News Video
Terkait Dugaan Penganiayaan Terhadap Anak di Desa Natolutali, Ini Kesaksian Tetangga
Terkait perlakuan kasar yang diterima korban, Pandapotan Aruan, tetangga korban berikan keterangan. Ia menjelaskan bahwa si anak kerap menangis.
Penulis: Maurits Pardosi |
Terkait Dugaan Penganiayaan Terhadap Anak di Desa Natolutali, Ini Kesaksian Tetangga
TRIBUN-MEDAN.COM, TOBA - Korban penganiayaan RM (6) kerap mendapatkan perlakuan kasar dari orangtuanya. Alhasil, tersangka kini sudah diangkut polisi.
Terkait perlakuan kasar yang diterima korban, tetangga yang bernama Pandapotan Aruan (50) memberikan keterangan. Dalam penuturannya, ia menjelaskan bahwa si anak kerap menangis.
"Kalau kesehariannya sering nangis-nangis dia (si anak). Tapi, kita enggak punya bukti kenapa dia sampai nangis. Keseringannya pada siang hari. Kadang pagi-pagi juga," ujar tetangga korban, Pandapotan Aruan (50) pada Jumat (10/12/2021).
Bukti kekerasan tersebut, ia lihat saat korban bersama anaknya tengah bermain air. Bekas luka dan lebam terlihat jelas. Bahkan, korban juga termasuk orang yang jarang bermain dengan teman sebayanya.
"Sesekali ia keluar dari rumah lalu datang ke rumah kita karena ada juga anak saya teman sebayanya," terangnya.
"Kita punya kolam di samping rumah. Kerap anak kita bersama korban mandi-mandi. Namanya juga anak kecil. Kita memang pernah lihat bahwa banyak bekas cubitan pada badannya," sambungnya.
Suatu ketika, ia menanyai korban terkait kekerasan yang ia terima.
"Lalu saya tanya dia (korban). Ia bilang dicubiti mamak. Ia memang tertutup atau mungkin karena dikasih tahu mamaknya agar jangan bilang-bilang itu ke orang lain,"
Terkait kasus ini, ia pun dimintai keterangan oleh pihak kepolisian sebagai tetangga korban.
"Nah, setelah si anak ke Polres, aku baru ditelepon kades untuk dimintai keterangan karena kita memang bertetangga," lanjutnya.
Ia menjelaskan bahwa anak tersebut sebagai orang yang baik dan cerdas.
"Anak ini adalah anak yang baik. Selain baik, ini juga anak yang pintar. Saat di TK, anak ini juara terus. Tapi setelah SD ini jadi berkurang. Mungkin karena trauma atau apalah, mentalnya down gitu," pungkasnya.
(cr3/tribun-medan.com)