Sri Lanka Krisis Parah
SRI LANKA Terkini: Platform Media Sosial Ditutup, Pemadaman Listrik 13 Jam, Sekolah Kehabisan Kertas
Metrik NetBlocks mengonfirmasi pembatasan beberapa platform media sosial termasuk Facebook, Twitter, WhatsApp, Viber dan YouTube di Sri Lanka.
Pemilik bus pribadi - yang merupakan dua pertiga dari armada negara itu - mengaku sudah kehabisan minyak dan bahkan layanannya mungkin tidak dapat dilakukan setelah Jumat (1/4/2022).
“Kami masih menggunakan stok solar lama, tetapi jika kami tidak mendapatkan pasokan pada malam ini, kami tidak akan dapat beroperasi,” kata ketua asosiasi operator bus swasta Gemunu Wijeratne kepada AFP.
Beberapa rumah sakit yang dikelola negara menghentikan operasi karena kehabisan obat-obatan penting yang menyelamatkan jiwa.
Sementara sebagian besar menghentikan tes diagnostik, yang memerlukan bahan kimia impor yang persediaannya terbatas.
Kolombo memberlakukan larangan impor secara luas pada Maret 2020.
Upaya itu dilakukan untuk menghemat mata uang asing yang dibutuhkan untuk membayar utang luar negerinya yang sebesar 51 miliar dollar AS.
Tapi ini telah menyebabkan kelangkaan barang-barang penting meluas dan kenaikan harga yang tajam.
Pemerintah mengatakan sedang mencari bailout dari Dana Moneter Internasional sambil meminta lebih banyak pinjaman dari India dan China.
Kesulitan Sri Lanka diperparah oleh pandemi Covid-19, yang melumpuhkan pariwisata dan pengiriman uang.
Banyak ekonom juga menyalahkan salah urus pemerintah termasuk pemotongan pajak dan defisit anggaran selama bertahun-tahun.
Batalkan Ujian Semester Sekolah karena Kehabisan Kertas
Di sisi lain, Sri Lanka membatalkan ujian semester bagi jutaan siswa sekolah, karena kehabisan kertas cetak dan pemerintah kekurangan dollar untuk membiayai impor, kata para petugas terkait pada Sabtu (19/3/2022).
Otoritas pendidikan mengatakan, ujian semester yang dijadwalkan seminggu mulai Senin (21/3/2022) ditunda tanpa batas waktu, karena kekurangan kertas akut saat Sri Lanka menghadapi krisis keuangan terburuknya sejak kemerdekaan pada 1948.
"Para kepala sekolah tidak dapat mengadakan ujian karena pencetak tidak dapat mengamankan devisa untuk mengimpor kertas dan tinta yang diperlukan," kata Departemen Pendidikan Provinsi Barat dikutip dari AFP.
Sumber-sumber resmi mengatakan, kondisi ini dapat membuat sekitar dua pertiga dari 4,5 juta siswa di Sri Lanka tertahan jenjang pendidikannya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/protes-sri-lanka-krisis-ekonomi.jpg)