Rakyat Sri Lanka Marah Kekurangan Makanan dan Listrik, Presiden Cari Utangan ke China-India

Lebih dari 5.000 orang mengadakan pawai protes di ibukota Sri Lanka dekat rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk menuntut agar dia mundur.

Ishara S. KODIKARA / AFP
Seorang demonstran meneriakkan slogan-slogan saat ia berkumpul dengan pengunjuk rasa lain di luar rumah Presiden Sri Lanka untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022. Protes mencoba menyerbu rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa berubah menjadi kekerasan pada 31 Maret 2022, dengan setidaknya satu orang terluka parah, ketika warga mengecam penanganan pemerintah terhadap krisis ekonomi yang melumpuhkan negara itu. 

TRIBUN-MEDAN.com - Ribuan warga unjuk rasa di ibu kota Sri Lanka, Kolombo, Kamis (31/4/2022) malam, setelah berminggu-minggu mengalami krisis ekonomi yang mengerikan.

Lebih dari 5.000 orang mengadakan pawai protes di ibukota Sri Lanka dekat rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk menuntut agar dia mundur.

Unit polisi paramiliter, Satuan Tugas Khusus, harus dikerahkan untuk meredam protes.

“45 orang ditangkap (44 laki-laki dan 1 perempuan) dan 5 polisi luka-luka termasuk seorang asisten pengawas kepolisia dan dirawat di rumah sakit menyusul aksi unjuk rasa di Mirihana, Nugegoda tadi malam. Satu bus polisi, 1 jeep polisi, 2 sepeda motor dibakar dan satu truk meriam air. rusak," kata juru bicara polisi seperti dilansir NDTV.

Pemerintah mengatakan bahwa protes itu diorganisir oleh kelompok ekstremis.

"Sebagian besar pelaku telah ditangkap," katanya.

Telah terjadi krisis pangan dan barang-barang penting, bahan bakar dan gas selama berminggu-minggu di Sri Lanka yang sedang bergulat dengan penurunan ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya.

Pada hari Kamis, diesel tidak lagi tersedia sehingga membuat 22 juta orang di negara itu mengalami pemadaman listrik selama 13 jam dan membuat transportasi tidak bisa jalan.

Rumah sakit milik negara telah menghentikan operasi karena kekurangan obat-obatan.

Penjatahan listrik menghantam stasiun pangkalan telepon seluler dan memengaruhi kualitas telepon.

Bursa Efek Kolombo harus membatasi perdagangan setengah hingga dua jam, dan kantor meminta staf yang tidak penting untuk tinggal di rumah.

Lampu jalan sedang dimatikan untuk menghemat listrik, kantor berita Reuters melaporkan, mengutip seorang menteri.

Menjelang sore kemarin, masyarakat mulai berkumpul di jalan dekat rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa, menuntut agar dia dan keluarganya "Pulang".

Kakak laki-laki Presiden, Mahinda Rajapaksa, menjabat sebagai perdana menteri sementara yang termuda, Basil Rajapaksa, memegang portofolio keuangan.

Kakak laki-laki tertua Chamal Rajapaksa adalah menteri pertanian sementara keponakannya Namal Rajapaksa memegang jabatan kabinet untuk olahraga.

Kericuhan bermula ketika polisi berusaha membubarkan para pengunjuk rasa yang mengangkat poster dan meneriakkan slogan-slogan.

Massa melemparkan botol dan batu ke arah polisi dan massa hanya bisa dikendalikan dengan gas air mata dan meriam air.

Visual dari tempat itu menunjukkan massa mengepung dua polisi dengan sepeda. Teriakan slogan itu diselingi oleh suara pecahan kaca dan batu. Sebuah bus polisi dibakar.

Rajapaksa tidak berada di rumah selama protes, lapor Agence France-Presse mengutip sumber resmi.

Nandakumar, Wakil Inspektur Jenderal Kolombo, mengatakan massa itu "tidak berbahaya".

"Tidak apa-apa... tidak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya kepada NDTV.

Ditanya bagaimana mereka berencana membubarkan kerumunan, dia berkata, "Kami tidak bisa mengatakan apa pun sekarang".

Sejak Rabu, media telah melaporkan tentang protes yang meletus di berbagai bagian negara itu. Di beberapa kota, pengendara memblokir jalan utama.

Krisis saat ini berakar pada langkah pemerintah Sri Lanka untuk melarang impor sejak Maret 2020.

Langkah itu dimaksudkan untuk menghemat mata uang asing untuk utang pemerintah senilai 51 miliar dollar AS. Tetapi kebijakan ini menyebabkan kelangkaan barang-barang penting dan meroketnya harga.

Pemerintah telah mengatakan sedang meminta bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan mencari pinjaman dari India dan China. (NDTV) 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved