Rakyat Sri Lanka Marah Kekurangan Makanan dan Listrik, Presiden Cari Utangan ke China-India
Lebih dari 5.000 orang mengadakan pawai protes di ibukota Sri Lanka dekat rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk menuntut agar dia mundur.
Kericuhan bermula ketika polisi berusaha membubarkan para pengunjuk rasa yang mengangkat poster dan meneriakkan slogan-slogan.
Massa melemparkan botol dan batu ke arah polisi dan massa hanya bisa dikendalikan dengan gas air mata dan meriam air.
Visual dari tempat itu menunjukkan massa mengepung dua polisi dengan sepeda. Teriakan slogan itu diselingi oleh suara pecahan kaca dan batu. Sebuah bus polisi dibakar.
Rajapaksa tidak berada di rumah selama protes, lapor Agence France-Presse mengutip sumber resmi.
Nandakumar, Wakil Inspektur Jenderal Kolombo, mengatakan massa itu "tidak berbahaya".
"Tidak apa-apa... tidak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya kepada NDTV.
Ditanya bagaimana mereka berencana membubarkan kerumunan, dia berkata, "Kami tidak bisa mengatakan apa pun sekarang".
Sejak Rabu, media telah melaporkan tentang protes yang meletus di berbagai bagian negara itu. Di beberapa kota, pengendara memblokir jalan utama.
Krisis saat ini berakar pada langkah pemerintah Sri Lanka untuk melarang impor sejak Maret 2020.
Langkah itu dimaksudkan untuk menghemat mata uang asing untuk utang pemerintah senilai 51 miliar dollar AS. Tetapi kebijakan ini menyebabkan kelangkaan barang-barang penting dan meroketnya harga.
Pemerintah telah mengatakan sedang meminta bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan mencari pinjaman dari India dan China. (NDTV)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/protes-sri-lanka-krisis-ekonomi.jpg)