Sama-sama Berbasis Bulan, Inilah Beda Kalender China dan Hijriah

Astronom amatir Marufin Sudibyo mengatakan, penanggalan China berdasarkan pergerakan bulan bulan dalam mengelilingi bumi.

Freepik
Tahun Baru China 

 

Jadi, jumlah hari dalam setahun akan bervariasi antara 354 hari (tahun biasa) hingga 355 hari (tahun kabisat). Konsekuensinya, kata dia, bulan-bulan Hijriah akan selalu jatuh pada kedudukan matahari yang berbeda-beda dalam siklus 33 tahun-an Hijriah.

Jadi, apabila dibandingkan dengan bulan-bulan dalam penanggalan Gregorian atau Masehi, bulan-bulan Hijriah selalu bergeser secara konsisten. Selisih 11 hingga 12 hari antara tahun Hijriah dan tahun Masehi.

“Karena berbasis gerak bulan sepenuhnya, maka hanya penanggalan Hijriah yang berhak menyandang nama kala candra (kalender lunar),” katanya.

Dihubungi terpisah, Ahli Astronomi dan Astrofisika Prof Dr Thomas Djamaluddin, MSc juga sependapat bahwa terdapat perbedaan pada kalender China dan Hijriah, meskipun sama-sama berbasis bulan.

“Kalau perbedaan tahun baru karena perbedaan sistem kalender,” terangnya.

Thomas yang pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ini mengatakan bahwa awal bulan Hijriah ditetapkan dengan hilal atau bulan sabit pertama yang terlihat sesudah waktu Maghrib.

Karena berpatokan pada hilal, konsekuensinya adalah tahun baru Hijriyah setiap tahun bergeser sekitar 10-11 hari. “Awal bulan Hijriah adalah saat hilal terlihat atau dianggap terlihat bergantung kriterianya,” ucapnya.

Kalender China

Sebaliknya, lanjut Marufin, penanggalan China tak semata berdasarkan gerak bulan saja, tetapi juga memperhitungkan kedudukan matahari.

“Mengingat, sifat awal penanggalan China ini sebagai kalender agraris. Dan kehidupan agraris di mana pun sangat bergantung kepada kedudukan matahari yang menentukan musim-musim,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kalender agraris merupakan penanggalan yang digunakan untuk kepentingan pertanian.

Seperti diketahui, China sejak masa awal kekaisaran (lebih dari 22 abad lalu) hingga sekitar seabad lalu merupakan negara kontinental yang bertumpu pada dunia pertanian untuk menopang daya tahan bangsa.

“Jadi, mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menanam padi dan bahan makanan lain, menjadi faktor utama yang menyokong stabilitas bangsa,” jelasnya.

Ia mengatakan, konsekuensinya adalah jumlah bulan dalam setahun pada penanggalan China tidak tetap. Untuk tahun biasa bernilai 12 bulan dengan jumlah hari sebanyak 354 hari dalam setahun.

Sementara untuk tahun kabisat, terdapat bulan tambahan menjadi 13 bulan dengan jumlah hari 383 hari dalam setahun.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved