SOSOK Mohammad Isa, Ternyata Gubernur Sumsel Akademisi Pertama Berasal dari Kota Binjai
Sebagai Penghulu Pekan, Ismail mengajari anak-anaknya, termasuk Mohamad Isa, tentang dasar-dasar ajaran Islam dan membaca Al-Qur'an.
Penulis: Satia | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN.COM, BINJAI- Tidak banyak yang tahu, kalangan terpelajar (Akademisi) pertama menjabat sebagai Gubernur Sumatera Selatan, ternyata berasal dari Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara.
Yah, dia adalah drg Mohammad Isa, yang menjabat pada periode 16 Oktober 1946-1948. Dirinya lahir di Kota Binjai, pada 4 Juni 1909, anak keempat dari dua belas bersaudara.
Dilansir dari Wikipedia, ayahnya adalah Datuk Haji Ismail, adalah seorang Penghulu Pekan (kepala pasar tradisional). Ibunya, Zainab, adalah salah satu istri Ismail. Ismail awalnya memiliki beberapa istri, namun hanya Zainab yang memberikan anak kepadanya.
Sebagai Penghulu Pekan, Ismail mengajari anak-anaknya, termasuk Mohamad Isa, tentang dasar-dasar ajaran Islam dan membaca Al-Qur'an.
Setelah lulus dari HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), Mohammad Isa meminta izin kepada ayahnya untuk melanjutkan studinya di AMS (Algemene Middlebare School, SMA) di Batavia.
Semula Ismail enggan mengizinkan Mohamad Isa bersekolah di sana, namun akhirnya setuju dan Mohamad Isa berangkat ke Batavia.
Selama berada di AMS, ia terlibat dalam gerakan pemuda, seperti JIB (Jong Islamieten Bond, Persatuan Pemuda Muslim) dan NIPV (Vereeniging Nederlandsch Indische Padvinders, Gerakan Kepanduan Hindia Belanda).
Baca juga: PANI Tega Cekik dan Pukuli Kawan Sendiri lantaran Ditegur saat Curi Tiang Telepon, Begini Nasibnya
Setelah menyelesaikan studinya di AMS di Batavia, Mohamad Isa berencana belajar di STOVIT (School tot Opleiding van Indische Tandartsen, Sekolah Pelatihan Dokter Gigi Hindia).
Saat itu, STOVIT merupakan sekolah kedokteran gigi pertama dan satu-satunya di Hindia Belanda. Mohamad Isa pindah dari Batavia ke Surabaya bersama Siti Ramelan, istrinya yang baru dinikahinya.
Karena keterampilan akademisnya yang mahir, Mohamad Isa, bersama 20 siswa lainnya, diterima untuk belajar di universitas tersebut. Salah satu teman sekelasnya adalah Moestopo, yang kemudian menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.
Selama di sekolah, Mohamad Isa aktif berpartisipasi dalam gerakan politik. Pada tahun 1935, Mohamad Isa bergabung dengan Partai Indonesia Raya yang baru dibentuk, sebuah partai politik yang dibentuk oleh Soetomo sebagai hasil merger antara masyarakat politik Budi Utomo dan Persatuan Nasional Indonesia.
Ia juga bergabung dengan organisasi pemuda Indonesia Muda, yang dibentuk pada tanggal 31 Desember 1930 sebagai perpaduan antara berbagai gerakan pemuda etnis.
Berkat prestasi akademisnya di STOVIT, Mohamad Isa diangkat sebagai asisten salah satu dosen di STOVIT setelah lulus. Dua tahun kemudian, pada tahun 1938, Mohamad Isa mengundurkan diri dari jabatannya di STOVIT dan memutuskan untuk membuka klinik gigi di Palembang.
Setelah mengundurkan diri dari STOVIT, Mohamad Isa melakukan perjalanan dari Surabaya ke Palembang. Dari Surabaya, Mohamad Isa dan keluarganya naik kereta api ke Batavia. Dari Batavia, mereka naik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok dan melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Boom Baru di Palembang. Setelah kedatangannya, ia menetap di sebuah rumah dan mendirikan klinik gigi di Palembang.
Saat itu belum ada klinik gigi lain di Palembang kecuali klinik Mohamad Isa. Klinik Mohamad Isa akan tetap menjadi satu-satunya klinik gigi di Palembang sampai tahun 1950-an. Namun, Mohamad Isa tidak pernah menetapkan harga untuk perawatan gigi, dan dia menjadi populer di kota.
Di Palembang, Mohamad Isa bertemu dengan Adnan Kapau Gani. Seperti Mohamad Isa, Gani juga seorang perantau di kota.
Gani memperkenalkan Mohamad Isa ke berbagai gerakan dan partai politik pro Indonesia di kota tersebut, seperti Partai Nasional Indonesia, Partai Indonesia Raya, Gerakan Indonesia Raya, dan Partai Sarekat Islam Indonesia.
Sebagai anggota Partai Indonesia Raya, Mohamad Isa sering diundang untuk berbicara pada pertemuan politik antar partai.
Baca juga: Hari Terakhir Pendaftaran Cakades di Deliserdang, Wartawan Juga Ikut Mendaftar
Pada tanggal 14 Februari 1942, pasukan Jepang melancarkan serangan mendadak ke Palembang.
Palembang sepenuhnya diduduki oleh Jepang pada 16 Februari 1942, dan pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada 9 Maret 1942.
[Soekarno, pemimpin gerakan nasionalis, telah dibebaskan oleh Jepang dari pengasingannya di Bengkulu dan dibawa ke Padang.
Sebagai pemimpin Partai Indonesia Raya di Palembang, Mohamad Isa berdiskusi dengan para pemimpin politik lainnya, seperti Adnan Kapau Gani, Nungtjik A.R., dan A.S. Sumadi dari Gerindo.
Mereka berencana menjemput Sukarno di Padang dan membawa Sukarno ke Palembang.
Rencana tersebut berhasil, dan mereka pun berdiskusi dengan Soekarno tentang cara menghadapi Jepang.
Aktivis politik anti-Jepang diputuskan akan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan berpura-pura bekerja sama dengan Jepang, sedangkan kelompok kedua akan mengorganisir perlawanan bawah tanah melawan Jepang.
Meskipun Mohamad Isa mengorganisasi perlawanan bawah tanah melawan Jepang, pekerjaannya sebagai dokter gigi membuatnya tidak dicurigai oleh Jepang.
Mohamad Isa diangkat sebagai ketua harian Shu Shangi Kai (dewan kota) Palembang dan sebagai penasehat Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan).
Isa berasal dari Minangkabau, dengan latar belakang pendidikan cukup baik. Selesai dari HIS, ia melanjutkan pendidikannya ke MULO, kemudian AMS.
Setelah itu ia menamatkan pendidikannya di STOVIT hingga mendapatkan gelar Drg (dokter gigi).
Pada tahun 1936, Isa memulai kariernya sebagai Asisten Dosen di Sekolah Dokter Gigi STOVIT. Dua tahun kemudian jabatan itu ditinggalkannya dan ia memutuskan untuk membuka praktik sendiri di Palembang.
Baca juga: Dulu Tinggal di Kontrakan Kayu, Kini Bocah Cilik Ini Menjelma Jadi Artis Cantik & Terkenal Indonesia
Pada tahun 1945 ia menjadi Wakil Kepala Jawatan Kemakmuran, kemudian menjabat Pemimpin Umum Perusahaan Minyak Republik Indonesia (PERMIRI), yang pertama menguasai dan mengekploitir semua kilang dari BPM dan STANVAC yang berada di Keresidenan Palembang. Kemudian pada tahun 1945, ia diangkat sebagai Anggota Ketua Komisaris Nasional Indonesia Daerah Keresidenan Palembang.
Berkat prestasinya yang menonjol, pada tahun 1946 M. Isa diangkat sebagai Residen Palembang, yang kemudian merangkap sebagai Gubernur Muda Provinsi Sumatra Selatan. Pada bulan Mei 1948, ia diangkat sebagai Gubernur Provinsi Sumatra Selatan menggantikan A.K. Gani.
Setahun kemudian, pada bulan Mei 1949, ia menjabat sebagai Komisaris Negara untuk Daerah Militer Sumatera Selatan.
Sesudah Perjanjian Roem-Roijen, Pemerintah Pusat mengangkatnya sebagai Anggota Local Joint Committee, kemudian ditunjuk sebagai Penasehat Ahli dan delegasi RI di KMB.
Pada bulan Januari 1950, ia kembali menduduki jabatan Gubernur Provinsi Sumatra Selatan.
Dua bulan kemudian, ia kembali menduduki jabatan rangkap sebagai Komisaris RIS untuk Negara Sumatra Selatan dan daerah Bangka-Belitungdengan tugas mengambil alih kekuasaan Wali Negara Sumatra Selatan.
Tetapi pada bulan Nopember 1954, atas permintaan sendiri ia melepaskan jabatannya sebagai Gubernur Sumatra Selatan.
Pada bulan September 1955, ia menduduki jabatan sebagai Presiden Direktur NV Karet Sumsel. Dan bulan Maret 1956 ia diangkat sebagai anggota DPR-RI dari Partai Nasional Indonesia.
Bulan Juni 1960, ia terpilih sebagai Anggota DPR Gotong Royong dan MPRS-RI. Kemudian bulan Oktober 1960 ia menjadi Rektor Universitas Sriwijaya.
Baca juga: Diduga Bocor, Data Lengkap 6 Juta Pasien di Server Kemenkes RI Dijual di Forum Online
Berikut Biografi Mohammad Isa
- Lahir, 04 Juni 1909, Kota Binjai, Deli Serdang, Hindia Belanda.
Meninggal
7 November 1979(umur 70)
Jakarta, Indonesia
Partai politik
Partai Nasional Indonesia
Istri Siti Zainab
Anak Tiga
Ayah Datuk Haji Ismail, Ibu Zainab
(wen/tribun-medan.com)