UNIK, Pria dan Wanita di Suku Ini Bebas Berciuman Dengan Siapa Saja hingga Bertukar Istri
Di tempat ini, pria dan wanita bebas berciuman dengan siapa saja. Bertukar istri secara terang-terangan pun tidak dipermasalahkan.
Penulis: Liska Rahayu | Editor: Liska Rahayu
TRIBUN-MEDAN.com – Di tempat ini, pria dan wanita bebas berciuman dengan siapa saja.
Bertukar istri secara terang-terangan pun tidak dipermasalahkan.
Berasal dari suku kuno, suku ini selalu mengikuti kemauan mereka sendiri dan tidak mematuhi norma sosial dan memiliki kebiasaan bertukar istri yang unik.
Melansir dari Eva.vn, India dihuni oleh banyak suku, beberapa di antaranya muncul dari zaman prasejarah terkait dengan evolusi manusia.
Di dataran tinggi wilayah Ladakh, selain tempat wisata yang terkenal seperti Danau Pangong, Bukit Magnet atau biara, masih ada suku yang dikatakan paling tua dan paling murni dari umat manusia, yaitu suku Drokpa.
Baca juga: Ritual Lompat Banteng Tanpa Pakaian, Pria Suku Ini Boleh Menikahi 4 Wanita Sekaligus
Baca juga: Kisah Suku Agta di Pedalaman Hutan Filipina, Seperempat Populasi Warganya Dimangsa Ular Raksasa
Drokpa adalah komunitas kecil orang-orang dari ras Dardik Indo-Arya kuno yang tinggal di daerah yang dikendalikan oleh India dan Pakistan.
Di sisi India, orang-orang ini terutama tinggal di wilayah Jammu dan Kashmir dan di sisi Pakistan mereka tinggal di Provinsi Gilgit-Baltistan.
Menurut sebagian besar sejarawan, Drokpa adalah satu-satunya dan keturunan sejati suku Indo-Arya.
Total populasi komunitas Drokpa berkisar antara 3.000 hingga 4.000 orang dan dianggap sebagai salah satu suku paling langka di dunia.

Mereka menggunakan varian bahasa Shina yang disebut Minaro untuk berkomunikasi.
Bahasa ini dilestarikan melalui lagu daripada konvensi tertulis.
Ada dua teori utama tentang asal usul suku Drokpa.
Hipotesis pertama, sebagian besar sejarahwan mengganggap Drokpa sebagai keturunan suku Indo-Arya.
Beberapa sejarahwan lain percaya bahwa suku tersebut keturunan dari tentara-tentara Alexander Agung.
Mayoritas Drokpa beragama Buddha, tetapi praktik keagamaan mereka berbeda dari agama Buddha tradisional.