kondisi yang ada di lokasi.

Sebab, mereka beralasan bahwa di atas gunung yang tinggi itu ada semacam ritual. 

"Makanya kemarin kami dipandu oleh para pemuda setempat," sebutnya.

Sambil teriak bernyanyi, para jemaat sempat merekam aksinya dan mengunggah video tersebut ke media sosial.

Namun, aksi itu mendapat kritikan tajam dari sejumlah netizen, khususnya orang Batak. 

"Jadi aksi saya sewaktu mengucapkan kata - kata yang keliru, seolah - olah di puncak itu setan. Selain itu terkesan hanya kami yang paling benar," ungkapnya.

Senada disampaikan Pdt Wahyuan Situmorang.

Menurut pengakuan Pdt Wahyuan Situmorang, bahwa dirinya lah yang memanjat dan menginjak-injak tembok situs Raja Batak

Dia mengaku dirinya saat itu merasa keren, karena merasa mirip Jendral Sudirman dengan latar bendera. 

"Saya naik ke tembok itu. Terus saya lihat ada bendera. Kalau difoto kan keren, semacam Jendral Sudirman," ucapnya.

Dia berdalih tidak tahu ada larangan untuk naik ke tembok tersebut. 

Bahkan, Pdt Wahyuan Situmorang menyalahkan pemandu yang membawa mereka, lantaran tidak memperingatkan dirinya untuk tidak memanjat dan menginjak-injak tembok situs Raja Batak di Pusuk Buhit tersebut. 

"Saya janji tindakan serupa tidak akan terjadi lagi. Bangsa Batak tetap bersatulah, sebab kita adalah saudara," tutupnya. 

Di sisi lain, keduanya pun telah mengucapkan permintaan maaf kepada Ketua Umum Pomparan Si Raja Batak, Boasa Simanjuntak dan seluruh suku Batak. 

Boasa pun mengajak agar bangsa Batak menerima niat baik dari permintaan maaf keduanya. 

"Mari kita hentikan kecaman di media sosial terhadap para gembala Tuhan terkait video yang viral. Sebab kita tidak mencari benar salah melainkan saling memperbaiki dan menegur agar lebih baik ke depan," ucapnya.(cr8/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved