Khazanah Islam
Masih Bertato Lalu Hijrah, Apakah Sah Wudhunya? Begini Penjelasan Buya Yahya
sudah hijrah, apakah tato membuat wudhu tidak sah? Berikut ini penjelasan Buya Yahya.
TRIBUN-MEDAN.com - Ketika sudah hijrah, apakah tato membuat wudhu tidak sah? Berikut ini penjelasan Buya Yahya.
Setiap orang mempunyai masa lalu yakni masa kelam yang membuat dirinya berubah menjadi lebih baik.
Apalagi jika ia sudah memutuskan untuk hijrah yakni menuju jalan yang diridhoi Allah.
Baca juga: Amalan Untuk Orangtua yang Telah Wafat, Agar Menjadi Penolong dan Penerang di Alam Kubur
Baca juga: MENCUAT Gading Gisel Diisukan Rujuk Lagi, Gegara Foto Akrab Sama Gempi di Bali Rayakan Natal
Bahkan Allah lebih menyukai ahli maksiat yang bertaubat ketimbang ahli ibadah yang sombong karena tidak mau mengakui kesalahannya.
Maka dari itu, pintu taubat dan ampunan Allah terbuka luas untuk setiap hamba yang mendapatkan hidayah.
Termasuk pula orang yang masa lalunya memasang tato dan kini telah berhijrah.
Lantas, perlukah menghapus tato ketika sudah hijrah agar wudhu menjadi sah?
Berikut ini penjelasan Buya Yahya yang dibagikan melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV.
Baca juga: Apa Hukumnya Mencukur Alis Bagi Wanita dalam Islam? Termasuk Jebakan Dosa Besar yang Dilaknat Allah
Dalam ceramah tersebut, Buya Yahya menanggapi pertanyaan mengenai tato di tubuhnya dan saat ini sudah hijrah.
Baca juga: Potret Tante Ernie Cosplay Ala Sinterklas Jadi Perhatian, Bagian Pundak Disorot Fansnya
Ia pun khawatir tato yang sudah bertahun-tahun berada di tubuhnya ini jadi sebab wudhunya tidak sah. Sehingga ia berniat menghapusnya, namun usaha untuk menghapus tato ini justru membuat rusak kulitnya.
“Kepada saudara-saudara, saudari-saudari yang punya tato. Sudahlah. Biarkan tato jangan dibuang, sebab tato tidak wajib dibuang kecuali memenuhi syaratnya,” pesan Buya Yahya.
Menurut Buya Yahya, setidaknya ada 5 syarat yang harus dipenuhi sebelum menghapus tato ini.
Syarat yang pertama, kata Buya Yahya, belum tertanam di kulit.
“Waktu memasangnya dalam keadaan dia ngerti haram. Kalau waktu memasangnya belum ngerti haram, tidak wajib dibuang,” jelas Buya Yahya menyebut syarat kedua.
Syarat yang ketiga adalah tato tersebut dipasang saat sudah baligh, “Kalau ditanam saat belum baligh, nggak wajib dibuang,” kata Buya Yahya.
Kemudian menurut Buya Yahya, syarat selanjutnya adalah jika tato tersebut memang tidak ada manfaatnya.
Maksudnya adalah misal suami belum tahu jika istrinya bertato, namun ternyata dengan tato tersebut membuat istrinya lebih indah dan kemudian dinikmati oleh suami, maka kata Buya Yahya tidak perlu menghapus tato, karena kondisi ini ada manfaatnya.
“Yang kelima adalah cara menghilangkannya tidak menjadikan Anda tidak sempurna dalam berwudhu,” kata Buya Yahya sembari memberikan contoh, misal saat dihapus kemudian diperban sehingga susah untuk wudhu.
Dari 5 syarat tersebut kata Buya Yahya jika tidak memenuhi salah satu saja, artinya tidak perlu dibuang.
Demikianlah penjelasan mengenai tato yang masih ada di tubuh dan kini telah berhijrah sebagaimana disampaikan Buya Yahya.
(*/Tribun-Medan.com)
Artikel ini telah tayang di Sripoku.com