Minyak Goreng Langka

ANALISIS Pakar Teknik Pertanian USU: Permainan Politik Spekulan Penyebab Minyak Goreng Mahal

Berikut ini pendapat dari pakar Teknik Pertanian USU, Prof Dr Ir Abdul Rauf. Menurut Abdul kelangkaan minyak ini diduga adanya permainan politik. 

Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Tommy Simatupang
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Suasana warga saat membeli minyak goreng kemasan program pemerintah di Lotte Grosir, Medan, Sabtu (19/2/2022). Minyak goreng program pemerintah ini di banderol Rp 14 ribu per liter dan setiap warga dapat membeli maksimal empat liter per harinya. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kelangkaan minyak goreng di Sumut sudah terjadi hampir satu bulan ini. Polda Sumut dan Tim Pangan Sumut membongkar gudang penimbunan minyak goreng di Deloserdang. 

lalu, kenapa minyak goreng langka?

Berikut ini pendapat dari pakar Teknik Pertanian USU, Prof Dr Ir Abdul Rauf

Menurut Abdul kelangkaan minyak ini diduga adanya permainan politik. 

Sebab  jika harga minyak murah seharusnya masyarakat tidak susah mendapatkan minyak. 

"Saya kira ini kemungkinan ada cerita politik, menurut saya agak aneh jika di negara yang begitu banyak sawit bisa langka minyak itu adalah hal aneh," ucapnya. 

Dijelaskan Guru Besar Pertanian USU ini bahwa meskipun harganya mahal atau murah minyak tidak akan langka jika tidak ada permainan politik.

"Negara Indonesia  khususnya Sumut terkenal dengan perkebunan sawit yang banyak, seharusnya jika harga minyak murah itu malah semakin banyak minyak yang dijual,"ucapnya.  

Kepala Ombudsman RI perwakilan Sumut Abyadi Siregar (tengah) bersama Disperindag Sumut melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Lotte Grosir, Medan, Sabtu (19/2/2022). Menurut Ombudsman stok minyak goreng di Lottemart Grosir sangat banyak dan pihak grosir juga memastikan persediaannya aman hingga akhir bulan.
Kepala Ombudsman RI perwakilan Sumut Abyadi Siregar (tengah) bersama Disperindag Sumut melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Lotte Grosir, Medan, Sabtu (19/2/2022). Menurut Ombudsman stok minyak goreng di Lottemart Grosir sangat banyak dan pihak grosir juga memastikan persediaannya aman hingga akhir bulan. (TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR)

Selain itu untuk bahan dasar minyak dikatakan Abdul berasal dari Sawit, dimana pohon sawit itu milik Indonesia sendiri. 

"Meskipun mahal atau enggak tetap minyak tidak langka sebab pohon sawit itu punya kita sendiri," terangnya.

Menurut Abdul  juga bahwa di Sumut  sudah banyak pengusaha yang mengolah sawit menjadi minyak.

"Kita yang punya pohon sawit di sana sini dan  pabrik  CPO sudah banyak  di sana sini apalagi pabrik Olio Cemicral sudah banyak  juga di Sumut atau  bahasanya pabrik yang mengusahakan dr CPO menjadi minyak itu sudah banyak. Jadi tidak mungkin bisa terjadi kelangkaan minyak jika bukan sebab politik," ucapnya. 

Ditanya apakah kelangkaan minyak terjadi disebabkan ongkos produksi dan harga crude palm oil yang tidak  turun.

Abdul membantah alasan kelangkaan minyak disebabkan tidak turunnya harga produksi dan hal lain semacamnya. 

"Saya melihat ada permainan lah kayaknya lebih tepatnya adanya spekulasi dan politik di dunia  ekonomi," 

Maksud Spekulasi menurut Abdul ialah adanya pengusaha-pengusaha besar yang bekerjasama dengan pabrik untuk membeli minyak untuk kepentingan usahanya.

"Kita tidak tau apa tujuan atau maksud  spekulan ini tapi mereka itu punya link atau kenalan dari pabrik produksi untuk membeli dalam jumlah banyak agar di jual belikan lagi sesuai kebutuhannya sehingga minyak tersebut ditimbun dalam gudang si spekulan ini," ujarnya.

Menurut Abdul juga tidak ada masyarakat yang panic buying dalam turunnya harga minyak, namun adanya spekulen yang menumpukkan minyak di gudang jualannya.

"Masyarakat tidak mungkin menimbun, pedagang kaki lima pun tidak tapi pengusaha yang memiliki modal banyak atau disebut spekulan itu bisa jadi menimbun," tuturnya.

Menurutnya kelangkaan minyak saat harga turun merupakan hal lazim dalam permainan dunia bisnis. 

"Itu hal lazim karena ketika bawang merah, cabai atau apapun itu yang menjadi bahan pangan masyarakat mau  turun atau naik pasti menjadi langka,"ucapnya. 

Menurutnya aturan pemerintah dalam penurunan harga minyak menjadi Rp 14 ribu merupakan keputusan yang kurang tepat jika minyak menjadi langka.

"Menurut saya keputusan itu kurang tepat jika efeknya seperti ini, lebih baik harganya terjangkau tapi barang ada dari pada masyarakat punya uang untuk beli minyak menjadi langka itu lebih berbahaya," paparnya. 

Untuk solusinya, Abdul meminta agar pemerintah bertindak tegas memberikan sanksi kepada spekulan atau pengusaha yang menimbun  minyak. 

"Itu ada sanksi dalam perundang-undangan  perdagangan baik untuk si spekulan, penimbunan dan  yang menjual harga minyak diatas HET," ucapnya.

Selain itu menurut Abdul harga minyak lebih baik terjangkau tapi tidak ada terjadi kelangkaan minyak.

"Harga minyak tidak perlu terlalu murah tapi tidak juga terlalu mahal yang penting standar dan bisa dijangkau dan harga menetap tidak naik dan tidak turun. Sehingga masyarakat bisa membeli secukupnya saja," tukasnya.

Baca juga: Berita Foto: Minyak Goreng Langka dan Mahal, Ombudsman Sumut Melakukan Sidak di Gudang Lotte Grosir

Baca juga: PERKUAT SINERGITAS TNI-Polri,Panglima Jenderal Andika Gelar Rapim 2022 Untuk Jaga Keamanan Indonesia

(cr5/tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved