Kecurigaan Pak Camat Pasutri Simpan Mumi di Rumah, Ternyata Jasad Anak Tunggal: Jantung Masih Denyut
Kecurigaan Pak Camat tentang adanya pasutri simpan mumi di dalam rumahnya ternyata terbukti.
TRIBUN-MEDAN.com - Kecurigaan Pak Camat tentang adanya pasutri simpan mumi di dalam rumahnya ternyata terbukti.
Bersama dengan polisi, Pak Camat menggedor-gedor rumah pasutri yang diyakini simpan mumi di rumahnya.
Sang pemilik rumah Bahruddin merasa gusar rumahnya digedor-gedor Pak Camat yang datang bawa polisi.
Kedatang Pak Camat bawa polisi ini karena cerita sudah tersebar luas bahwa Bahruddin dan istrinya simpan mumi di rumah.
Namun kedatangan para pejabat desa hingga kepolisian ke rumahnya tak serta merta membuat Rohmat dan Prihati luluh.
Keduanya sempat beradu mulut agar para tamu tak masuk ke rumahnya.
Berselang beberapa menit, pasutri asli Pemalang, Jawa Tengah itu akhirnya mengizinkan polisi hingga tokoh agama dan pejabat desa untuk masuk.
Bergegas memeriksa seluruh ruangan di rumah pasutri, Kepala Desa Plakaran mengecek kamar tidur.
Alangkah terkejutnya Nur Laela, sang kades ketika melihat ke arah ranjang tempat tidur di sana.
Tepat di tengah kasur, ada sesosok mumi remaja yang wajahnya nyaris tak dikenali.
Terbujur kaku bak sebuah boneka, sosok remaja tersebut berwarna cokelat kemerahan.
Kaki dan tangannya tampak masih dalam keadaan utuh.
Sementara wajahnya sudah kering dengan tulang yang menonjol, ukurannya pun tampak kecil dari ukuran remaja normal.
Mengamati dengan seksama, Nur Laela akhirnya menyadari.
Bahwa sosok mumi tersebut adalah anak tunggal Rohmat dan Prihati, S.

Penemuan jasad remaja 14 tahun yang sudah mengering itu lantas menjawab rasa penasaran warga selama berbulan-bulan.
Selama 2,5 bulan, keberadaan S tak diketahui jelas oleh warga.
Alibi keluarga saat itu adalah S sedang dirawat lantaran sakit.
Namun ternyata selama ini S telah wafat dan jasadnya disimpan oleh kedua orangtuanya di rumah, bukannya dikuburkan.
"Kalau untuk rongga tubuhnya masih utuh. Kalau mayat disimpan lama kan udah membusuk, sudah ada tulang, tapi itu masih utuh," pungkas Nur Laela dalam wawancara awak media di Youtube TV One.
Kenapa Disimpan ?
Penemuan jasad S yang sudah menyerupai mumi itu baru diketahui pada 12 Januari 2022.
Hal tersebut tak lepas dari ulah orangtua sang remaja, Rohmat dan Prihati, serta pamannya, Bahruddin.
Kejadian yang menggegerkan satu Indonesia itu nyatanya dilakukan secara sadar oleh keluarga S.
Alih-alih merasa bersalah, keluarga terutama paman S, Bahruddin justru tak mengakui kealfaannya.

Bahruddin malah mengurai alibi kenapa ia menyimpan jasad keponakannya hingga berbulan-bulan.
Ternyata menurut Bahruddin, ia masih merasakan denyut jantung dan napas dari S saban hari.
"Itu kan anak jantungnya masih denyut, karena Saya orang awam, jantungnya masih denyut, napasnya masih ada, berarti hidup, tinggal diharapkan kesembuhan," pungkas Bahruddin kepada awak media dikutip TribunnewsBogor.com pada Selasa (18/1/2022).
Lagipula diakui Bahruddin, ketika dokter akhirnya menyatakan S telah meninggal dunia, ia tidak keberatan.
Sebab diyakini Bahruddin, seseorang yang sudah meninggal dunia harus dikuburkan.
"Adapun setelah tim dari dokter menyatakan meninggal, kalau memang sudah meninggal, ayo Kita makamkan," ujar Bahruddin.
Analisa Dokter
Segera memeriksakan jasad S yang sudah kaku layaknya boneka, tim dokter dari Puskesmas Kecamatan Moga mengurai fakta.
Termasuk soal penyebab kematian S.
Remaja yang duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu meninggal dunia akibat mengidap penyakit TB Paru.
Tak cuma mengungkap penyebab kematian, dokter juga menceritakan rekam jejak medis S.
Pada bulan Juli 2021, S ternyata pernah memeriksakan dirinya ke dokter ditemani sang ayah, Rohmat.
Saat itu, tim dokter langsung meminta agar S rutin diperiksa secara berkala ke dokter selama enam bulan.

Akibat penyakit TB Parunya itu, S diharapkan rajin mengonsumsi obat yang diberikan dokter.
Namun sayang, Rohmat tak melanjutkan pengobatan terhadap S dan memilih untuk merawat anaknya sendiri.
"Kita arahkan untuk melakukan pengobatan rutin selama 6 bulan. Tidak boleh putus obat, harus teratur dan selalu dipantau terus menerus. Namun anak S tidak menyelesaikan pengobatannya," kata Dokter Puskesmas Kecamatan Moga dr Ratih Paringgit.
Aliran Sesat
Keputusan Rohmat dan Prihati yang memilih untuk merawat anaknya yang sakit parah seorang diri memicu isu liar di tengah masyarakat.
Terlebih akhirnya S meninggal dunia akibat penyakitnya itu.
Muncul kabar di tengah warga bahwa pasutri dan Bahruddin menganut aliran sesat.
Sehingga mereka nekat menyimpan jasad S dengan harapan sang anak bisa hidup kembali.
Terkait isu miring tersebut, Bahruddin mewakili Rohmat dan Prihati tak tinggal diam.
Ia membantah semua tuduhan tentang aliran sesat.

Alasan Bahruddin dan dua saudaranya menyimpan jasad S adalah karena merasa sang remaja belum wafat.
"Orang anak meriang, bukan meninggal. Kalau meninggal berarti udah enggak ada napas dan denyut napas. Kalau dipegang ada napas dan denyut jantung ya berarti masih hidup. Andaikata anak enggak bernapas, enggak bisa berdiri, Saya makamkan, Saya pembunuh. Tujuan keluarga buat menyelamatkan biar sehat, bukan menyimpan," ungkap Bahruddin.
Lebih lanjut, Bahruddin juga mengaku bahwa keluarganya menganut agama Islam.
Berkenaan dengan itu, Bahruddin kecewa saat tak ada satupun warga yang datang ke tahlilan S.
Ya, saat keluarga Rohmat dan Prihati menggelar tahlilan, tak ada warga yang datang untuk mendoakan S.
"Saya (adakan) tahlil enggak ada yang datang, terus terang Saya sakit. Wong sebagai warga muslim, berorganisasi, yang namanya Ahlul Sunnah Wal Jamaah kan tahlil termasuk. Kenapa Saya sampai tahlil enggak ada yang datang satupun," pungkas Bahruddin.
(*/ Tribun-Medan.com)
Artikel ini sudah tayang di Tribun Bogor