Perang Rusia Ukraina
Tolak Penutupan McDonald's di Rusia, Penggemar Berat Rantai Dirinya ke Pintu Restoran
Seorang penggemar berat McDonald's di Rusia merantai dirinya di salah satu gerai restoran itu di Moskow.
TRIBUN-MEDAN.com - Seorang penggemar berat McDonald's di Rusia merantai dirinya di salah satu gerai restoran itu di Moskow.
Seorang pria yang dilaporkan bernama Luka Safronov difilmkan melakukan protes terakhir hanya beberapa jam sebelum semua McDonald's akan ditutup sebagai respon atas invasi negara itu ke Ukraina.
Raksasa makanan cepat saji itu mempekerjakan sekitar 62.000 orang di Rusia dan mengumumkan bahwa setelah invasi negara itu ke Ukraina, mereka akan menutup semua 850 cabangnya pada Senin.
Keputusan ini membuat banyak penggemar patah hati karena tak bisa lagi makan Big Mac atau chicken nugget mereka.
Beberapa pelanggan mengambil keuntungan dari situasi ini dan menjual makanan McDonald secara online seharga ratusan pound.
Harga makanan McDonald's telah melambung tinggi meskipun makanannya dijual dingin.
Beberapa bahkan mencoba menjual empat burger, nugget, dan saus celup seharga 250 poundsterling (Rp 4,6 juta).
Selain itu, Coca-Cola telah membatalkan pasokannya ke Rusia, yang menyebabkan harga satu gelas coke dingin menjadi 8 poundsterling.
Luka Safronov yang merupakan pianis tidak tertarik pada semua itu, dan turun ke jalan untuk menunjukkan perlawanan.
Dia merantai dirinya ke pintu restoran dalam upaya untuk melawan penutupan.
"Penutupan adalah tindakan permusuhan terhadap saya dan warga lain!" katanya.
Sementara dia memprotes, pelanggan lain memanfaatkan hari terakhir mereka di McDonald's, berjalan melewatinya dan masuk ke dalam.
Kemudian, yang lain terdengar menertawakan protes yang sia-sia saat orang banyak berkumpul dan polisi mendekatinya.
Pada akhirnya, polisi akhirnya menyeretnya pergi, dan mengakhiri usaha protesnya.
Presiden dan CEO McDonald's Chris Kempckinski dalam sebuah surat kepada karyawan mengatakan bahwa menutup toko adalah hal yang benar untuk dilakukan.