Sri Lanka Krisis Parah

SRI LANKA Terkini: Platform Media Sosial Ditutup, Pemadaman Listrik 13 Jam, Sekolah Kehabisan Kertas

Metrik NetBlocks mengonfirmasi pembatasan beberapa platform media sosial termasuk Facebook, Twitter, WhatsApp, Viber dan YouTube di Sri Lanka.

Editor: AbdiTumanggor
Ishara S. KODIKARA / AFP
Seorang demonstran meneriakkan slogan-slogan saat ia berkumpul dengan pengunjuk rasa lain di luar rumah Presiden Sri Lanka untuk menyerukan pengunduran dirinya karena krisis ekonomi negara yang belum pernah terjadi sebelumnya memburuk di Kolombo, pada 31 Maret 2022. Protes mencoba menyerbu rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa berubah menjadi kekerasan pada 31 Maret 2022, dengan setidaknya satu orang terluka parah, ketika warga mengecam penanganan pemerintah terhadap krisis ekonomi yang melumpuhkan negara itu. 

Ujian semester adalah bagian dari proses penilaian berkelanjutan untuk memutuskan apakah siswa bisa naik kelas berikutnya pada akhir tahun.

Krisis ekonomi Sri Lanka yang disebabkan oleh kekurangan cadangan devisa untuk membiayai impor penting, membuat negara itu kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Negara di Asia Selatan yang berpenduduk 22 juta orang tersebut pekan ini mengumumkan, mereka akan mencari dana talangan IMF untuk menyelesaikan krisis utang luar negeri yang memburuk dan menopang cadangan eksternal.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (18/3/2022) mengonfirmasi sedang mempertimbangkan permintaan mengejutkan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada Rabu (16/3/2022) untuk membahas bailout.

Sekitar 6,9 miliar dollar AS (Rp 98,96 triliun) utang Sri Lanka perlu dilunasi tahun ini, tetapi cadangan mata uang asingnya baru mencapai sekitar 2,3 miliar dollar AS (Rp 32,98 triliun) pada akhir Februari.

Antrean panjang terlihat di seluruh penjuru Sri Lanka untuk membeli bahan makanan dan minyak.

Pemerintah juga menerapkan pemadaman listrik bergilir dan penjatahan susu bubuk, gula, lentil, serta beras.

Sri Lanka awal tahun ini meminta China--salah satu kreditur utamanya--untuk membantu menunda pembayaran utang, tetapi belum ada tanggapan resmi dari Beijing.

(*/tribun-medan.com/kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved