Kisah Issei Sagawa, Kanibal Pembunuh Teman yang Tak Pernah di Penjara dan Main Film Dewasa
Issei Sagawa, kanibal yang membunuh dan memakan teman wanitanya, tidak pernah menjalani hukuman penjara dan bahkan menjadi bintang film porno.
TRIBUN-MEDAN.com - Issei Sagawa, kanibal yang membunuh dan memakan teman wanitanya, tidak pernah menjalani hukuman penjara dan bahkan menjadi bintang film porno di negaranya.
Sagawa mengatakan kepada polisi Prancis pada tahun 1981 bahwa dia membunuh teman sekelasnya dari Belanda, Renee Hartevelt, dengan mengatakan: "Saya membunuhnya untuk memakan dagingnya."
Mirror.co.uk melaporkan, Minggu (30/1/2022), Sagawa yang lahir pada tahun 1949, mengklaim bahwa dia mulai berfantasi tentang memakan daging manusia ketika dia berusia enam tahun.
Ketika dia bertambah tua, fantasi kanibalistiknya menjadi seksual ketika dia mulai berfantasi tentang memakan daging wanita, terutama selebriti barat seperti aktris Grace Kelly.
Pada tahun 1977, Sagawa pergi ke Paris untuk belajar bahasa dan sastra di Universitas Sorbonne yang bergengsi.
Sagawa, yang saat itu berusia 28 tahun, berteman dengan Renee dan dia secara teratur mengunjungi flatnya untuk memberinya pelajaran bahasa Jerman.
Pada 11 Juni 1981, ketika Renee berada di apartemen pemuda itu untuk makan malam, Sagawa menembak lehernya.

Dia kemudian memperkosa mayat Renee sebelum memakan bagian dagingnya.
Selama dua hari, kanibal keji itu memakan sebagian dari payudara, betis, bibir, dan paha Renee.
Ia kemudian memasukkan mayat Renee ke dalam koper besar dan memanggil taksi.
Sopir taksi membawanya ke taman terdekat dan Sagawa mencoba membuang koper di Taman Bois de Boulogne. Namun, dua pelari yang ketakutan melihat darah menetes dari mereka dan memberi tahu polisi.
Polisi menemukan sisa makanan yang mengerikan termasuk daging manusia yang dimasak serta kartu identitas foto Renee di flat Sagawa.
Dia ditangkap dan ditahan di Prancis selama dua tahun dan psikolog memeriksanya.
Ayah Sagawa menyewa seorang pengacara top yang membuatnya dinyatakan gila secara hukum dan tidak layak untuk diadili.
Selama empat tahun berikutnya, Sagawa berada di unit psikiatri keamanan maksimum Prancis, di mana ia menulis dan mengilustrasikan sebuah novel, In The Fog.